vale, Arya

529 34 6
                                        


Percikan darah serta pecahan kaca, terlempar ke mana-mana. Badan itu melayang di atas ketinggian kemudian terjun dengan begitu cepat setara kedipan mata, menghantam bagian depan sebuah mobil yang saat itu baru saja terparkir. Saking kuatnya benturan hingga membuat kap mobil ringsek serta kaca depannya tersebut hancur berserakan sebelum akhirnya tubuh itu menghantam bumper depan si roda empat tersebut lalu kemudian terpental ke lantai beton dengan sangat keras. Kurang lebih 5 meter jarak jatuhnya tubuh tadi ke kondisi terakhirnya sekarang.

Kedua orang pemilik mobil yang saat itu baru saja keluar dari masing-masing sisi pintu hanya bisa tercengang ditempatnya. Otak mereka ketika peristiwa menyeramkan itu terjadi seakan-akan kehilangan sensor sampai kemudian tersadar kala jeritan histeris orang-orang menusuk indera pendengarannya, mengagetkan mereka. Ya, detektif Damar dan Algio, merekalah pemilik mobil tersebut yang baru tiba di sana.

Terdengar, baik dari arah balkon apartemen terdekat lainnya sampai ke gedung-gedung yang memang berada di sekeliling tempat itu, para karyawan, penghuni apartemen, sampai para pengunjung juga pejalan kaki berlarian menuju ke arah TKP untuk melihat kondisi jasad.

Terlambat. Satu kata yang akhirnya membuat detektif Damar menyesal sejadi-jadinya. Matanya terkunci pada tubuh yang nyaris hancur tak berbentuk itu. Sekeliling tempat mereka berpijak telah dibanjiri oleh genangan berwarna merah kehitaman dengan bau anyir yang menyeruak. Tubuh itu jatuh terlentang dengan bola mata yang terbelalak. Kondisinya lebih dari mengenaskan. 

Tidak. Orang itu belum benar-benar mati saat tubuhnya menghantam permukaan beton dengan sangat keras, bahkan bunyi remuk tulangnya masih terdengar jelas oleh detektif Damar dan Algio. Dia masih hidup namun tidak bertahan lama. Setelah beberapa detik, baru terdengar suara napas tercekat kemudian terlihat orang itu mengejang sesaat sebelum akhirnya benar-benar menghembuskan napas terakhirnya.

"Violence," gumam detektif Damar tak percaya. Wajah yang berlumuran darah di depannya masih bisa jelas dia kenali.

Wanita yang sedang dicarinya sekarang ini telah mati. Bukan, dia tidak menangis karena Violence meninggal, tapi lebih ke merasa gagal. Harusnya wanita itu tidak boleh mati sebelum ia mengatakan kesaksiannya atau mengakui kesalahannya. Itu saja. Namun, sayangnya Bara tidak sependapat dengannya. Anak itu membunuhnya sebelum kepolisian bisa menjatuhkan hukuman untuk Violence.

"Apa yang sudah kamu lakukan, Bara?" Gerutunya dengan gusar, tak habis pikir. Ini sudah melampaui batas.

Harusnya Bara tidak nekad seperti ini. Detektif Damar tertunduk pasrah, rasanya semua yang telah dia lakukan hanya sia-sia. Dia belum bisa mengungkap apakah Violence adalah pelakunya, apakah dia Miss, pria itu belum yakin. Sekarang, bagaimana cara membuktikannya jika Violence sudah mati? Menginterogasi mayat? Tentu saja tidak mungkin. Anak indigo sekalipun mana bisa melakukannya.

Tidak menunggu beberapa lama. Orang-orang nyatanya telah membentuk kerumunan yang padat, mengelilingi tempat kejadian perkara. Detektif Damar dan Algio terpaksa menepi ketika banyak yang menyerobot tempat mereka karena ingin melihat kondisi jasad yang mengenaskan tersebut secara langsung.

Lihatlah, betapa mirisnya empati sekarang ini. Banyak dari mereka tiba-tiba mendadak jadi wartawan. Menyebarkan informasi seolah-olah mereka orang yang paling berpengaruh terhadap setiap kejadian. Foto-foto diambil tanpa izin untuk kemudian disebarluaskan ke sosial media pribadinya, tanpa memedulikan perasaan keluarga korban. Asalkan trending, kenapa enggak? Miris!

"Bara," langkah detektif Damar tertahan saat Algio mencekal lengannya. Anak itu menolehkan kepalanya, dan perlahan diikuti oleh pandangan detektif Damar melihat ke arah yang dimaksud.

"Polisi sektor? Bagaimana mereka datang secepat ini?" Ujar detektif Damar tak mengerti. Pasalnya, kejadian baru beberapa menit lalu terjadi tetapi sudah ada pihak kepolisian yang datang. Dia melayangkan tatapan bertanya pada Algio yang malah dibalas dengan gelengan. Cowok itu juga tidak tahu kenapa.

Tristis (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang