"Be,"
"Ba-ra," suaranya bergetar tertahan namun entah mengapa ia merasa sangat senang melihat kedatangan cowok itu.
Bara menjatuhkan dirinya sejajar dengan wajah Bella yang sudah kacau berlumuran lumpur. Segera tangannya menyeka rambut panjang cewek itu untuk memperjelas kondisinya.
"Are you oke?" Tanya Bara menangkup wajahnya.
"Aku_" tangisnya kembali pecah dan itu membuat Bara geram. Entah kenapa rasanya begitu aneh, bukan ini yang Bara inginkan. "Aku nggak membunuh mbok Yem_"
"Ssssttt," cowok itu menariknya ke dalam dekapan. "Gue gak suka lihat lo nangis, nanti gue bikin tambah nangis, mau?"
Bella tak menanggapi atau mungkin ia memang tidak terlalu menyimaknya. Sontak Bara menarik dagu Bella agar menatapnya. "Be, stop nangisnya!"
"Mbok_"
"Gue bikin nangis darah, mau?" Gadis itu menggeleng dengan polosnya. Segera ia menutup mulutnya berupaya mengurangi isakan dan mencoba untuk berhenti menangis meskipun susah. Tapi ia tidak berani dengan ancaman Bara tersebut.
"Gue anter ke dalam," lanjutnya membopong tubuh mungil itu. "Bapak urusin warga-warga yang munafik itu gih, biar gue yang bawa Beauty pulang." Ia berkata tanpa menoleh pada pak RT, tanpa peduli dengan responnya.
Pak RT tentu saja terkejut mendengar nada yang sangat tidak sopan itu, apalagi dari seorang anak sekolahan seperti ini. Namun ia mengerti maksud dari kekesalan cowok itu setelah melihat temannya diperlakukan tidak manusiawi oleh warganya. Emosinya yang labil pasti mempengaruhinya.
_______
"Bar,"
"Bersihin diri lo, gue tunggu disini," titahnya malas. Gadis itu mengangguk patuh, sebenarnya ia hanya ingin mengucapkan terimakasih kepada Bara karena sudah mau membantunya. Tapi sepertinya cowok itu sedang marah.
"Ara!"
Bella menolehkan kepalanya begitupun Bara. Cowok itu berdecak tak suka dengan kehadiran satu orang lagi diantara mereka.
"Julian," dari ekspresinya Bella terlihat begitu senang, sangat malah dan itu semakin membuat Bara jengkel.
Segera Julian berlari ke arah Bella yang tengah berdiri didepan pintu kamar mandi, dia bahkan tidak menyadari keberadaan Bara disana yang menatap interaksi keduanya dengan tajam.
"Kamu kenapa? Barusan aku dapat kabar dari temen aku, katanya kamu dihina lagi sama warga-warga disini? Apa itu bener?" Matanya menyiratkan kekhawatiran yang teramat.
Bella memaksakan senyumnya dan itu malah semakin memancing ketidaksukaan Bara yang melihatnya. "Ju,"
"Punya mata' kan?" Keduanya beralih fokus pada Bara yang kini tengah berdiri sembari bersidekap dada memperhatikan mereka.
"Sorry bro, gue nggak ngeh kalau ada Lo disini," tutur Julian merasa tidak enak. "Tapi beneran Ara, lo nggak kenapa-kenapa kan?" Ia kembali memastikan keadaan gadis itu. Hal itu membuat Bara mendengus sebal dan dengan tidak santai menjatuhkan diri ke atas sofa kecil disana.
Bella mengangguk yakin. "Aku nggak apa-apa, Ju." Lanjutnya tersenyum.
Julian menghela napas lega. "Syukurlah," tangannya terulur mengusap puncak kepala gadis itu.
"Be, buruan mandi," sergah Bara menginterupsi.
"Ya udah, aku akan tunggu kamu disana."
Bella mengangguk singkat, senyuman manisnya luntur tatkala matanya bersitatap dengan netra tajam milik Bara. Terlihat rahang cowok itu mengeras dan rautnya mengisyaratkan ketidaksukaan yang teramat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Tristis (TAMAT)
Misteri / Thriller( BUDAYAKAN FOLLOW SEBELUM BACA) 🏅Rank 1 #detective #Riddles #murung #Toxic #psychokiller #Latin Arabella Milanello, cewek yang dijuluki semua orang sebagai cewek cupu, korban bullying yang membalut sejuta luka dengan senyum hangatnya. Hidupnya s...