super

974 46 0
                                    


"Apa?" Wanita itu menatap nyalang, darahnya mendidih setelah mendengar kabar kalau salah satu kaki tangannya sudah tertangkap.

"Bagaimana bisa, dasar bodoh!" Makinya bersamaan dengan bantingan tempurung kepala yang dilemparkannya.

Pria yang menyampaikan informasi itu menelan ludah susah payah saat sebuah kepala berlumuran darah menggelinding ke depan kakinya. Dia semakin gemetaran ketika langkah kaki wanita itu mengarah kepadanya. Bulu kuduknya meremang saat wajahnya dibelai dengan tangan yang baru saja digunakan untuk menghabisi nyawa seseorang.

"Kenapa kamu bisa berhasil sampai kesini? Apa dia mengampuni lalu membiarkan kamu pergi?" Bisik wanita itu.

"Ti__ tidak, Miss. Saya_"

"Ssssttt........" potongnya tidak mau mendengar alasan klise yang selalu diutarakan oleh para pengecut.

"Saya tidak menampung para pecundang." Ucapnya tersenyum manis.

Pria itu langsung berlutut seraya memohon belas kasih dari wanita yang di panggil Miss tersebut. Sebab dia tahu apa yang akan dilakukan kepadanya.

"Ampuni saya, Miss. Saya mohon. Saya berjanji akan terus mengabdi kepada anda, Miss." Pintanya memelas dengan menyatukan kedua tangan didepan wajah.

"Sup iga pasti nikmat." Celetuk Miss.

"Tidak, saya mohon, Miss, ampuni saya," pria itu mencoba memberontak saat dua orang bertubuh tak kalah kekar darinya menarik kaki lalu menyeretnya.

Pria itu sudah tahu apa yang akan terjadi, dia pasti akan bernasib sama seperti temannya yang tadi ia lihat. Kepala berlumuran darah yang sudah terpisah dari badannya, itu adalah teman yang dimaksud.

Wanita yang disebut Miss itu terlihat sangat kesal. "Siapa mereka yang berani menghentikan ku!" Gumamnya mencoba memikirkan apakah ini ulah salah satu musuh bisnisnya.

Drrrtttt

Ringtone hp nya membuyarkan lamunan wanita itu.

"Halo?"

"I know them."

Dia menaikkan sebelah alisnya, terdengar aneh seseorang menelpon dengan tiba-tiba lalu menjawab pertanyaan yang ada di otaknya. Sangat tidak masuk diakal.

"Kalau tidak ada kepentingan, jangan ganggu saya!" Bentaknya kesal.

"MVAA3.0"

Miss terpaku mendengar ucapan orang tersebut. Bagaimana dia mengetahui kode rahasia itu, padahal satu-satunya orang yang tahu hanya dirinya sendiri. Dia menjauhkan ponsel dari telinganya untuk mengecek nomor penelpon tersebut.

"5555, nomor siapa ini?" Batinnya penasaran.

Terdengar kekehan dari seberang sana membuat Miss kembali angkat bicara.

"Siapa kamu, jangan main-main dengan saya!"

"Aku adalah aku, hidupku, hartaku, duniaku, semua hanyalah aku."

Lagi, Miss dibuat tercengang mendengar selogan yang selalu dia lontarkan ketika dia bercermin. Bagaimana orang itu bisa tahu semua rahasianya.

"Siapa kamu?"

"Ssssttt..... Jangan berteriak nanti bayi kecilku menangis," bisik suara diseberang dilanjutkan dengan tawa kecil yang membuat Miss kesal.

Miss menggenggam erat ponsel ditangannya, napasnya memburu, matanya yang menukik tajam.
Ia melemparkan ponsel tersebut dengan keras hingga tercipta sedikit letupan sebelum akhirnya ponsel itu hancur berkeping-keping.

Tristis (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang