4. PERTEMPURAN

547 112 5
                                    

Sepeda motor Hagrid meraung hebat dan Harry yang berada dipegangannya tersentak terkejut, dengan kecepatan luar biasa mereka menembus udara. Para pengguna sapu mulai terbang di susul oleh dua Thestral yang mengibaskan sayap lebarnya. Dengan cepat kami semua telah berada di udara bahkan sulit untuk mengenal perumahan Muggle itu lagi saat kami menoleh ke bawah.

"pegang tongkatmu, sayang." Kata Ayah. "kau boleh melakukan Legilimency untuk membaca pikiran lawan."

"APA?"

"SEKARANG!"

Kami menembus awan kelabu, tangan kiri Ayah memegang ujung sapu sedangkan tangan kanannya sudah siap dengan tongkat yang terangkat, aku mengeratkan pelukanku dan bersiap dengan tongkat terangkat. Kami terbang semakin cepat menuju Barat Daya.

Tiba-tiba kami di kelilingi oleh minimal tiga puluh orang bertudung, melayang di udara. Mereka membentuk formasi mengelilingi anggota Orde yang ada. Aku segera mengarahkan tongkatku kepada para Pelahap Maut di depan kami dengan mengucapkan mantra secara non-verbal yang sudah tiga bulan aku kuasai. Teriakan dan kilatan sinar hijau di mana-mana.

"COLATE!" teriak salah satu Pelahap Maut yang terbang mendekati kami, sepertinya Rudolphus Lestrange.

"bersiap, nak." kata Ayah dan kami membelok sangat curam ke kanan, mengalihkan tujuan awal kami.

"Apa kau tahu Draco mengingnkan putrimu sebagai isterinya?" kata Rudolphus.

"aku tidak akan membiarkannya!" raung Ayah sambil melemparkan mantera sehingga Pelahap Maut itu terbang menjauh.

Tiga Pelahap Maut lainnya yang masih mengikuti kami terus melemparkan kutukan dan Ayah bermanuver untuk menghindari semua kutukan yang terbang.

"COLATE!" seru Pelahap Maut lainnya. "Kau akan aman, jika kau tidak banyak melawan."

Kami tidak memperdulikan ucapaan Pelahap Maut itu. Dua lawan tiga. Kami tahu akan sulit bagi kami untuk melawan mereka, namun kutukan demi kutukan kami lemparkan pada Pelahap Maut itu.

"Berikan Putrimu, dan kau akan dimaafkan oleh Pangeran Kegelapan." Kata Lucius Malfoy, salah satu dari tiga Pelahap Maut yang mengejar kami.

"Aku bukan budak seperti kalian!" raung Ayah menyerang Malfoy.

"Aku tidak ingin bergabung dengan kalian!" raungku.

Kami menyerang dua Pelahap Maut bersamaan. Mereka berhasil terpental. Hanya tersisa Malfoy yang terbang mengikuti kami. Dia mengarahkan tongkatnya ke sapu kami untuk mengirimkan kutukan. Ayah dengan kecepatan luar biasa kembali bermanuver ke kiri, mengarahkan sapu kami kembali ke tujuan awal. Ayah berkonsentrasi untuk mempercepat sapu kami karena jarak menuju Charhide sangat dekat jika menggunakan sapu. Aku terus melancarkan kutukan ke arah Malfoy dan berhasil mengenai tudung kepalanya. Rambut keperakan panjangnya berkibar di tiup angin malam.

Aku melemparkan kutukan terakhir, tepat mengenai belakang kepalanya. Rambut panjangnya mulai bergerak sendiri melawan angin yang berhembus, perlahan tapi pasti rambut keperakan itu menutupi wajah Malfoy. Malfoy tidak peduli dan hanya mengibaskan rambutnya. Namun lagi-lagi rambut itu tidak menurut sampai akhirnya menutupi seluruh wajahnya, membuat Malfoy kehilangan keseimbangan dan pada akhirnya tidak stabil dan pergi menjauhi kami.

Aku membalikkan tubuhku kembali ke depan dan laut mulai terlihat dari kejauhan. Bulan memantulkan cahaya di atas laut yang gelap. Kami menukik tajam dan mendarat di atas puncak tebing yang menghadap ke laut. Aku turun dari sapu dan mendekati tali tambang tua yang tergeletak di atas tanah dan menariknya. Tanah naik ke atas, sedangkan tangga bermunculan turun ke bawah. Aku dan Ayah segera masuk.

Suasana hangat menyambut kami. Botty, peri rumah kami yang menggunakan sepatu boot besar membungkuk menyambut kami.

"Apakah Nona baik?" Tanya Botty dengan senang saat melihat kami.

"cukup baik."

"Cepat, kita tidak punya banyak waktu." Kata Ayah yang menuruni anak tangga dengan terburu-buru. "di mana benda itu?"

"Botty tidak pernah melepaskannya, Tuan. Ini dia." Kata peri rumah itu sambil menyerahkan fosil kerang yang tampak rapuh sebesar telapak tangan orang dewasa.

"Baiklah, kami akan pergi lagi, Botty." Kata Ayah menerima kerang itu. "Jaga rumah. Jika ada yang mencurigakan, sembunyilah atau cari kami."

"Botty akan dengan senang hati menjaga rumah," sambut Botty dengan mata berbinar.

"Cari aku jika terjadi sesuatu." Kataku menyentuh puncak kepala Botty.

"Safe! Cepatlah!" seru Ayah menyodorkan kerang untuk aku sentuh. Aku mendekati Ayah dan menyentuh tepian kerang itu. Sedetik kemudian kami terlempar ke tanah yang keras, Ayah terus memegangiku agar tidak terjerembab di halaman the Burrow terlebih dahulu.

Ada suara teriakan dari dalam rumah, sementara aku dan Ayah berjalan mendekati pintu. Mrs Weasley dan Ginny berlari keluar dari pintu belakang.

"Oh, kalian kembali..." kata Mrs Weasley lemah memelukku.

"di mana Tonks?" Tanya Ayah memimpin kami semua untuk masuk ke dalam.

"sepertinya mereka kehilangan waktu." Jawab Mrs Weasley.

Aku melihat kaleng berkarat di dekat pintu, itu adalah Portkey untuk Ron dan Tonks. Mereka seharusnya sampai pertama. Lima menit sebelum kami.

"aku yakin mereka akan baik-baik saja, Molly. Tonks adalah Auror yang hebat." Kata Ayah mencoba menenangkan Mrs Weasley yang gelisah karena suami dan empat dari tujuh anaknya ikut dalam misi ini.

Aku dan Ginny menyibukan diri di dapur, untuk membuatkan teh atau apapun yang bisa menjauhkan kami dari kegelisahan berlebihan Mrs Weasley.

"bagaimana kau bisa sampai tepat waktu?" bisik Ginny.

"aku juga tidak tahu," jawabku. "aku pikir semua orang juga sampai tepat waktu."

Ginny menghela napasnya. "Fred dan Dad akan sampai dalam tiga menit." Gumammnya. "jika mereka tepat waktu."

"mereka mengepung kami," kataku. "sepertinya mereka tahu bahwa kita akan memmindahkan Harry hari ini."

"aku harap mereka baik-baik saja..." kata Ginny menenggelamkan wajahnya di depan cangkir dan meminum teh untuk menenangkan pikirannya.

"Yeah, semoga mereka baik-baik saja." Gumamku, berharap Fred tidak mengalami kendala sehingga dapat kembali tepat waktu.

Aku dan Ginny bergabung dengan Ayah dan Mr Weasley, membawakan mereka segelas teh. Tidak ada yang berbicara. Masing-masing dari kami memiliki ketakutan dan pemikiran sendiri, berharap mereka yang belum kembali hanya melewatkan satu detik sebelum Portkey mereka menghilang.

Aku berjalan keluar dapur, menuju halaman yang gelap. Fred seharusnya sudah sampai sekarang. Aku mencelos saat melihat sepatu tua yang terdampar begitu saja beberapa meter dari depan pintu.

Aku kembali ke dalam. Semua orang menatapku dengan ingin tahu. Aku mengela napas dan menggeleng lemah. Semua wajah berubah lemah, bahu Mrs Weasley dan Ginny mulai turun dalam kesedihan. Aku menyandarkan kepalaku di bahu Ayah, berusaha sekuat tenaga untuk menahan tangis. Mrs Weasley dan Ginny pasti lebih cemas dari pada siapapun sekarang.

"seharusnya Harry datang sebentar lagi." Gumam Ginny.

Tidak ada yang menjawab. Semua pikiran buruk sudah bergabung menjadi satu. Jika Ron yang bersama Tonks, seorang Auror, belum kembali, bagaimana dengan Harry yang hanya bersama dengan Hagrid?

Aku membenci pikiran buruk itu. Tapi semuanya akan percuma jika Harry tidak berhasil untuk dipindahkan. Tidak peduli sebesar apapun pengorbanan kami, jika Harry tidak kembali, itu akan percuma.

BUKK.

Terdengar suara keras dari luar. Mrs Weasley dan Ginny berteriak dan berlari keluar dari pintu. Aku menyusul mereka dari belakang. Harry dan Hagrid terjerembab di atas tanah, berusaha berdiri di atas kaki mereka.

"Harry? Apakah kau benar-benar Harry? Apa yang terjadi? Mana yang lain?" teriak Mrs Weasley.

"Apa maksudmu? Apa belum ada yang kembali?" kata Harry.

Jawabannya sudah jelas saat ia melihat wajah pucat Mrs. Weasley.

"Pelahap Maut sudah menunggui kami," Harry menceritakan. "Kami langsung dikelilingi sesaat setelah kami berangkat -mereka tahu tentang malam ini- aku tidak tahu apa yang terjadi pada yang lain. Empat di antaranya mengejar kami saat kami berhasil menjauhkan diri, dan Voldemort berhasil menemukan kami..."

Aku dapat mendengar jelas nada pembelaan dalam ceritanya, sebuah alasan mengapa ia tidak tahu bagaimana keadaan yang lain.

"Safera, bagaimana kau bisa kembali?" Tanya Harry.

"Tiga dari mereka mengejar aku dan Ayah. Kami sedikit unggul karena melakukan Legilimency saat bertarung." Jawabku.

"Syukurlah kau baik-baik saja," Mrs. Weasley langsung memberikan pelukan kepada Harry.

"Punya sedikit brandy, Molly?" tanya Hagrid yang gemetaran. "Tuk tujuan pengobatan?"

Mrs bisa saja mengambilnya dengan shir, tapi ia berlari masuk ke rumah. Kami tahu kalau Mrs Weasley ingin menyembunyikan perasaannya. Harry melihat Ginny yang langsung memberinya berita.

"Ron dan Tonks harusnya kembali pertama, tapi mereka terlambat mencapai Portkey," katanya sambil menunjuk kaleng berkarat tak jauh dari sana. "Safera dan Mr Colate berhasil kembali tepat waktu. Mereka memang seharusnya sampai kedua. Dan itu," ia menunjuk sepatu tua, "harusnya ayah dan Fred menjadi yang ketiga. Kau dan Hagrid yang keempat, dan..." Ginny
melihat jamnya, "jika mereka berhasil, George dan Lupin akan kembali semenit lagi."

Mrs Weasley muncul sambil membawa sebotol brandy yang langsung diserahkannya ke Hagrid. Hagrid membuka tutupnya dan langsung menghabiskannya dalam sekali minum.

HIRAETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang