65. KOIN

248 55 5
                                    

Aku dan Ginny mengobrol sampai pukul tiga pagi. Mrs Weasley tidak mengomeli kami setelahnya namun bibi Muriel terus saja menggurutu saat kami menghabiskan sarapan siang kami dan tetap berada di ruang makan selama kami membantu Mrs Weasley membuat makan siang.

Fred an George kembali bersama Mr Ollivander saat makan siang, mereka datang dengan membawa batang pohon ebony yang ditemukan di sekitar hutan dan meletakan di meja ruang tamu.

"kau harus melihat bagaimana George hampir kehilangan matanya saat mengambil batang pohon itu." tawa Fred yang telah duduk di ruang makan. "Mr Ollivander segera memberikan mereka telur Doxy, kalau tidak kau akan menjadi George dengan mata dan telinga satu."

Mrs Weasley melotot saat mendengar gurauan Fred, memukul pundaknya marah. "Kau tidak boleh mengataan itu pada saudaramu!" Omelnya.

Mr Ollivander berjalan pelan dan ringkih ke ruang makan, mengisi kursi kosong di sana.

"Oh, maafkan aku, Ollivander. Kau harus bepergian  untuk memenuhi permintaan mereka." Kata Mrs Weasley mengiba.

"Tidak apa, Molly. Aku senang bisa membantu walau tubuhku sangat menyulitkan mereka. Mereka melindungiku dengan baik." Fred dan George membusungkan dada mereka. "Tapi kita punya sedikit masalah, kita belum menemukan inti untuk tongkat itu."

"Yeah, berita baiknya, kita bisa meminta Charlie untuk membawa jantung naga." Kata George.

"berita buruknya, Dean sepertinya harus menunggu lama karena kita tidak tahu kapan Charlie akan kembali." Kata Fred.

Lee yang telah bergabung bersama kami tertawa mendengar gurauan si kembar. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana Dean dapat bertahan tanpa tongkat selama berhari-hari.

"Mr Ollivander," panggilku, duduk di sebelahnya. "apa kita bisa menggunakan inti lain?" tanyaku pelan.

"Tidak harus jantung naga." Jawab Mr Ollivander. "kita bisa menggunakan inti yang lain."

Aku teringat sesuatu. "aku memiliki beberapa helai rambut Unicorn. Apa itu bisa membantu?"

"lebih dari membantu, sayang." Sahut Mr Ollivander bersemangat.

"Dari mana kau dapat rambut Unicorn?" tanya Fred.

"Safera, brilian!" seru Ginny. "dia megumpulkan rambut Unicorn di Hutan Terlarang saat kami terkena detensi Snape."

"Kalian mendapat detensi ke hutan terlarang?" tanya Mrs Weasley tidak percaya.

"dengan Hagrid." sahutku cepat. Mrs Weasley menghembuskan napas lega.

"Aku akan mencekik Snape jika dia benar-benar mengirim kalian ke sana tanpa pengawasan." Keluh Mrs Weasley.

Aku dan Ginny slaing melirik, menyembunyikan fakta apa yang membuat kami mendapatkan detensi. Mrs Weasley percaya Snape memberikan kami detensi karena kami memiliki hubungan erat dengan anggota Orde.

Setelah makan siang, aku menunjukan rambut Unicorn kepada Fred dan George. Mr Ollivander terkagum dengan bagaimana aku menyimpannya di dalam tas tanpa ada kerusakan. Aku menyerahkan dua lusin helai rambut Unicorn walaupun mereka bersikeras hanya membutuhkan sekitar satu atau dua helai.

Selama Fred dn Georhe berkutat bersama Mr Ollivander untuk membuat tongkat Dean, aku dan Ginny menyusuri sabana luas di sekitar rumah. Mrs Weasley bersikeras agar kami tidak melewati batas rumah karena Ginny masih di bawah umur, jika dia tanpa sengaja menggunakan tongkatnya, itu akan membuat kami mudah terlacak.

Lee berada di pondok kecil bersama Mr Weasley sibuk mendiskusikan cara berkomunikasi efektif dengan anggota Orde lainnya. Sesekali Mr Weasley melihat kami, memastikan tidak hilang dari jarak pandangnya.

Aku dan Ginny menghabiskan waktu kami dengan mengobrol sisa percakapan kami semalam. Aku bahkan tidak ingat siapa yang memejamkan mata lebih dulu saat itu. Pembicaraan mengalir begitu saja mengenai banyak hal. Aku sengaja melewati detail tentang Harry dan Ron karena itu akan membuat Ginny semakin khawatir. Aku tahu, di kepala Ginny terus meluap pertanyaan mengenai saudaranya, atau Harry. Aku, Fred, George, dan Lee sepakat tidak akan memulai pembahasan mengenai Harry di depan Ginny.

Matahari mulai tenggelam. Aku dan Ginny kembali ke dalam rumah untuk membantu Mrs Weasley menyiapkan makan malam walaupun Mrs Weasley sudah sangat mahir untuk  menyiapkan makan malam dalam jumlah besar mengingat anggota keluarganya juga cukup banyak. Hari ini tidak ada anggota Orde yang datang, Ginny bilang beberapa hari sekali kami akan kedatangan tamu, entah itu Kingsley, Lupin atau Tonks.

Ginny terlihat gelisah saat makan malam, tangannya tidak berhenti untuk menyentuh saku celananya membuatku melirik heran. Si kembar yang juga menyadari kejanggalan Ginny menjadikannya bahan candaan yang disambut Ginny dengan mata marah.

Setelah makan malam, Ginny mengajakku masuk ke kamar lebih cepat dari seharusnya. Lee yang kali ini bergabung dengan Fred dan George untuk menyelesaikan operasi pembuatan tongkat Dean. Saat pintu kamar terkunci, Ginny mengeluarkan Galleon dari saku celananya.

Itu bukan Galleon biasa, tapi Galleon yang kami gunakan untuk berkomunikasi dengan anggota LD lainnya. Ginny menyebutkan namanya pada koin itu dan tulisan muncul di sana.

HARRY KEMBALI
KITA AKAN BERTEMPUR
SEGERA BER-APARASI KE DALAM HOG'S HEAD

Ginny terkesiap membaca tulisan itu. "Harry kembali!" bisiknya. "Dia ada di Hogwarts!"

Aku segera mengambil tas kulit Moke yang aku sampir di kepala tempat tidur. "Kita harus ke Hog's Head." Kataku membara.

"Tunggu!" tahan Ginny. "Tapi kita tidak bisa pergi begitu saja. Mum akan melarang kita keluar."

Aku terdiam, kami mendengar langkah kaki bergairah mendekati kamar kami.

"Fred dan George!" kata Ginny bersemangat. Ia keluar kamar, menyembulkan kepalanya melalui celah pintu yang dibuka sedikit.

Aku melakukan hal yang sama. Fred, George, dan Lee masih berdiri melihat kami heran. Kamar mereka tepat bersebelahan dengan kami. Ginny memberikan isyarat pada mereka untuk mendekat dan mengikuti kami ke dalam kamar. Mereka saling melirik ragu namun akhirnya mengikuti kami.

Setelah mereka masuk, aku kembali mengunci kamar.

Lee yang terkejut segera memprotes, "girls, kalian harus tahu aku tidak pernah masuk ke kamar perempuan sebelumnya."

Ginny segera menunjukkan Galleon DA pada mereka. Mereka terdiam menunggu selama tiga detik untuk mengolah semua itu selanjutnya senyum sumringah muncul di wajah mereka.

"Apa yang kalian tunggu? Ayo!" Fred hendak membuka pintu namun Ginny berlari menghadangnya.

"Mum dan Dad masih di bawah." Katanya pelan. "Mereka tidak akan mengizinkan kita untuk keluar di malam hari."

"Tapi ita tidak bisa menunggu lebih lama." Keluh Lee. "begini saja," Lee membuat kami menatapnya penuh harap. "Kalian akan berbicara dengan orang tua kalian, aku dan Safera akan ke sana lebih dulu, setuju?"

Fred hampir mencekik Lee kalau saja tidak ditahan oleh George. "aku akan membunuhmu setelahnya." Kata Fred menahan emosi.

"kita harus mecari jalan keluar." Kataku menengahi. "bagaimaa dengan jendela?"

Mereka melirikku dan tersenyum. Fred dan George segera membuka dua jendela di kamar Ginny dan melihat ke bawah. Tidak ada suara terdengar dari lantai satu karena ruang makan berada di sudut lain rumah.

George menyihir perosotan halus yang meredam suara kemudian dia turun lebih dulu. Setelah keadaan aman, ia memberikan isyarat pada kembarannya di atas. Fred mempersilahkan Ginny untuk meluncur lebih dulu menyusul George, kemudian aku, Lee dan Fred menutup jendela, memastikan kami tidak meninggalkan jejak apapun sebelum ia meninggalkan kamar.

HIRAETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang