Mati

462 34 10
                                    

Will tersentak saat diluar kamarnya terdengar riuh orang-orang berlalu lalang. Pria itu memang sengaja dikunci di dalam kamarnya karena sempat menghalangi pekerjaan Miss. Sedari tadi juga dia sudah berusaha mendobrak pintu itu bahkan mencoba membuka jendela yang ada. Namun, semuanya di kunci otomatis. Will kalut, dia tidak mau sesuatu yang buruk terjadi pada kekasihnya, suster Nessia. Pria itu mencoba menempelkan telinganya di daun pintu, berharap ada yang bisa dia dengar dari percakapan orang di luar.

"Ke sana, Miss sedang marah!"

Hanya itu, kemudian serentak derap langkah pergi menjauh ke arah yang berlawanan. Mereka menuju pintu utama, tapi karena apa? Suara tersebut tidak cukup puas untuk Will. Miss marah adalah hal yang biasa, tetapi yang menjadi tanda tanya adalah keributan tadi terjadi karena apa dan mengapa sampai menyibukkan orang-orang?

Pikiran Will tidak bisa tenang. Dia terus mengkhawatirkan kekasihnya yang menjadi tahanan Miss, takut terjadi sesuatu kepadanya. Will sampai hari ini masih merasa bersalah karena dialah yang menjadi penyebab suster Nessia menderita seperti ini. Kala itu, Will ingat betul. Miss mendapati suster Nessia tengah menguping pembicaraannya dengan Will. Karena kesalahan itu juga suster Nessia harus terjebak dalam belenggu yang menjerat proses kehidupannya. Miss hendak membunuhnya waktu itu, tapi Will mencegahnya dengan alasan karena dia mencintainya.

Suster Nessia selalu menyayangkan pertolongan Will. Andai saja saat itu Will membiarkannya terbunuh oleh Miss, pasti suster Nessia tidak harus merasakan penyiksaan yang cukup lama seperti sekarang. Tetapi Will tidak bisa, dia sangat menyayangi suster Nessia dan akan melakukan apapun untuknya.

Miss, wanita dengan seribu kelicikan memanfaatkan hal tersebut untuk membuat Will tunduk kepadanya. Dari yang tadi menolak kerjasama akhirnya pun menurut. Will tidak bisa berkutik lagi ketika Miss mengancam akan menyakiti suster Nessia apabila ia melakukan kesalahan. Mati-matian pria itu berupaya menyelamatkan kekasihnya agar tidak dieksekusi oleh Miss. Jika suster Nessia meninggal maka sia-sialah hidupnya ini.

_

Nyala handphone diiringi ringtone mengagetkan Will. Pria itu segera meraih ponsel dari dalam sakunya. Sebuah nomor misterius masuk mengirimkan foto kepadanya.

She's gone

Kalimat di ujung foto itu membuatnya membelalakkan mata. Dia siapa maksudnya? Foto yang masih blur itu segera dia buka untuk memperjelas. Will harap bukan Nessia yang orang itu maksudkan. Sepersekian detik, ponsel ditangannya terlepas ketika foto berhasil di unduh. Matanya menatap nanar, tubuhnya langsung lemas seketika.

Gambar menunjukkan Miss sedang berdiri sembari menikamkan belati kepada seorang wanita yang lehernya nampak dirantai. Wajah wanita itu terhalang rambutnya, namun kasur di sekitarnya telah banjir dengan genangan darah. Itu ruangan yang sama dengan yang ditempati Nessia, kekasihnya. Will menggelengkan kepalanya kuat, mencoba menepis kenyataan tersebut.

"Tidak mungkin!" Napasnya tercekat, rahangnya mengeras dengan wajah yang pucat lemas. "Kamu tidak boleh meninggalkan aku, Nes," racaunya lirih, mencoba menyangkal berita buruk tersebut.

Will terduduk, mencengkram rambutnya kuat. Dia tidak bisa menerima kenyataan pahit tersebut jika kekasihnya sudah tiada. Miss benar-benar telah membunuhnya. Ini tidak adil! Semuanya tidak berguna lagi baginya.  Will tidak bisa kehilangan wanita yang dicintainya. Dia ingin selalu bersama suster Nessia kapanpun dan bagaimanapun caranya.

"Aku mencintaimu, Nessia,"

_

Di tempat lain, Arya sedang tersenyum sangat puas menatap mangsanya yang sudah tidak berdaya. "Tipuan yang bagus, Arya dirgantara." bangganya mengagungkan namanya sendiri setelah mencapai hasil dari perangkapnya tersebut.

Tristis (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang