77. MAKAM

710 75 28
                                    

Aku meletakkan tongkat Fred di kedua tangannya yang saling bertaut sebelum peti yang akan menyembunyikan tubuh itu tenggelam ke dalam tanah. Aku usap pelan jari-jari dingin yang kini sudah kaku, mencium puncak kepala Fred untuk terakhir kalinya.

Kaki Bukit Blackdown adalah saksi bisu peristirahatan para penyihir yang telah gugur di Perang Dunia Sihir Kedua, menjadikan tempat ini saksi bersejarah keberanian mereka untuk membela kebenaran sampai kutukan terakhir menyerang. Di puncak bukit terdapat makam Cedric, korban pertama kebangkitan Voldemort yang ditentang keras Kementerian saat itu. Gundukan itu terlihat kesepian dengan bunga Marigold yang disihir sehingga selalu segar abadi. Sekarang Cedric sudah tidak sendiri, pejuang-pejuang lainnya berkumpul di sini untuk beristirahat bersamanya, Tonks, Lupin, bahkan Fred.

Di tempat itu juga, rekaman kenanganku dan Fred berkumpul, seakan semua terekam mundur, ke detik ketika Fred menemukanku beberapa hari setelah pelarian, memelukku hangat layaknya tak ada hari esok untuk kami. Ya, seharusnya aku tahu tak ada hari esok. Di detik lainnya, aku kembali ke waktu yang berbeda. Waktu di mana Fred bersumpah di depan makam Cedric untuk menjagaku dengan segenap kekuatannya, dengan segenap cintanya membuatku merindukannya kembali.

Aku menangis ke dalam pelukan Ayah mengingat setiap detik kehangatan Fred. Tangan Fred yang memeluk, tubuhnya yang hangat, matanya yang berbinar, bibirnya yang menyentuh. Semuanya. Semua kenangan manis tentang Fred terekam jelas dan kembali muncul membuatku merindukannya lagi dan lagi.

Bill, Charlie, Percy, George, Ron, dan Harry berdiri di kanan-kiri peti dengan ujung tongkat mengarah ke peti Fred, sementara Mr Weasley berada di ujung peti lainnya yang berseberangan denganku, memiliki tugas lain untuk menutup peti. Mrs Weasley dan Ginny masih sesungukan di belakang Mr Weasley dan Fleur berusaha menenangkan mereka berdua dengan memeluk mereka walaupun tangannya tidak sanggup mencapai dua orang sekaligus.

Tutup peti mulai bergerak, Hermione yang matanya sudah bengkak berusaha tidak menangis lebih parah dariku atau keluarga Weasley. Tangannya menepuk pelan bahuku terkadang membisikan kata menenangkan walaupun tidak ada yang lebih menenangkan dari suara Fred saat ini. Aku ingin mendengar suaranya lebih dari siapa pun.

Kematian Fred bagaikan mimpi untukku, bahkan sampai detik ini, aku tahu aku masih bermimpi karena kakiku sepertinya melayang dan semua terasa berputar.

Dan aku benar-benar sadar ini semua hanya mimpi ketika aku melihat jari kelingking Fred tidak memiliki cincin yang sama denganku. Aku seketika terlonjak membuat Ayah dan Hermione berjengit pelan. Sebelum peti tertutup rapat aku berteriak, "itu bukan Fred!"

Ayah segera menahanku agar tidak meloncat ke atas peti untuk menahannya tetap terbuka. Mrs Weasley dan Ginny semakin terpuruk dalam kesedihan bahkan Fleur juga ikut menangis. George sudah keluar dari barisan untuk menutup wajahnya, tidak lagi sanggup membendung kesedihan yang menyakitkan.

"Itu bukan Fred, Ayah." Kataku berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Ayah. "Dia orang lain!"

"Safe, Ayah mohon tenanglah. Ayah mengerti."

"Ayah tidak mngerti!" Aku terus meronta, menolak peti itu tertutup rapat. Aku harus memastikannya, memastikan siapa yang berada di dalam peti itu. "itu bukan Fred! Aku yakin itu!"

"Safe, please!" Kali ini Hermione berbicara, ia berusaha menghapus air matanya yang terus mengalir. "Kau membuat ini tampak lebih buruk! Aku tahu kau merasa kehilangan, tapi keluarga Weasley lebih kehilangan dari kau!"

"Shut up, Hermione!" Kataku tajam, pertama kalinya aku melakukan itu pada Hermione. "Kau tidak mengerti apapun tentang Fred! Aku tahu itu bukan dia." Aku menunjuk peti Fred.

Kingsley, McGonagall, Luna, Neville, bahkan Harry melihatku. Semua orang menatapku, aku tidak peduli. Aku verusaha menggapai peti mati Fred namun lengan Ayah masih menahanku, memelukku namun aku terus berontak sampai penglihatanku mulai buram dan mengabur.

~~~~~~

Kalian pikir aku bakal mengakhiri ini gitu aja?
Untuk selanjutnya adalah beberapa cuplikan buku selanjutnya.
Feel free to comment~

Akhir kata,
Terima kasih sudah menjadikan cerita saya bacaan kalian^^
Terima kasih masih membaca cerita saya sampai saat^^

HIRAETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang