"Dua orang ada di dalam ruangan bertanda silang merah, lagi nunggu sesuatu." Algio memainkan pena ditangannya sembari bersandar santai di atas kursi memperhatikan layar monitor.
"Mereka akan bertransaksi di sana?" Tanya Arya penasaran, sebab dia juga tidak mengerti strategi mereka.
"Nggak, mereka lagi nunggu kunci. Gue denger jalan depan stasiun ada razia besar-besaran,"
Cowok itu tersenyum miris. "Oh, lagi-lagi orang dalem," tutur Arya tak habis pikir.
"Lo dimana?"
"Sat!" Umpat Bara mengusap telinganya yang berdenging. "Nggak usah teriak kali, bang. Dikira gue budeg, apa?" Cercanya kesal.
Algio tak menanggapi ocehan adiknya, malah sibuk menggeser kursor guna memperjelas penglihatannya mencari si biang kerok. Dapat. Ternyata Bara berada di depan sebuah pintu yang tak jauh dari lokasi target mereka.
"Apa rencana Lo selanjutnya?" Tuntut Algio penasaran.
"Ngapain dia ke dapur?" Sahut Arya keheranan dibelakang Algio.
"Bentar, gue isi tenaga dulu. Cacing-cacing diperut curi semua nutrisi_" timpalnya bernada. "Tapi tak perlu takut, ada seblak woi!"
Algio menghela napas berat sembari memijit pelipisnya, mendengar semua kegabutan Bara di situasi yang sangatlah tidak sesuai. Sementara Arya malah tertawa geli mendengar celotehan temannya itu. Dia sangat terhibur menyaksikannya.
Tak lama, seorang pria keluar dari dalam dapur. Ya, pria itu salah satu dari target yang mereka incar sementara satu orang lagi masih berada di dalam toilet.
"Eh, om," cegat Bara merentangkan kedua tangannya.
Pria itu mengehentikan langkahnya dengan terpaksa. "Siapa kamu? Dan mau apa menghalangi jalan saya?" Nadanya terdengar tidak bersahabat.
"Bisa minta tolong?" Pinta Bara. "Sebentar aja," lanjutnya memelas.
"Tidak,"
"Ah, om, sebentar aja lah masa' nggak mau,"
Jujur Arya bergidik ngeri menyaksikan tingkah laku Bara, persis seperti cabe-cabean yang tengah merayu om-om hidung belang. Apalagi cara ia memainkan body language nya, seperti cacing kesurupan bencong. Alay!
"Minggir, minta tolong sama yang lain saja," tolak pria itu.
"Tapi aku maunya sama om,"
"Iyuwehhh,,," Arya memalingkan wajahnya, mual sekali apalagi saat Bara mengedipkan sebelah matanya. Menggelikan sekali.
"Dasar anak sinting!" Umpat pria itu juga sama bergidik nya.
Senyuman manis dihadiahkan oleh Bara. Ia membiarkan pria itu berjalan melewatinya begitu saja tanpa perlawanan. Hal itu menimbulkan pertanyaan bagi Algio. Apa sebenarnya ide sang adik? Mengapa dia tidak bertindak?
"Om, tangkap!" Spontan pria itu berbalik dan mengikuti perintah Bara dengan menangkap sesuatu yang dilemparkannya.
Dari ekspresi wajah, pria itu nampak terkejut begitu pula dengan Arya dan Algio yang menyaksikannya dari monitor.
"Arghhhhhh," pria itu mengerang tatkala merasakan perih menjalar melalui telapak tangannya yang tertutup.
Dia menatap Bara tajam, seolah memberikan peringatan dari sorot matanya. Perlahan pria itu mencabut sebuah jarum yang tertancap tepat ditengah-tengah telapak tangannya.
"Sial_"
"Sssstt," Bara menempelkan jari telunjuk kebibir nya. "Lebih baik istighfar, om, tiga puluh detik lagi nyawa lo bakal melayang, loh," lanjutnya memberikan nasihat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tristis (TAMAT)
Mystery / Thriller( BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM BACA) 🏅Rank 1 #murung 🏅Rank 2 #Toxic 🏅Rank 3 #psychokiller 🏅Rank 2 #Latin 🏅Rank 1 #Riddles Arabella Milanello, cewek yang dijuluki semua orang sebagai cewek cupu, korban bullying yang membalut sejuta luka dengan seny...