"Habisi saja, dia sudah tidak berguna. Nanti anak itu bisa membeberkan kalau informasi yang dia dapatkan itu dari kita." Ucap Miss tanpa melirik Will yang berada dibelakangnya.
"Baiklah,"
_____
Pria itu tidak mantap pada tempatnya. Dia bolak-balik kesana-kemari mencari sesuatu di dalam laci, menggeledah dan mengeluarkan semua isinya. Kemudian dia pun berjalan lagi menuju ke deretan berkas yang berjejer di rak. Komandan Beno sedari tadi hanya memperhatikan dengan seksama tanpa mau bertanya, takut mengganggu detektif Damar. Tak pelak dia yang baru datang sudah dibuat keheranan mendapati keadaan kantor pak detektif sedikit berantakan, tidak seperti biasanya.
"Sedang mencari apa, pak detektif? Saya perhatikan dari tadi anda bergerak tak tentu arah. Apa ada yang hilang?" Tanya komandan Beno akhirnya.
Detektif Damar menghela napas panjang, dia berhenti di depan rak sebelah kanan sembari menggaruk pelipisnya. Matanya masih menyapu pandang deretan map berkas di sana. "Saya mencari buku diary yang ditemukan di TKP. Rasanya kemarin buku itu ada di rak sini," ujarnya menuturkan.
"Loh, bukannya kemarin anda yang meminta agar buku itu juga diantar ke rumah anda, pak? Coba ingat-ingat lagi, mungkin anda lupa."
Detektif Damar mengerutkan keningnya merasa sedikit aneh. "Tidak. Saya hanya meminta file korban. Dan tidak ada barang bukti yang boleh dikeluarkan dari tempatnya."
Mendengar hal tersebut, komandan Beno pun kebingungan. Dia melihat jelas seorang anggota polisi masuk ke ruangan ini dan bahkan sempat menanyainya. Memang, waktu itu komandan Beno tidak sempat melihat mukanya, tapi Polisi tersebut mengatakan bahwa ia sedang mencari beberapa hal yang diperintahkan oleh detektif Damar. Komandan Beno juga menyaksikan kalau buku diary itu ikut dibawa juga.
"Ini pasti ada sesuatu," gumam detektif Damar yakin. Pasalnya dia benar-benar tidak menerima buku diary tersebut.
"Tidak perlu khawatir, pak. Saya akan mengusutnya setelah ini,"
Pria itu menggeleng. "Tidak perlu. Kita sudah punya salinan datanya. Semua sudah diperiksa oleh tim Inafis juga forensik " Detektif Damar menjelaskan.
Walaupun mengatakan hal itu, tapi tetap saja detektif Damar masih memikirkannya. Dia lupa jika waktu di rumahnya ada tiga orang lagi, nanti dia akan menanyai mereka. Baik Dewi, Bara, ataupun Arya, pasti mengetahui sesuatu terkait keberadaan buku diary tersebut.
"Bagaimana hasil investigasinya? Apakah ada yang mencurigakan?" Detektif Damar mengalihkan topik sesaat.
Komandan Beno menyerahkan dua map yang berisikan laporan. "Ini laporan kasus bunuh diri," tunjuknya pada map berwarna kuning. "Dan ini, hasil tes DNA ulang jenazah Viola Adira." Lanjutnya pada map merah satunya.
Tidak mengatakan apapun, detektif Damar langsung membaca semua berkas laporan tersebut. Dia memindai perkata bak robot, tanpa melewatkan satu poin pun.
"Senjata api jenis Glock 20. Ini edisi khusus, bagaimana korban mendapatkannya? Apa kalian menemukan surat izin kepemilikan ataupun catatan legalitas nya?"
"Tidak ada, pak. Istri korban bahkan tidak mengetahui kalau korban menyimpan senjata api."
"Ini mustahil," sanggah detektif Damar curiga. "Jika surat-surat tidak ditemukan berarti dia memiliki senjata ilegal. Tapi, benarkah itu miliknya atau bukan?" Tanyanya lagi.
"Dari olah TKP dan penyelidikan, tidak ada tanda-tanda korban melakukan perlawanan. Bahkan kesaksian menyatakan tidak adanya keributan selain bunyi tembakan dari senjata korban."
"Sekeliling rumah korban bagaimana?"
"Aman, tidak ada tanda-tanda pembobolan paksa. Jendela kamar tkp saat itu tertutup rapat, seakan korban memang sengaja melakukannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tristis (TAMAT)
Misterio / Suspenso( BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM BACA) 🏅Rank 1 #murung 🏅Rank 2 #Toxic 🏅Rank 3 #psychokiller 🏅Rank 2 #Latin 🏅Rank 1 #Riddles Arabella Milanello, cewek yang dijuluki semua orang sebagai cewek cupu, korban bullying yang membalut sejuta luka dengan seny...