Bella tertegun dalam tangisnya, begitupun dengan Julian yang saat itu tengah berada di samping sang sahabat seraya berusaha menenangkannya. Keduanya menoleh serempak ke arah pintu yang terbuka."Bara," gadis itu nampak mengusung senyum tipis dengan kehadiran kekasihnya tersebut. Tapi, satu hal yang membuat rautnya berganti, Bella menatap bingung menyadari penampilan cowok itu dengan kedua tangan yang terborgol dan dibelakangnya pun ada beberapa polisi.
Mengapa para polisi meringkus pacarnya? Apa dia sudah membuat ulah? Tapi, apa? Bella dengan ditemani oleh Julian saat ini memang diminta untuk mendatangi kantor polisi terkait meninggalnya Violence Adira beberapa waktu lalu. Dengan didampingi oleh kuasa hukum serta notaris Violence Adira, yang mana memang didalam wasiatnya menyebutkan nama Arabella Milanello adalah pewaris tunggalnya.
Tidak. Bukan itu yang membuat Bella sanggup memenuhi panggilan tersebut, tetapi karena para kepolisian ingin meminta keterangan darinya. Sebab, menurut laporan yang didapat dari beberapa orang, menyatakan bahwa gadis itulah satu-satunya orang terdekat dari Violence Adira. Dengan menggali informasi dari Bella, pihak penyidik berharap bisa menemukan titik terangnya.
Tugas yang semula ditangani oleh kantor polisi sektor akhirnya telah diambil alih oleh kantor pusat. Dan, dalam hal ini semuanya kembali dalam penanganan detektif Damar beserta komandan Beno dan juga tim. Karena itulah mengapa sekarang mereka berada di kantor polisi.
Bella masih tidak mengerti mengapa cowoknya diperlakukan seperti itu? Segera, dia menghampiri Bara untuk menanyakannya.
"Bara, apa yang terjadi?" Tanyanya meraih tangan sang kekasih yang masih diborgol.
Bara menatap lekat manik mata khawatir itu "Sorry, Be," ucapnya dengan nada rendah sehingga membuat Bella makin tak mengerti.
"Untuk apa? Bara, kamu melakukan apa? Kenapa minta maaf?" Kecarnya betul-betul penasaran. Jujur, dia tidak menyukai kondisi pacarnya yang dibopong bak tahanan berat.
Cowok itu menunduk dalam, rautnya nampak sendu tidak seperti biasanya.
"Pak, ada apa ini? Kenapa pacar saya diperlakukan begini? Apa kesalahannya?" Akhirnya, Bella angkat suara bertanya kepada anggota polisi yang berada di sisi Bara, karena tidak juga mendapatkan jawaban dari sang kekasih.
"Ada apa ini?" Komandan Beno yang saat itu baru tiba, dikejutkan dengan keributan yang ada di salah satu ruangan.
Dia tidak tahu-menahu mengapa ruangan yang biasanya digunakan untuk BAP mendadak ramai. Siapa yang sedang melakukan penyelidikan sementara dirinya dan detektif Damar saat ini masih harus melakukan pekerjaan lain? Lagi pula proses BAP bukannya tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang?
Komandan Beno memang kembali ke kantor dikarenakan hendak mencari beberapa berkas. Dia yang tidak sengaja melintas tiba-tiba menghentikan langkahnya karena suara didalam menarik perhatiannya. Dia lantas mengeceknya sebab takut itu adalah pertengkaran tak berarti, namun dia kemudian dikejutkan dengan adanya Bara di sana.
Komandan Beno melayangkan tatapan bertanya mendapati Bara dengan kondisi seperti tersangka yang pada umumnya. Tak hanya itu, adanya Arabella dan temannya serta seorang pria yang terlihat dari pakaiannya seperti pengacara, membuat komandan Beno makin penasaran dengan yang terjadi. Apa ada hal yang tidak dia ketahui sebelumnya?
"IPTU," gumam komandan Beno menilik pangkat kedua perwira polisi dibelakang Bara. "Siapa yang memerintahkan kalian?" Lanjutnya bertanya pada mereka berdua.
"Saya," komandan Beno dan yang lain pun melirik ke sumber suara yang menimpali.
"Pak komisaris," ujarnya melihat orang tersebut adalah komisaris jenderal polisi. Pimpinan kedua tertinggi di angkatan polisi RI sebelum dirinya atau setelah jenderal polisi utama.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tristis (TAMAT)
Misterio / Suspenso( BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM BACA) 🏅Rank 1 #detective #Riddles #murung #Toxic #psychokiller #Latin Arabella Milanello, cewek yang dijuluki semua orang sebagai cewek cupu, korban bullying yang membalut sejuta luka dengan senyum hangatnya. Hidupnya s...