Wanita itu tidak kunjung mau mengakui tuduhan atasnya yang jelas-jelas sudah tertangkap basah hendak melenyapkan seorang gadis tidak bersalah. Menjadikannya tumbal dalam ritual pemujaan terhadap dewa yang ia sembah. Sebenarnya ini bukanlah jadwal yang biasanya diadakan ritual, tetapi mungkin karena rasa dendam dan kesal akibat ulah Bara yang terus-menerus menggagalkan rencananya menghabisi si kambing hitam. Jadilah ia yang akhirnya turun tangan.Meskipun bukti nyata sudah di depan mata, dia terus berusaha mengelak ketika detektif Damar berupaya menyudutkannya dengan mencerca sejumlah pertanyaan.
"Anda salah paham! Saya tidak mungkin menyakiti Bella, yang sudah saya anggap seperti anak kandung sendiri." Sungutnya menampik terus meminta agar dia dilepaskan dari tuduhan itu.
"Sudah cukup, Bu Violence," tangan detektif Damar terangkat, meminta wanita itu berhenti berbicara lagi. "Kami sudah sering mendengarkan anda. Sebagai seorang sosialita yang punya segalanya, mungkin mudah bagi anda menyangkal hukum. Tapi, tidak jika berhadapan dengan saya. Karena uang anda bukan apa-apa dibandingkan kehormatan negara ini. Kooperatif saja agar pemeriksaan lebih mudah." Tuturnya menekankan.
Violence menatap tak percaya. "Dengarkan penjelasan saya dulu, pak detektif_"
"Siapa yang harus saya dengarkan? Violence, Mila, atau ada nama lainnya yang ingin anda perkenalkan?" Sela detektif Damar tegas.
"Anda sudah lama mencurigai saya?" Violence tercengang saat pria itu menyebutkan nama dari salah satu kepribadiannya. "Tetap saja. Anda tidak bisa menyalahkan saya atas semua tuduhan itu," lanjutnya kembali mengelak.
Sudah cukup, jika terus berdebat seperti ini tetap tidak akan ada habisnya. Nanti, tunggu saja saat persidangan dan Violence mau tak mau harus mengakui semua perbuatannya dihadapan hakim. Semua barang bukti yang ada dirasa cukup untuk menetapkan wanita itu sebagai tersangka. Detektif Damar menginstruksikan kepada para polisi yang saat ini berada di masing-masing sisi kanan dan kiri, menahan Violence.
"Bawa ke sel khusus." Titahnya kemudian.
"Tidak. Anda tidak bisa menahan saya, pak detektif!" Teriak Violence mencoba memberontak dari cekalan dua pria bertubuh lebih besar dan kekar darinya.
"Saya tidak melakukan apapun kepada Bella!"
"Anda sudah salah paham!"
"Lepaskan! Saya tidak bersalah!"
"Bukan saya pelakunya!"
"Saya tidak membunuh siapapun!"
"Dokter Wijaya, tolong saya," wanita itu menghentikan langkahnya dengan paksa saat melihat kedatangan seorang dokter yang dikenalinya dari arah depan. Wajahnya sudah basah oleh keringat serta pakaiannya yang biasa rapih kini terlihat lusuh dan kusut. Violence nampak sangat kacau.
"Violence atau Mila?" Ujar dokter tersebut bertanya.
Wanita itu menggeleng kuat. "Saya Violence. Dan saya ataupun Mila tidak melakukan apapun. Tolong hentikan mereka. Saya ingin menyelamatkan Arabella! Percaya sama saya," Nadanya terdengar sangat memohon.
Dokter Wijaya mengangguk singkat sebelum akhirnya menyingkir dari jalan, membiarkan Violence dibawa oleh polisi tersebut. Dari kejauhan, masih terdengar suara teriakan Violence yang meminta agar dia dilepaskan.
____
Bara turun dari tangga rooftop dengan ekspresi tenang, seolah tidak ada yang terjadi sama sekali dengannya. Dibelakangnya, Zefa yang nampak sangat bahagia berceloteh tentang keberhasilannya melewati training dengan bangga. Tangan gadis itu tidak diberikan ruang sedikit pun oleh Bara untuk kabur, lelaki itu menggenggamnya erat supaya bisa berjalan beriringan tanpa menimbulkan kecurigaan besar. Sebenarnya, tidak sampai disitu, laki-laki tersebut agak was-was karena Zefa bisa saja melakukan sesuatu diluar kendalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tristis (TAMAT)
Mystery / Thriller( BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM BACA) 🏅Rank 1 #murung 🏅Rank 2 #Toxic 🏅Rank 3 #psychokiller 🏅Rank 2 #Latin 🏅Rank 1 #Riddles Arabella Milanello, cewek yang dijuluki semua orang sebagai cewek cupu, korban bullying yang membalut sejuta luka dengan seny...