Kami duduk di pinggir tebing, angin dingin dan asin menerpa wajah kami. Piring telah kosong dan wine di siang hari telah habis kami sesap. Fred masih mendengarkan cerita panjang tentang mengapa aku pergi darinya. Ia hanya diam sepanjang cerita, tidak memotong atau berkomentar apapun. Matanya menolak keras untuk melihatku, memandang langit terbuka dan laut luas dan kosong.
“Kau pergi ke tempat Malfoy?” Itu pertanyaan pertamanya setelah cerita panjangku sampai tepat di mana kami ditangkap pejambret.
“Harry menyebut nama Kau-Tahu-Siapa.” Kataku.
Fred menghela napas, aku melanjutkan bercerita, melewatkan bagian di mana Draco ke dalam sel dan aku berusaha untuk membujuknya. Cerita itu akan aku simpan nanti. Yah, nanti, mungkin saat dahi Fred tidak berkerut khawatir seperti sekarang atau saat kepalang tidak penuh dengan rasa kesal dan marah.
Setelah cerita berakhir, Fred masih terdiam. Ia membaringkan tubuhnya di atas tanaman lavender laut yang Luna anggap bagai anaknya sendiri. “Jadi, aku tidak melakukan apa pun yang salah padamu?” tanyanya akhitnya.
Aku mengangguk, sekarang aku yang enggan untuk menatapnya, mengalihkan pandanganku pada cakrawala di mana ujung awan dan laut saling bertemu.
“Alasanmu pergi hanya takut aku dalam bahaya?”
Aku mengangguk lagi. “Hermione meyakinkanku untuk bergabung bersamanya, jadi aku memutuskan untuk bersama mereka sebelum—“
“aku menemukanmu kembali.” Potong Fred. “Apa kau sungguh menungguku?”
Aku berbalik untuk melihat wajah Fred. Entah berapa lama kami bercerita, sehingga langit sore keemasan sudah datang menyambut kami. “aku takut bertemu denganmu.” Kataku jujur.
Fred bangun dari tidurnya dan duduk untuk melihat wajahku lebih dekat. “kenapa kau takut?” tanyanya lembut yang aku sendiri terkejut karena ia masih bisa menahan emosinya.
“Aku, aku kabur begitu saja,” aku berpaling darinya.
Kedua tangan Fred menarik wajahku untuk melihat matanya, mata coklat terang yang terpapar sinar matahari, mata yang sangat aku rindukan. Aku bahkan lupa bahwa aku seorang Legilimen setiap kali menatap mat itu. “aku hampir gila saat kau tidak ada di sana.” Bisik Fred. “aku bahkan mengabaikan siapa pun.”
“aku tahu.” Gumamku. “Bill menceritakannya.”
“Kenapa kau tidak ikut bersama Mr Ollivander? Kau bisa menemuiku lebih cepat.”
“aku masih butuh waktu,” aku masih menatap mata Fred, tersimpan rasa kekesalan di sana “dan Fleur menyediakan waktu itu. Dia bilang Bill akan mengantarku padamu saat aku siap.”
“Tapi kapan?”
Aku mengalihkan wajahku, namun Fred masih menahannya sehingga tatapan kami tidak terlepas. “aku tidak tahu. Aku takut kau membuangku setelah apa yang aku lakukan.”
Fred melepaskan kedua tangannya dari wajahku, melihatku tidak percaya. “aku pikir kau yang melepasku,” katanya dengan nada terluka kemudian berubah menjadi kekehan geli, “jadi, kita menganggap telah menolak satu sama lain…”
Fred memelukku dari samping dan menarikku agar kami berbaring di atas bunga lavender laut. Wajahnya terus mendekat, menghidu ceruk leherku kemudian naik ke telinga. Aku menahan geli berusaha menjauhkan wajahnya dari kepalaku.
“Aku tidak akan melepasmu,” bisiknya, “sampai kapanpun.”
Aku tertawa mendengar suaranya. Sebuah rasa nyaman yang sulit aku tolak. Aku melihat Fred, mendekatkan wajah kami kemudian mencium pangkal hidungnya. Fred terkekeh, memegang pinggangku dan gelitik dari tangannya membuat tubuhku bergerak tidak teratur. Kami kembali tertawa, saling memeluk di atas tebing pinggir pantai, di atas bunga lavender laut.
Kami bersembunyi saat hendak masuk ke pondok, mengendap-endap dari Luna karena tidak ingin terkena marahnya jika ia tahu apa yang kami lakukan pada bunga lavender laut favoritnya. Ia sedang di padang rumput, menguji kemampuan tongkat yang dikirimkan Mr Ollivander pagi itu melaui Fred, George, dan Lee. Dean dari kejauhan sedang menatap Luna dengan muram. Tidak ada satupun yang bertanya ketika aku dan Fred kembali ke rumah dengan tawa, saling mendorong dengan piring dan gelas kotor di tangan kami, seakan kecanggungan di meja sebelumnya makan tidak pernah terjadi, seakan hubungan kami baik-baik saja sejak awal, tidak bercelah.
Fleur dan Bill menolak keras ketika Fred, George, dan Lee berinisitf untuk menginap. Pondok mereka tidak memiliki cukup kamar untuk orang lain lagi walaupun si kembar bersikeras akan bermalam di dalam tenda. Belum lagi dua belas orang akan memenuhi meja makan nanti malam. Si kembar berusaha dengan berinisiatif memindahkan meja makan ke halaman belakang seperti apa yang selalu keluarga mereka lakukan di The Burrow. Bill tetap menggeleng dengan gagasan tersebut, memikirkan isterinya akan bolak-balik halaman belakang dan dapur tiga kali sehari adalah hal yang buruk. Mereka belum siap untuk mengurus sembilan anak dan satu goblin. Belum lagi obrolan di luar nalar dari Luna, kenakalan si kembar dan sahabat mereka, tiga remaja lain yang bergaul bersama goblin…
Penolakan Bill tidak terbantah lagi. Ia memang kakak tertua, tetapi ia akan tetap mengusir adiknya demi kesehatan mentalnya sendiri dan juga istrinya. Kemudian diskusi itu berakhir dengan pemindahan empat orang dari Shell Cottage ke rumah bibi Muriel.
Aku, Fred, George, dan Lee akan pergi sebelum matahari tenggelam. Fleur dengan senang hati memberikan beberapa gaunnya untukku. Jantungnya hampir copot saat aku mengatakan membawa dua lusin baju Cedric di dalam tas. Bill memberikan salah satu tangkapannya pada kami. Setelah dibekukan, ikan itu masuk dengan mudah ke dalam tas kulit moke milikku.
Aku menjabat tangan Dean kemudian memeluk Luna, beralih ke Hermione lalu Henry. Aku menjabat tangan Ron namun dia menarikku untuk memeluknya. Aku membalas pelukannya kemudian dia berbisik, “kau tidak menyesal waktu aku menyuruhmu bergabung bersama kami bukan?”
Aku mengangguk. “Terima kasih, Ron.” Bisikku agar tidak terdengar siapa pun. “Aku tidak akan bertemu Fred jika bukan karenamu.”
Fred menarik tubuhku tiba-tiba, menjauhkanku dari adiknya, melihat Ron dengan pandangan sengit. “Matahari hampir tenggelam.” Katanya angkuh.
“Matahari bahkan belum menyentuh laut,” sindir Ron. “Aku lebih suka melihat kalian berpisah sepertinya.”
Fred melotot pada Ron, kemudian Fleur menarikku dari Fred.
“Je suis si heureux pendant que tu es là, je ne pensais pas qu'on se rapprocherait si facilement (aku sangat senang selama kau di sini, tidak menyangka kita akan mudah dekat).” Katanya kemudian memelukku lama.
Aku menjabat tangan Bill, rasa terima kasih tersirat dari wajahnya. Aku mengerti dia berterima kasih karena aku tidak kembali kabur dari adiknya.
Fred kembali menarikku, aku dan Bill akan selalu membuatnya cemburu walaupun kakak tertuanya sudah memiliki isteri secantik Fleur. Kami keluar dan melambaikan tangan kami terakhir kalinya. Fred memegang tanganku erat. Dia akan memimpin aparasi kali ini.
“Siap, Dawns?” tanya Fred.
Aku mengangguk.
“kenapa kau tidak bertanya pada kami juga?” tanya George geli yang disambut dengan anggukan Lee.
Fred tidak mempedulikan mereka, aku merasa genggaman tangan Fred menarikku, kemudian kami berputar.

KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH
FanfictionAncaman. Itulah yang dapat mendeskripsikan tahun ini. Siapa yang akan mengira Kau-Tahu-Siapa akhirnya kembali berkuasa setelah tujuh belas tahun menghilang? Tidak, dia bahkan tidak menghilang. Dia hanya bersembunyi selama tujuh belas tahun terakhir...