"Baiklah, terimakasih nak Bella. Kalau kamu tahu sesuatu bisa langsung hubungi saya atau lapor ke Bu Dewi." Tutur detektif Damar mengakhiri wawancaranya.Bella mengangguk tanpa ragu. Tak perlu takut, sebab dia yakin kalau dia tidak bersalah. Dia juga tidak tahu apa-apa mengenai kejadian ini jadi tidak perlu ada yang ditutup-tutupi.
Cukup kooperatif dengan memberikan semua informasi yang diperlukan demi memudahkan para polisi mengusut kasus tersebut. Agar masalah ini cepat terselesaikan dan dia ia bisa bebas dari segala macam tuduhan.
"Masuk," titah detektif Damar pada orang yang berada didepan pintu.
Terlihat beberapa aparat kepolisian memasuki ruangan masih lengkap dengan sarung tangan seraya membawa beberapa plastik klip yang kemungkinan diduga menjadi barang bukti. Terlihat sangat serius, beberapa kali detektif Damar mengerutkan keningnya setelah mendengar laporan dari anak buahnya.
"Periksa lagi, setelah ini saya akan menyusul." Ucapnya.
"Siap," timpal mereka dengan hormat dan kembali ketempat kejadian perkara.
"Apa saya boleh pergi?" Tanya Bella merasa tidak nyaman lagi di dalam ruangan.
"Kenapa terburu-buru?" Celetuk Bara masuk tanpa permisi.
"Siapa yang menyuruh kamu masuk?" Tegur detektif Damar.
Bara menyerahkan sebuah ponsel pada detektif Damar. Tapi arah matanya menilik Bella yang juga balas menatapnya. Senyum manis dihadiahkan untuk cewek itu.
"Darimana kamu mendapatkan rekaman ini? Siapa yang memberikan mu hak untuk ini?" Selidik nya dengan tajam.
"Permisi," sela Bu Dewi memasuki ruangan lalu mengecam Bara lewat tatapan matanya. "Bisa bicara sebentar?" Dewi meminta waktu untuk berbicara kepada detektif Damar.
Bara merampas kembali ponsel dalam genggaman detektif Damar membuat mereka geram melihat tindakan cowok itu. Sangat tidak sopan.
"Apa Lo kenal sama orang ini?" Ujarnya menunjukkan rekaman dari cctv sekolah kepada Bella.
Gadis itu nampak terkejut melihat dalam video adalah orang yang dikenalinya.
"Tante Vio," lirihnya tak percaya.Bu Dewi dan detektif Damar menyaksikan tingkah Bara tersebut dengan sedikit kesal. Pasalnya anak itu selalu berbuat dengan semaunya.
"Tolong kalian keluar sebentar, saya mau berbicara dengan orang yang ada dalam rekaman tersebut." Usir detektif Damar.
"Saya yang ingin bicara dengan anda, pak." Sela Bara.
"Bara," peringat Bu Dewi dengan nada serendah mungkin namun sarat akan kecaman.
Detektif Damar menatap raut aneh dari cowok dihadapannya itu. Meskipun senyuman manis terpatri tak menutupi pancaran dari matanya yang seakan menyembunyikan sesuatu.
"Baiklah, tinggalkan kami berdua." Putus detektif Damar.
Bella mengangguk singkat lalu meninggalkan ruangan. Tapi tidak dengan Bu Dewi yang masih bertahan di sana. Detektif Damar membiarkan kehadiran Dewi. Tidak perlu ada yang ditutupi karena mereka sebenarnya sudah saling mengenal satu sama lain.
"Katakanlah apa yang mau kamu katakan?" Tutur detektif Damar.
"Tanyakan saja apa yang ingin kalian tahu." Timpalnya.
"Berhentilah bermain, ini bukan tugas kamu, Bara." Peringat Bu Dewi geram.
Terdengar kekehan garing dari cowok itu. "Ini akan memudahkan tugas gue, Tan." Ujarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tristis (TAMAT)
Misteri / Thriller( BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM BACA) 🏅Rank 1 #murung 🏅Rank 2 #Toxic 🏅Rank 3 #psychokiller 🏅Rank 2 #Latin 🏅Rank 1 #Riddles Arabella Milanello, cewek yang dijuluki semua orang sebagai cewek cupu, korban bullying yang membalut sejuta luka dengan seny...