Pertahanan terhadap Ilmu Hitam sudah menjadi kelas terburuk bagiku, sebelumnya Snape selalu menjadi yang terburuk setiap tahun namun Amycus Carrow berhasil merebut posisi itu dengan cepat. Ketidakmampuannya menjadi guru membuat beberapa anak-kecuali Slytherin-memandangnya remeh, namun kami harus menutupi rasa enggan jika tidak ingin mendapatkan detensi karena bagaimanapun Alecto dan Amycus Carrow diangkat sebagai wakil Kepala Sekolah oleh Snape.
Amycus yang memiliki tubuh kecil dan gemuk mulai berjalan ke depan kelas. Tatapannya miring dan selalu meringis. Badannya bungkuk dengan wajah pucat dan mata kecil. Ia memperhatikan seluruh murid di ruang kelas, memamerkan wajahnya yang mirip babi peternakan.
"Jadi, karena kalian sudah memasuki kelas tujuh, aku rasa kita tidak membutuhkan buku panduan lagi." Katanya melemparkan buku di meja kerjanya kemudian melambaikan tongkatnya pada kami dan semua buku panduan Pertahanan Terhadap Ilmu Hitam yang ada di atas meja, di genggaman, ataupun di dalam tas kami melayang ke sudut ruangan. Semua murid terkejut namun hanya anak Slytherin yang menikmati keterkejutan itu. "sudah saatnya kalian mempraktikkan semua yang kalian perlajari selama ini, tidak perlu memusingkan teori bodoh yang dibicarakan orang-orang tua di dalam buku."
Aku dan Ernie saling bertukar pandang, terlihat kekesalan di wajan anak-anak Ravenclaw, dan tatapan melongo dari anak Gryffindor. Ya, empat asrama berada di satu kelas karena sedikitnya murid yang kembali ke sekolah dan sudah dapat dipastikan Slytherin mendominasi kelas walaupun ketiga asrama bersatu untuk melawan mereka.
"Sekarang berdiri berpasangan." Amycus kembali melambaikan tongkatnya menyihir meja dan kursi menghilang.
Aku dan Ernie reflek saling mendekatkan diri, menyatakan bahwa kami akan menjadi pasangan dalam kelas ini karena memang hanya kami Huffepuff yang tersisa di kelas tujuh.
"Baik, buat jarak sejauh lima langkah."
Neville yang berada di kananku sedang membuat jarak untuk mejauhi Seamus. Aku melihat Zabini yang berada di sebelah Ernie dan mengalihkan pandanganku ke kiri namun tidak terkejut ternyata Draco berdiri di sana, sedang memandangku. Aku membuang muka jengah walaupun wajah Draco mengeluarkan raut bersalah.
"untuk melakukan pertahanan terhadap ilmu hitam, kalian harus menghadapi kutukan langsung. Kunci dalam menghadapi kutukan langsung adalah kecepatan. Jika kalian telat sedetik saja, musuh kalian akan dengan mudah menjadikan kalian target." Kata Amycus berjalan hilir-mudik dari pasangan satu ke pasangan lainnya. "dan mereka tidak pernah berpikir dua kali untuk menggunakan kutukan terburuk sekalipun, seperti Kutukan Tak Termaafkan. Untuk pelajaran hari ini, aku mengizinkan kalian menggunakan dua dari kutukan tak termaafkan yaitu Imperius dan Cruciatus."
"Sir," Terry Boot mengangkat tangannya. "bukankah kutukan itu dilarang oleh Kementerian?"
"Lalu kenapa? Aku sudah memberikan kalian izin."
"Sir," aku mengangkat tanganku. "walaupun begitu. Tidak seharusnya kami saling melempar kutukan kepada teman kami. Lagipula, terlalu beresiko jika kami mengucapkan Kutukan Tak Termaafkan."
"Jadi, kau menentang kelasku?" Amycus menatapku murka.
"Ya, tida-"
"Tidak seharusnya pemula seperti kami mengucapkan Kutukan Tak Termaafkan." Potong Draco. Ia berdiri menjulang di depanku, menyembunyikan tubuhku dari tatapan Amycus. "Itu maksud Safera, sir."
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH
FanfictionAncaman. Itulah yang dapat mendeskripsikan tahun ini. Siapa yang akan mengira Kau-Tahu-Siapa akhirnya kembali berkuasa setelah tujuh belas tahun menghilang? Tidak, dia bahkan tidak menghilang. Dia hanya bersembunyi selama tujuh belas tahun terakhir...