devita

503 38 27
                                        


Untuk kesekian kalinya, gadis itu menyeka air mata yang terus-menerus mengalir tanpa henti dari sudut sana. Menangis dalam diam dengan berbaring memeluk guling. Sebisa mungkin suaranya diredam agar tidak membuat Tante Violence curiga. Dia memang menginap di tempat wanita itu untuk menenangkan diri dari masalah kemarin malam.

Luka lama yang memang belum sembuh kini digoreskan lebih dalam lagi. Seseorang yang dia pikir akan membuatnya bahagia, pria yang belakangan ini membuatnya merasa nyaman, pria yang mengenalkan arti kehidupan serta membuatnya bertahan ditengah pelik problem kemanusiaan. Namun sekarang seolah tertampar waktu, kenyataan kembali memaksanya tenggelam dalam kelamnya hidup.

Bella nyaris mempercayakan sepenuh hatinya untuk cowok itu. Dia mulai menikmati arti hidup tatkala Bara mengulurkan tangannya, menjanjikan kebahagiaan yang nyatanya semu. Bella bahkan tidak keberatan akan keanehan cowok itu, sebab menurutnya dari sekian banyak orang, baru kali ini dia menemukan teman yang mampu mengerti nya.

Apa yang dia rasakan tidak pernah bertahan lama. Semuanya selesai saat kedok kejahatan Bara terbongkar. Ternyata sumber penderitaan yang selama ini dia alami berawal dari Bara. Rasa nyamannya, beruntungnya, kagumnya akan cowok itu seketika lenyap berganti kekecewaan dan kebencian.

Kini dia hanya bisa menangis tanpa tahu harus berbuat apa. Sedari tadi ponselnya berdering nyaring namun tak dihiraukan karena tahu panggilan tersebut pasti dari Bara.

Gadis itu terkesiap tatkala merasakan sapuan lembut pada surai rambutnya. Tangisnya semakin menjadi ketika mendapati Tante Violence sudah duduk di tepian kasurnya sembari menatapnya.

"Tante tahu kamu pasti berbohong dengan mengatakan keadaan kamu baik-baik saja." Ujarnya dengan penuh pengertian.

"Tante," cicit Bella memeluk wanita itu dan menumpahkan semua air matanya di sana.

"Jangan ditahan kalau mau nangis. Kamu bisa cerita semuanya ke Tante, sayang," tangan Violence memberikan ketenangan melalui usapan di punggung gadis itu.

Bella cuman bisa menangis deras. Dia tidak sanggup membuka mulutnya untuk bercerita sekarang. Dua hal buruk terjadi dalam satu hari satu malam. Bagaimana dia tidak hancur? Gadis itu masih tidak bisa mempercayai ucapan Julian dan semua yang dia tuduhkan kepada Bara. Tetapi bukankah gambar itu menjadi bukti yang nyata?

Bagaimana Bara bisa menyembunyikan kekejiannya dengan berpura-pura mencintai Bella? Selama ini dia tahu kalau kedua orangtuanya meninggal karena kecelakaan, tapi kenyataannya dibunuh. Apakah selama ini Bara mendekatinya cuman untuk menyiksanya juga seperti dia melakukannya terhadap orang tua Bella? Atau untuk menebus dosanya?

Bella tetap tidak bisa menerimanya. Cowok itu menjadikannya yatim piatu sedari kecil, dan kini datang dengan tiba-tiba untuk kemudian menyiksanya. Ternyata sumber penderitaan Bella adalah Bara. Orang dengan semua tipu muslihatnya memperdaya gadis lemah seperti dirinya.

______

"Be, aku mau ngomong," sergah Bara menghadang jalan Bella.

Gadis itu menatapnya sekilas kemudian menunduk membuang muka. Dia mempererat pegangan pada tas punggungnya, berusaha untuk tetap melanjutkan langkahnya tanpa memperdulikan cowok yang masih berstatus pacarnya itu.

"Be, please dengerin aku," mohon Bara semakin gencar mengikuti kaki Bella yang tentunya cukup lambat dibandingkan derapnya.

Namun, gadis itu tetap diam seakan tidak peduli dengan keberadaan Bara. Lain halnya dengan beberapa siswa-siswi yang melihat hal tersebut, mereka iri atas sikap cowok itu yang sangat langka. Baru kali ini mereka menyaksikan si kejam Bara mengejar gadis cupu, bukan untuk membully namun memelas.

Tristis (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang