15. CEMBURU

910 119 26
                                    

Setelah diskusi yang sangat sengit antara Ayah, Mr dan Mrs Weasley tentang kelanjutan pendidikan aku dan Ginny, mereka memutuskan untuk tetap mengirim kami ke Hogwarts. Bukan pilihan yang bagus memang, namun saat ini rumah kami sendiri pun belum tentu menjamin rasa aman. Lagipula, keluarga Weasley dan Colate termasuk ke dalam The Sacred Twenty-Nine sehingga Ayah yakin para Pelahap maut tidak mungkin mengambil risiko untuk membunuh kami di sekolah. Di sisi lain, Hogwarts memiliki lebih banyak guru pendukung Orde, seperti para kepala asrama, Profesor Mcgonagall, Sprout, Flitwick, bahkan Profesor Slughorn yang memutuskan untuk terus mengajar di Hogwarts tahun ini. Itu berarti Snape satu-satunya Pelahap Maut yang ada di Hogwarts.
 
Untuk menjamin keamanan aku dan Ginny, Fred dan George mengajarkan kami beberapa mantera pengecoh yang mereka ciptakan, “setidaknya kalian harus melawan anak-anak Slytherin,” kata Fred memberikan kami alasan kenapa kami harus menguasai mantera mereka.
 
Sebagian besar asrama mungkin akan kehilangan murid mereka, terutama Hufflepuff. Sebagian besar dari kami adalah Muggle-born dan mungkin sebagian besar murid Hogwarts yang memiliki Half-blood akan memilih untuk meninggalkan sekolah. Tidak ingin mengambil resiko menunjukkan diri mereka di hadapan Pelahap Maut, walaupun itu Snape sekalipun.
 
Fred mengajakku berjalan di tepi pantai pada bulan Agustus. Fred dan George memilih pindah ke Charhide untuk menemaniku sampai keberangkatanku ke Hogwarts, sedangkan Ginny tatap berada di The Burrow bersama Mr dan Mrs Weasley, menolak meninggalkan ghoul yang tengah menyamar menjadi Ron. Setidaknya mereka harus meyakinkan Kementerian dengan tidak meninggalkannya sendirian.
 
Laut berombak dingin membuat aku dan Fred meringkuk mencari kehangatan. Kami tidak lagi memberi Mantra Pelindung untuk Charhide selain Mantera Anti-Muggle yang sudah sangat tua dan permanen disihir saat rumah ini dibuat karena memberikan Mantera Pelindung hanya akan membuat kecurigaan Kementerian, mereka akan mengira kami menyembunyikan Harry di salah satu kamar kami yang kosong.
 
Fred merangkul bahuku. Kami masih berdiri menatap ombak di depan kami. Aku menyandarkan kepalaku di bahunya, menopangkan berat tubuhku ke tubuhnya. Dia tidak lagi marah seperti di pernikahan Bill dan Fleur. Kepanikan akan kehilanganku memudarkan rasa marah dan cemburunya malam itu dan hanya meninggalkan rasa bersalah dalam dirinya.
 
“kau tahu?” Fred membuka pembicaraan di antara kami yang sedari tadi terdiam. “aku sangat menyesal meninggalkanmu malam itu.” ucapnya lagi. Dia membicarakan malam pernikahan Bill dan Fleur, satu-satunya topik yang ingin aku hindari. “aku seharusnya tidak marah saat itu. Aku tidak pernah menyentuh Wiski Api lagi setelah malam itu.”
 
“Kenapa?” tanyaku mengangkat wajahku untuk melihat matanya.
 
“karena aku harus siap,” jawabnya menarik tubuhku untuk berdiri di depannya dan menangkup pipiku dengan kedua tangannya. “aku harus siap saat aku mendengar sesuatu tentangmu, kabar darimu, tentang keberadaanmu atau apapun itu. Aku harus siap dan datang padamu secepat yang aku bisa.” Katanya mantap. “aku tidak ingin menyesal untuk kesekian kalinya.”
 
“aku juga minta maaf.” Kataku membuat keningnya mengerut tidak mengerti. “aku tidak memberitahumu tentang Legilimency.”
 
Fred menghembuskan napasnya lega. “aku pikir kau meminta maaf karena kau menyukai Viktor dan berkencan dengannya.”
 
“kau berpikir seperti itu?”
 
“kau tidak tahu betapa kalutnya aku saat ini karena memikirkan itu? kau seorang Legili—“
 
“aku tidak melakukannya setiap saat.” Aku memotong kalimatnya. “hanya jika terpaksa atau jika pikiran itu meluap keluar dari kepalamu. Aku sudah berhasil menguasainya.”
 
“tapi saat itu kau melakukannya padaku.”
 
Saat kami bertengkar, mungkin itu maksut Fred. “saat itu kau sangat marah, dan alkohol membuat semua pikiranmu meluap keluar begitu saja.”
 
Fred mengangguk mengerti. “Jadi, itu salah satu alasan mengapa para Pelahap Maut menginginkan kau menjadi isteri Malfoy?”
 
“Apa?” tanyaku tidak percaya. “ini tidak ada hubungannya dengan itu.”
 
“mereka menanyakanmu saat menginterogasiku.” Kata Fred. “mereka terus menanyakanmu dan memaksakan aku untuk menyerahkanmu pada mereka. Mereka pikir aku menyembunyikanmu. Apa mereka tahu bahwa kau…”
 
“Tidak.” Sanggahku cepat. “kalau mereka tahu aku seorang Legilimen, mereka akan menangkapku dan Ayah.”
 
“Ayahmu juga? Kalian seorang Legilimens?” tangan Fred yang tadinya di pipiku berpindah ke bahuku menunjukkan betapa kecewanya ia tidak mengetahui rahasia besar ini.
 
“itu darah seorang Colate. Kami memiliki keturunan Legilimency.” Jelasku. “tapi, jika Kementerian mengetahui mitos bahwa para Colate memiliki kemampuan Legilimency, mereka akan menangkap kami sesegera mungkin dan sampai saat ini tidak ada apapun yang mengejar kami. Itu artinya…” aku terdiam, mengingat deretan nama yang mengetahui aku atau Ayah adalah seorang Legilimens. “Snape dan Draco tidak memberitahu Kau-Tahu-Siapa.”
 
“Tunggu …” Fred menyentuh pelipisnya dengan tangan kanannya, mencoba mengolah kalimat yang aku ucapkan. “aku mengerti alasan mengapa Snape bisa saja tahu, dia pernah menjadi anggota Orde. Tapi, tapi, bagaimana Draco Malfoy juga tahu?!”
 
Aku menatap Fred, cemburu kembali melingkupnya. “aku tidak sengaja melihat kepalanya saat kami bertabrakan. Dia menyadari lebih cepat dari yang aku duga.”
 
Fred menatapku tidak percaya bagaimana aku dengan cerobohnya melakukan itu pada Draco.
 
“tapi dia berjanji tidak akan mengatakan itu pada siapa pun.”
 
“bagaimana kau bisa percaya dengannya?” tanya Fred geram. “kau terlalu mudah memercayai seseorang, Dawns.”
 
“tapi dia membuktikannya sekarang, tidak ada satupun Pelahap Maut yang mengejar kami. Kau tahu Legilimen  sangat bermanfaat untuk dijadikan mata-mata, dan sangat efektif untuk pertarungan.”
 
“Siapa lagi?” tanya Fred. Aku melihat mata cokelat terangnya. “Siapa lagi yang tahu?”
 
“Anggota Orde, Harry, Hermione, Ron…”
 
“Ron?”
 
“dia tahu sejak kejadian Katie Bell dan kalung kutukan itu.”
 
Fred menghela napasnya lagi. “Lalu?”
 
“Ginny.”
 
“Ginny? Bagaimana bis—“
 
Girl’s talk.”
 
Lagi-lagi Fred menghela napasnya. “bisakah kau berhenti membahayakan nyawamu?”
 
“aku tidak melakukannya.”
 
“kau melakukannya.”
 
“berhenti menanyakan tentangku,” protesku. “sekarang saatnya aku bertanya.”
 
“apa yang ingin kau tanyakan? Aku tidak menyembunyikan rahasia besar sepertimu.”
 
“kalau begitu, kau harus menjawabnya.”
 
Fred mengangguk yakin.
 
“apa yang kau bicarakan dengan Viktor di The Burrow malam itu?” tanyaku menatapnya menantang, aku masih ingin tahu apa yang Fred dan Viktor bicarakan pada malam kami kembali ke The Burrow untuk pertama kalinya setelah pernikahan Bill dan Fleur.
 
Fred mengalihkan mata dengan memandang lautan. “Boy’s talk.” Katanya nyengir.
 
“kau berjanji akan menjawabnya.” Kataku cemberut.
 
“selain pertanyaan itu.”
 
“aku hanya ingin menanyakan itu.”
 
“tidak.” Fred tetap bersikeras sambil menatap selat Inggris di depan kami namun senyum di wajahnya tidak menghilang sama sekali. “kau dapat mengetahuinya dengan melakukan Legilimency.”
 
“aku hanya melakukannya jika terpaksa.”
 
“kau tidak merasa terpaksa untuk mengetahuinya kalau begitu.”
 
“tidak, itu karena kau tidak suka aku melakukan Legilimency padamu dan aku juga tidak ingin melakukannya padamu.”
 
“kenapa?”
 
“aku ingin kau jujur. Aku dapat melakukannya dengan mudah, tanpa kau menyadarinya sekalipun. Tapi aku ingin kau jujur padaku, menjadi dirimu sendiri dan tetap berada di sampingku bukan karena aku mengetahui kelemahanmu tapi karena kau ingin melakukan itu.”
 
Senyum Fred menghilang. Kedua yang tangannya kembali menyentuh pipiku dan matanya mengunci mataku untuk menatapnya. “kau sungguh ingin tahu?”
 
Aku mengangguk.
 
“tanpa melakukan Legilimency?”
 
Aku kembail mengangguk.
 
“aku berterima kasih pada Viktor.” Kata Fred pelan.
 
“Sungguh?”
 
Fred mengangguk. “aku berterima kasih padanya karena telah menjagamu malam itu sampai kau kembali ke pelukanku lagi. Aku bilang padanya bahwa aku menyesal meninggalkanmu malam itu karena cemburu melihat kau memeluknya, aku menyesal melepaskan pengawasanku terhadapmu, dan aku menyesal meninggalkanmu dan beralih ke sepupu Veela bodoh yang Fleur undang.”
 
Aku terkekeh mengingat Fred saat itu menghilang bersama George dan para sepupu Veela.
 
Tangan kiri Fred berpindah ke pinggangku, mendekatkan tubuhku ke arahnya. “aku yakin Krum mengumpat dengan bahasa yang tidak aku mengerti, dia bersumpah akan merebutmu jika aku melakukan itu lagi.” Kata Fred serius. “dan untuk pertama kalinya, aku merasa terancam.”
 
“terancam?”
 
“Aku pernah melihatmu bersama Malfoy, keluarga mereka sangat kaya,  aku tahu itu.  tapi aku yakin kau tak akan menyukai Malfoy. Namun Krum memiliki tingkat yang berbeda, dia dingin tapi aku tahu dia bisa mendapatkan siapa pun, bahkan Hermione pernah menjadi pasangannya. Saat Krum bersumpah untuk merebutmu, aku tahu posisiku terancam saat itu. Semua orang mengenalnya, dia memberikanmu keamanan  saat Inggris sedang porak-poranda, karirnya sangat cerah, dan dia bisa membahagiakanmu seribu kali lebih baik dari caraku melakukannya. Bagaimana mungkin aku mengalahkannya?”
 
Aku tersenyum cerah mendengar Fred mengungkapkan isi kepalanya. Aku melingkarkan ke dua tanganku di lehernya, mendekatkan kepalaku ke telinganya. “kau sudah mengalahkannya.” Bisikku di telinga kanannya membuat Fred membeku di tempat. Lalu aku beralih ke telinga kirinya. “kau sudah mengalahkan Viktor Krum.” Bisikku lagi.
 
Aku memundurkan kepalaku sehingga wajah kami hanya berjarak beberapa senti. Aku tersenyum lembut menatapnya membuat bibir Fred tertarik membentuk sebuah senyum. Tangan kanan Fred yang masih berada di pipiku bergerak menyampirkan anak rambut ke belakang telingaku lalu menyusuri rambutku dan bertahan di belakang kepalaku. Ia mendekatkan kepalaku ke wajahnya hingga bibir kami bertemu menciptakan ciuman lembut.
 
Tangan kiri Fred memelukku semakin erat tidak ingin kalah dengan tangan kanannya untuk berkonstribusi mendekatkan tubuh kami. Fred memiringkan kepalanya, membuat ciuman kami semakin dalam walaupun angin dingin terus menerpa tubuh kami namun kehangatan bibir Fred membuatku melupakan segalanya. Kakiku lemas karena ciuman Fred namun tangannya yang kuat dapat menahan berat tubuhku. Ciuman kami semakin larut hingga tanpa sadar tanganku mencengkeram rambut Fred seakan mencoba berpegangan. Tangan kanan Fred lebih parah, terus mendorong kepalaku seakan benturan di bibir kami tidak membuatnya menyerah untuk membuat kami semakin dekat.
 
Mate, apa yang kalian berdua lakukan?” suara George mengagetkan kami. Aku refleks mendorong tubuh Fred menjauh dan merapihkan rambutku yang sepertinya berantakan karena ulah Fred.
 
Holly shit,” umpat Fred. “kenapa kau selalu mengganggu kami? Kenapa aku tidak mendengar suara langkahmu?”
 
Well, kalau kau lupa, Apparasi tidak membuat suara langkah.”
 
“Apa yang kau butuhkan?” tanya Fred tidak sabar.
 
Well, Sefera…” kata George padaku. “aku hanya ingin memberitahumu, bahwa Fred selalu memperhatikan cincinnya selama kau menghilang bersama Krum, dia melihatmu menghilang bersama Krum dan  takut cincin itu  pecah saat kau jatuh cinta pada Krum.”
 
“Sudah?” tanya Fred geram.
 
“Oh, yeah. Ada lagi.” Tambah George tersenyum jahil. “pada malam pernikahan Bill dan Fleur, Fred terus meracau namamu padahal kami sedang bersama sepupu Veela.” Terang George, Fred sudah mengeluarkan tongkatnya saat George mendekatkan wajahnya di telingaku. “beberapa orang bilang, alkohol mengungkapkan keinginan terpendammu.” Bisiknya.
 
Shut up!” teriak Fred lalu mengarahkan tongkatnya pada George dan detik berikutnya George sudah terbang, terlempar ke laut dingin.

HIRAETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang