Bella berlari keluar dari ruangan sembari menunduk berusaha menutupi wajahnya yang basah oleh air mata meskipun itu hanya sia-sia karena semua orang tahu dia sedang terguncang. Gadis itu Masih tidak percaya dengan apa yang mereka tuduhkan atasnya.
Tak sengaja, dia berpapasan dengan beberapa siswa-siswi yang ternyata masih ingin mencari tahu tentang dia dan hubungannya dengan mayat pak Sucipto. Bella memperlambat langkahnya agar tidak menimbulkan rasa penasaran siswa-siswi yang tengah memperhatikannya.
Sebisa mungkin dia menyembunyikan wajahnya dengan menundukkan kepala."Gue curiga deh, sama tu cewek." Bisik salah satu siswi namun masih bisa didengar oleh Bella.
Berpura-pura tuli mungkin lebih baik saat ini. Karena percuma juga, mau sekeras apapun dia berteriak mengatakan kalau dia tidak tahu apa-apa, mereka tetap tidak akan perduli.
"B.o kali tuh,"
Seorang siswi melotot kepada temannya, tak percaya dengan apa yang dikatakan. Begitupun Bella yang mendengarnya, terkejut akan pernyataan kotor tersebut.
"What, wanita panggilan!" Timpal salah satu siswi dengan nada suara cukup keras sembari memasang wajah pura-pura terkejut.
Beberapa siswa lain langsung menoleh kepada dua cewek itu. Bella masih menulikan pendengarannya, padahal dalam hati ia ingin sekali membungkam mulut-mulut jahat itu.
"Pantesan aja pak Sucipto baik banget sama dia," cibir mereka mengungkit setiap tindakan pak Sucipto kepada Bella selama ini.
Memang, pak Sucipto sering membantu Bella. Dia juga beberapa kali menolong gadis itu ketika di-bully oleh teman-temannya. Tapi itukan hal normal dilakukan ketika melihat seseorang teraniaya. Mana ada orang waras yang tega membiarkan tindak kejahatan didepan mata. Hanya orang-orang gila yang mampu melakukan hal pecundang macam itu.
"Iya tuh, bener."
"Emang sih, gue udah curiga dari dulu."
"Ya kali, mana ada orang baik banget kalo nggak ada maunya."
"Temen kencan ternyata, iewhhhh. Najis."
"Se-level sih,"
"Eh cupu, dibayar berapa, lo?"
"Kalau jadi sinetron menarik nih, judulnya 'satpam sekolah mati dibunuh teman kencan yang ternyata siswi cupu disekolah.' " ujar salah satu dari mereka hingga yang mendengar tertawa mengejek.
"Dihh ngeri sih, kalau emang dia yang bunuh pak Sucipto. Entar kalau dia balas dendam ke kita juga, gimana?"
"Jangan-jangan dia psikopat yang lagi nyamar?"
"Jangan ngadi-ngadi, Lo."
Catty yang tidak sengaja mendengar percakapan itu hanya bisa memutar bola matanya dengan bibir berdecih mencemooh.
"Psikopat apa modelan lemah kek gitu." Cibirnya.
Kerumunan tiba-tiba terpecah mendengar suara Catty, salah satu pembully yang ditakuti selain Bara. Dia menatap rendah semua yang ada disana. Langkahnya mengikuti Bella dari belakang.
"Gue pikir levelnya aja rendah, ternyata orangnya juga sama rendahnya. Murahan!" Bisiknya tepat ditelinga Bella.
Cukup, Bella sudah tidak tahan mendengar hinaan mereka. Ia mencengkram kuat rok abu-abunya dan berlari secepat mungkin, menyingkir dari sana.
Catty tersenyum tipis memandang tubuh gadis lemah yang tengah berlari menjauh darinya.
"Refka,"
Tak hanya yang punya nama, bahkan Catty pun menoleh setelah mendengar suara bariton itu.
Wanita yang bernama Refka itu refleks melangkah mundur ketika tahu Bara berdiri tepat dibelakangnya. Seolah mendapatkan sinyal bahaya, beberapa siswa-siswi mulai menepi. Tapi tidak dengan Refka yang terdiam membeku ditempatnya tak bisa berkutik lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tristis (TAMAT)
Mistério / Suspense( BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM BACA) 🏅Rank 1 #murung 🏅Rank 2 #Toxic 🏅Rank 3 #psychokiller 🏅Rank 2 #Latin 🏅Rank 1 #Riddles Arabella Milanello, cewek yang dijuluki semua orang sebagai cewek cupu, korban bullying yang membalut sejuta luka dengan seny...