9. WARISAN

459 102 21
                                    

“Ka-kami?” kata Ron.
 
“Ya, kalian…” Harry memotongnya.
 
“Dumbledore sudah meninggal sebulan lalu. Mengapa butuh waktu yang begitu lama untuk memberikannya pada kami?”
 
“Sudah jelas, kan?” kata Hermione sebelum Scrimgeour menjawab. “Mereka ingin memeriksanya terlebih dahulu. Kalian tidak punya hak!” suaranya bergetar.
 
“Kami punya,” kata Scrimgeour. “Dekrit Hak Penyitaan memberi Kementrian hak untuk menyita barang, bila…”
 
“Hukum itu ditujukan untuk menghentikan para penyihir yang memindahkan artifak Ilmu Hitam,” kata Hermione, “dan Kementerian seharusnya punya bukti kuat untuk menyita barang! Kau pikir Dumbledore akan memberikan barang yang dikutuk pada kami?”
 
“Apakah kau berencana bekerja di Departemen Hukum Sihir, Miss Granger?” Tanya Scrimgeour.
 
“Tentu tidak,” jawab Hermione. “Aku hanya ingin melakukan sesuatu yang benar!”
 
Ron tertawa. Mata Scrimgeour menatap Ron lalu kembali ke Harry saat Harry berbicara. “Jadi, mengapa kau memutuskan untuk memberikannya pada kami sekarang? Tidak punya alasan lain untuk bisa menahannya?”
 
“Bukan, karena batas tiga puluh satu hari mereka sudah habis,” kata Hermione. “Mereka tidak boleh menyimpan suatu benda lebih lama kalau memang tidak terbukti berbahaya.”
 
“Apakah kau dekat dengan Dumbledore, Ronald?” tanya Scrimgeour mengacuhkan Hermione.
 
Ron terkejut. “Aku? Tidak –tidak juga… biasanya Harry yang…” Kata Ron sambil menoleh ke arah Harry dan Hermione yang memberinya tatapan ’Diam’! Tapi sudah terlambat. Scrimgeour sudah mendapatkan apa yang ingin ia dengar. Ia langsung menyambar jawaban Ron seperti seekor burung yang sudah mengincar mangsanya.
 
“Kalau kau tidak terlalu dekat dengan Dumbledore, apa yang kau katakan bila kau ada dalam wasiatnya? Dia telah memilih beberapa orang untuk menerima barang peninggalannya. Begitu banyak peninggalannya –perpustakaan pribadi, benda-benda sihir, barang-barang pribadi– yang tertinggal di Hogwarts. Menurutmu, mengapa kau menjadi salah satu penerimanya?”
 
“Aku… entahlah,” kata Ron, “aku… saat aku bilang kami tidak terlalu dekat… maksudku, aku rasa dia cukup menyukaiku…”
 
“Jangan merendah, Ron!” kata Hermione. “Dumbledore benar-benar menyukaimu.” Tentu saja itu tidak benar karena Ron dan Dumbledore tidak pernah begitu dekat bahkan mereka hampir tidak pernah saling kontak.
 
Namun, Scrimgeour tidak peduli. Ia mengeluarkan sebuah tas dari balik jubahnya, tas yang ukurannya sedikit lebih besar dari kantung pemberian Hagrid untuk Harry. Lalu ia mengeluarkan segulung perkamen, membukanya dan membacanya. “’Peninggalan dan Wasiat Terakhir Albus Percival Wulfric Brian Dumbledore’... ah, ini dia… ‘untuk Ronald Bilius Weasley, aku berikan Deluminator, semoga dia akan mengingatku saat menggunakannya.’“
 
Scrimgeour mengeluarkan sesuatu dari dalam tas. Scrimgeour menyerahkannya sebuah korek perak pada Ron yang langsung memainkannya dengan tangan korek perak itu dapat menyedot cahaya dan mengembalikannya lagi dalam sekali tekan,  Ron tertegun.
 
“Sebuah benda yang berharga,” kata Scrimgeour, memperhatikan Ron. “Juga unik. Jelas Dumbledore membuatnya sendiri. Mengapa ia memberimu barang yang begitu langka?”
 
Ron menggelengkan kepalanya, kebingungan.
 
“Dumbledore pasti punya ribuan murid,” lanjut Scrimgeour. “Tapi yang dia hanya kalian berempat. Tahukah kalian? Kira-kira Dumbledore ingin kau melakukan apa dengan Deluminator itu, Mr. Weasley?”
 
“Memadamkan lampu, kurasa,” gumam Ron. “Memang aku bisa melakukan hal lainnya?”
 
Jelas Scrimgeour pun tak tahu. Setelah memperhatikan Ron beberapa saat, ia kembali ke surat wasiat Dumbledore.
 
“’Untuk Miss Hermione Jean Granger, aku berikan The Tales of Beedle the Bard, semoga ia terhibur dan dapat belajar darinya.’“
 
Kali ini Scrimgeour mengeluarkan sebuah buku kecil yang sangat tua dari dalam tasnya.  Sampulnya lusuh dan banyak bagian yang boncel. Hermione mengambilnya dari Scrimgeour tanpa berkata apa-apa. Hermione meletakkan buku itu dipangkuannya dan terus menatapnya. Aku  melihat judulnya tertulis dalam huruf Rune. Lalu terlihat tetesan air mata membasahi simbol-simbol itu.
 
“Mengapa ia memberimu buku itu, nona Granger?” tanya Scrimgeour.
 
“Dia… dia tahu aku suka buku,” isak Hermione sambil menghapus air mata dengan lengan bajunya.
 
“Tapi mengapa buku itu?”
 
“Aku tidak tahu. Mungkin dia pikir aku akan suka.”
 
“Apakah kau pernah berdiskusi tentang kode atau pesan rahasia dengan Dumbledore?”
 
“Tidak pernah,” kata Hermione yang masih mengapus air mata dengan lengan baju. “Dan bila dalam tiga puluh satu hari Kementerian tidak bisa menemukan kode rahasia, aku rasa aku pun tidak bisa.”
 
“Untuk Safera Dawndusk Colate,” baca Scrimgeour membuat jantungku berdegup cepat mengabaikan Hermione begitu saja. “’aku berikan Fawkes, burung Pheonix yang telah aku jinakkan, burung paling setia dan mampu membantu makhluk yang memiliki pengabdian yang sama, sebagai cerminan sifatnya dan pengingat bahwa kesetiaannya akan mempengaruhi langkah di masa depan.’”
 
Tidak ada yang berbicara lagi, aku mencelos, bahkan Hermione lupa menutup rahangnya saat mendengar nama Fawkes disebutkan.
 
“Tapi bukankah burung Pheonix bukan satwa yang dapat diwariskan? Ia akan bebas dan pergi untuk menemukan jalannya sendiri begitu pemiliknya meninggal.” Kataku setelah menguasai keterkejutan.
 
“dan burung itu adalah burung langka,” tambah Hermione. “tidak semua penyihir dapat memilikinya.”
 
“dan, seperti kata Anda, Miss Colate, karena itu, kami tidak bisa menemukan burung itu dan tidak ada benda dan mantera apapun yang dapat melacaknya sehingga kami tidak dapat menyerahkan Fawkes padamu.” Kata Scrimgeour. “Ini bukanlah yang biasa, menurutmu, mengapa ia memberimu burung Pheonix?” Tanya Scrimgeour.
 
“aku juga tidak mengerti.” Jawabku.
 
“tidak ada satupun barang yang diwariskan Dumbledore dapat kami mengerti.” Keluh Hermione. “bisakah Anda berhenti bertanya mengapa ia mewariskannya kepada kami?”
 
“’Untuk Harry James Potter,’“ baca Scrimgeour, ”’aku berikan Snitch yang ditangkap dalam pertandingan Quidditch pertamanya di Hogwarts, sebagai tanda penghargaan atas bakat dan usahanya.’“
 
Lalu Scrimgeour mengeluarkan sebuah bola emas kecil seukuran kacang walnut. Sayap peraknya bergetar lemah. Sekarang yang Harry rasakan hanyalah kegembiraan yang memudar.
 
“Mengapa ia memberimu Snitch ini?” tanya Scrimgeour.
 
“Tidak tahu,” kata Harry. “Seperti yang telah kau baca, kurasa… penghargaan bila kau… berusaha dan apa tadi itu.”
 
“Jadi, menurutmu ini tanda mata belaka?”
 
“Sepertinya,” kata Harry. “Memang ada yang lain?”
 
“Jelaskan padaku,” kata Scrimgeour, menggeser kursinya mendekat ke sofa. Di luar malam sudah benar-benar turun. Dari jendela terlihat tenda putih jauh di balik pagar tanaman. “Kue ulang tahunmu berbentuk Snitch,” kata Scrimgeour pada Harry. “Jelaskan!”
 
Hermione tertawa mengejek.
 
“Oh, itu karena Harry memang seorang Seeker hebat, jelas sekali kan,” kata Hermione.
 
“Mungkin ada pesan rahasia dari Dumbledore di permukaannya!”
 
“Aku rasa tidak ada yang di sembunyikan di permukaannya,” kata Scrimgeour, “tapi Snitch adalah sebuah barang yang tepat untuk menyembunyikan sebuah benda kecil. Aku yakin kalian tahu.”
 
Harry mengangkat bahunya.  “Karena Snitch mampu mengingat sentuhan,” jawab Hermione.
 
“Apa?” kata Harry dan Ron bersamaan, mengingat sedikitnya pengetahuan yang Hermine tahu tentang Quidditch.
 
“Benar,” kata Scrimgeour. “Sebuah Snitch tidak pernah disentuh sebelum dilepaskan, bahkan oleh para pembuatnya, mereka diharuskan untuk menggunakan sarung tangan. Disihir agar dapat mengenali orang pertama yang menyentuhnya, mencegah bila ada pertengkaran siapa yang menangkap lebih dulu. Snitch ini,” Scrimgeour mengangkat bola emas kecil itu, “akan mengingat sentuhanmu, Potter. Menurutku, Dumbledore, dengan kemampuan sihirnya yang menakjubkan, telah menyihir Snitch agar hanya terbuka untukmu.”
 
 “Kau diam saja,” kata Scrimgeour. “Apakah kau sudah tahu apa isi Snitch ini?”
 
“Tidak,” kata Harry.
 
“Terimalah,” kata Scrimgeour.
 
Harry menatap langsung ke dalam mata kuning sang Menteri dan mengulurkan tangannya lalu Scrimgeour meletakkan Snitch, perlahan dan penuh hati-hati, di telapak tangan Harry. Tidak terjadi apa-apa. Saat Harry mengenggam Snitch, sayapnya bergetar dan kembali diam. Aku, Scrimgeour, Ron, dan Hermione tetap memandangi bola itu, berharap akan ada perubahan sekecil apa pun.
 
“Dramatis sekali,” kata Harry tenang. Aku, Ron dan Hermione tertawa.
 
“Hanya itu, kan?” kata Hermione sambil berusaha berdiri dari sofa.
 
“Tidak juga,” kata Scrimgeour, yang mulai marah. “Dumbledore memberi dua warisan padamu, Potter.”
 
“Apa itu?” kata Harry, kegembiraan itu kembali.
 
“Pedang Godric Griffindor,” kata Scrimgeour.
 
Hermione dan Ron membeku. Aku  mencari-cari tanda adanya pedang berhiaskan mirah di gagangnya, tapi Scrimgeour tidak mengeluarkan sesuatu dari tasnya, yang jelas terlalu kecil untuk menyimpan sebuah pedang di dalamnya.
 
“Ada di mana?” tanya Harry curiga.
 
“Sayangnya,” kata Scrimgeour, “bukan hak Dumbledore untuk memberikan pedang itu. Pedang Godric Gryffindor adalah artifak sejarah yang penting, sehingga barang itu menjadi milik…”
 
“Itu milik Harry!” kata Hermione panas. “Pedang itu memilihnya, Harry yang menemukannya, Harry mengeluarkannya dari topi seleksi…”
 
“Berdasarkan sumber sejarah yang dapat dipercaya, pedang itu dapat muncul dihadapan orang yang sesuai dengan kriteria Gryffindor. Dan itu tidak membuatnya menjadi barang pribadi milik Mr Potter, walau Dumbledore sudah memutuskan.” Scrimgeour menggaruk pipinya yang tidak tercukur rapi sambil mengamati Harry. “Menurutmu, mengapa…”
 
“Mengapa Dumbledore memberikan pedang itu padaku?” potong Harry yang mencoba menahan amarahnya. “Mungkin Dumbledore pikir akan bagus bila aku menjadikannya hiasan dinding.”
 
“Jangan bercanda, Potter!” geram Scrimgeour. “Apakah karena Dumbledore percaya bahwa hanya pedang Godric Gryffindor yang dapat mengalahkan Ahli Waris Slytherin? Apakah dia ingin memberikan pedang itu padamu, Potter, karena dia percaya, seperti kebanyakan, bahwa kau adalah yang ditakdirkan untuk menghabisi Dia Yang Tak Boleh Disebut?”
 
“Teori yang menarik,” kata Harry. “Apakah sudah ada yang pernah mencoba menusuk Voldemort dengan pedang? Mungkin Kementerian harus menyuruh seseorang untuk melakukannya, daripada membuang waktu meneliti Deluminator, atau menangkap buronan dari Azkaban. Jadi ini yang kau lakukan, tuan Menteri, mengunci diri di dalam kantor, mencoba membuka Snitch? Orang-orang sekarat di luar sana, dan aku salah satu dari mereka. Voldemort terbang mengejarku dan membunuh Mad-Eye Moody, dan Kementrian diam saja. Dan kau masih berharap kami akan bekerja sama denganmu!”
 
“Keterlaluan!” teriak Scrimgeour yang langsung berdiri. Harry pun melompat berdiri.
 
Scrimgeour melangkah maju dan menusukkan tongkatnya ke arah dada Harry dan meninggalkan lubang kecil seperti bekas terbakar di kaus Harry.
 
“Oi!” kata Ron yang langsung berdiri dan mengangkat tongkatnya.
 
Tapi Harry berkata, “Jangan! Jangan beri dia alasan untuk menangkap kita.”
 
“Ingat bahwa kau tidak sedang di sekolah, hah?” kata Scrimgeour mendengus di depan wajah Harry. “Ingat bahwa aku bukan Dumbledore yang memaafkan semua penghinaan dan keangkuhanmu, Potter. Kau bisa saja menyandang bekas lukamu seperti mahkota, Potter, tapi anak berumur tujuh belas tahun tidak pantas memberi tahu apa yang harus kukerjakan! Sudah saatnya kau belajar menghormati orang lain!”
 
“Dan saatnya kau belajar mendapatkannya,” kata Harry.
 
Lantai bergetar, terdengar suara berlari, lalu pintu ruang duduk terbuka. Mr dan Mrs Weasley berlari melewatinya.
 
“Kami –kami rasa kami mendengar…” kata Mr. Weasley yang langsung waspada melihat Harry dan Menteri berdiri berhadapan saling mengangkat dagu.
 
“… ada yang berteriak,” kata Mrs Weasley terangah-engah.
 
Scrimgeour mundur beberapa langkah menjauhi Harry dan melihat lubang yang dibuatnya di kaus Harry. Scrimgeour menyesal telah kehilangan kendali.
 
“Tidak – tidak ada apa-apa,” geram Scrimgeour. “Aku… kecewa atas kelakuanmu,” katanya sambil menatap wajah Harry. “Sepertinya kau menganggap bahwa Kementerian tidak memiliki keingingan yang sama denganmu –dengan Dumbledore. Seharusnya kita bekerja sama.”
 
“Aku tidak menyukai metodemu, Pak Menteri,” kata Harry. “Ingat ini?” Harry mengacungkan kepalan tangan kanannya dan menunjukkan pada Scrimgeour bekas luka yang masih tampak jelas, bertuliskan ‘aku tidak boleh berbohong’. Wajah Scrimgeour mengeras. Ia berbalik dan meninggalkan ruangan tanpa satu kata pun.
 
Mrs Weasley bergegas mengikutinya. kami dapat mendengar Mrs  Weasley berkata dari pintu belakang, “Dia sudah pergi!”
 
“Apa yang dia ingingkan?” tanya Mr Weasley memandangi Harry, Ron, dan Hermione. Lalu Mrs Weasley kembali ke dalam.
 
“Memberikan peninggalan Dumbledore pada kami,” kata Harry. “Benda-benda ini diberikan sesuai wasiat Dumbledore.”
 
Di atas meja makan di kebun, ketiga barang yang baru saja diserahkan Scrimgeour berpindah-pindah tangan mengelilingi meja. Tiap orang membicarakan Deluminator dan The Tales of Beedle the Bard, kecewa akan keputusan Scrimgeour tidak menyerahkan pedang itu dan kenyataan bodoh bahwa Kementerian menyetujui seekor burung Pheonix untuk diwariskan. Tapi tidak seorang pun mengerti mengapa Dumbledore memberikan Snitch tua pada Harry.
 
Mr Weasley memeriksa Deluminator ketiga atau keempat kalinya, sementara Mrs Weasley berkata, “Harry, sayang, semua orang kelaparan sekarang, kami tidak ingin memulainya tanpamu… bisakah aku menyajikan makan malam sekarang?”
 
Setelah semua makan, menyanyikan “Selamat Ulang Tahun”, dan menelan banyak potongan kue, pesta pun usai. Hagrid, yang diundang ke pesta pernikahan ke esokan harinya, tapi terlalu besar untuk bisa tidur di dalam The Burrow, mendirikan tenda di halaman belakang.

HIRAETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang