Penyusup

360 32 25
                                    


Gadis itu tak kunjung bisa tidur. Ia menjadi gelisah, jantungnya dari tadi berdetak sangat kencang. Pikirannya masih terpaku pada keadaan hamster malang itu. Apakah hewan itu mati setelah memakan makanan yang dia berikan? Bella jadi kehilangan selera makannya karena merasa bersalah melihat hamster itu lemas tak berdaya.

Mengetahui kondisi hewan itu, segera Bella membuang makanan pemberian mas Alvin sebab khawatir jika Empus akan memakannya juga. Dia tidak tahu harus melakukan apa pada hewan tak berdosa itu. Bella tak tega jika harus membuangnya, mungkin akan lebih baik besok pagi dikuburkan saja.

Sebenarnya apa yang terjadi? Apa pula yang diberikan mas Alvin? Jangan-jangan makanannya sudah dicampur racun. Benarkah tetangganya itu mau membunuhnya? Tidak mungkin, mas Alvin tidak akan sejahat itu kepadanya. Bella yakin betul kalau Alvin adalah lelaki yang baik, toh selama ini dia seringkali membantunya. Tetapi perasaan takut terus saja menghantuinya sehingga ia kesulitan menutup mata untuk tidur.

Bella mencengkram kuat selimutnya dan menariknya sampai ke leher. Dia memilih menghadap kesebelah kanan agar bisa tertidur serta berusaha memaksa matanya untuk terpejam. Namun, pikiran heran terus-menerus mengusiknya. Dia tidak bisa tenang setelah melihat kejadian yang hampir saja mengenainya. Andai saja Bara tidak menelponnya dan membiarkan ia memakan makanan dari mas Alvin, mungkin nasibnya seperti hamster tadi. Tetapi dia sungguh tidak mengerti, mengapa mas Alvin tega melakukan itu?

"A... Hmmp,,," Bella tersentak kaget dan hampir berteriak sebelum akhirnya sesuatu menyumpal mulutnya. Matanya terbuka sempurna melihat wajah seseorang yang nongol tepat di hadapannya.

"Ssstttt...," Bara memberikan isyarat agar gadis itu tidak memekik. Dia pun melepaskan tangannya dari mulut gadis itu setelah melihat anggukannya.

Dengan posisi tidur miring ke kanan, sementara Bara berada tepat didepannya antara celah ranjang dan dinding. Cowok itu menyembul dari bawah kasur persis seperti adegan horor di film-film. Percayalah, Bella yang mengalami spot jantung nyaris kehilangan kesadarannya saking terkejutnya. Bayangkan saja, dalam keadaan gelisah hingga kesulitan tidur lalu tiba-tiba ada seseorang atau sesosok yang terpampang jelas didepan wajah kalian. Jika menjadi Bella siapapun pasti akan berteriak histeris saking syok nya.

Senyuman manis terpampang diwajah tampan itu seolah tidak merasa bersalah akan perbuatannya. Lain halnya dengan Bella yang justru cemas mendapati kehadiran seorang cowok di kamarnya. Kapan Bara masuk dan bagaimana, patut dipertanyakan.

"Kamu ngapain disini? Nanti kalau ada warga yang tahu bagaimana?" Bella menampilkan raut paniknya.

Bara menahan pergerakan gadis itu yang hendak bangun. Telunjuknya diletakkan ke bibir, menyuruh diam. Gadis itu tidak mengerti namun menurut sebab takut dengan sorot yang seketika berubah tajam itu. Masih dengan kondisi yang sama, Bara hanya terdiam memandang ke arah belakang Bella dengan mengintip dari balik tubuh gadis itu.

"Ada apa?" Tanya Bella lagi yang justru bertambah takut dibuatnya.

"Pura-pura tidur,"

"Hah?" Gadis itu semakin tidak mengerti.

"Tutup mata, dan jangan bergerak, mengerti?"

"T-tapi Kenapa?"

Tuk,,,,, tuk,,,, tuk,,,,

Baru saja bertanya, kedua insan itu langsung terdiam. Bella yakin itu suara tapak kaki sebab ketukannya agak pelan dan berirama. Fyi, bagian depan menuju kamar Bella terdapat tangga kecil yang jumlahnya hanya tiga buah dan itu terbuat dari kayu. Untuk itu bisa dipastikan darimana suara ketukan tadi berasal.

Gadis itu ingin menolehkan wajahnya namun dengan cepat Bara mencegahnya. Bella menelan ludah karena gugup, tatapannya tertuju pada sang kekasih yang kini juga memperhatikannya.

Tristis (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang