Aku sedang menghabiskan sarapanku bersama Dean dan Luna pagi itu. Fleur dan Bill sibuk berdiskusi di balik bak cuci piring sambil memandang jendela di mana terdapat taman belakang dengan buang lavender laut, semaknya menyimpan tubuh kaku Dobby di dalam tanah. Harry, Hermione, dan Ron sudah masuk ke dalam kamar si goblin, menduskusikan apapun tentang rencana mereka berikutnya. Setelah Bill mengorek sedemikian rupa, Harry tetap tidak ingin berbagi rahasia dengannya sehingga Bill menyerah.
Aku memegang pialaku saat menyadari cincin di jari kelingking kiri mulai berubah warna dengan lambat.
Pintu rumah di ketuk dua kali dengan keras. Seseorang di luar, tengah memaksa masuk. Bill dan Fleur berlari dari dapar ke ruang tamu dengan tongkat terangkat. Aku menyusul mereka, sangat percaya diri karena sudah memiliki tongkat kembali.
“Bill! Ini aku! Cepat buka pintunya!” teriak suara dari luar, terasa cukup akrab.
“Bill!” raung suara itu lagi. “Kami Fred dan George bersama Lee, mengirimkan sesuatu dari Mr Ollivander.”
Bill melihatku. Aku menggelengkan kepala, belum siap melihat Fred dalam waktu dekat. Namun Bill tidak peduli, dia mengangkat tangan kiriku, melihat cincin di jari kelingking yang sudah berubah menjadi warna merah.
“Itu mereka!” kata Bill pada Fleur yang mengangguk mengerti dan membuka pintu depan.
Fred dan George berhambur masuk bersama Lee yang memegang koyak kayu panjang dan kokoh. Aku menarik tanganku dari Bill. Mataku bertemu dengan Fred. Aku bergegas lari ke dalam kamar.
“Kami membawa kiriman dari Mr Ollivander untuk Luna.” Kata George.
“NO!” teriak Fred. “Jangan lari!”
Layaknya cerita romantis dalam buku fiksi milik Ginny yang pernah aku baca saat liburan di The Burrow, panggilan Fred tidak berhasil menghentikanku. Aku membanting pintu membuat semua orang di sana terdiam selama beberapa detik, kemudian suara Luna terdengar sayup-sayup.
“Oh, tongkat baru untukku!” seru Luna.
Aku megunci pintu kamar dengan sihir sehingga Fred tidak bisa membukanya dengan mudah. Namun aku masih bisa mendengar Fred meninju pintu dengan sangat keras sehingga jantungku berdebar cepat. Setengah takut jika Fred berhasil menerobos masuk dan setengah khawatir jika pintu itu melukai tangannya.
“Kau harus mengganti properti jika terjadi kerusakan.” Kata Bill.
“Yeah,” sahut Fred tidak peduli. “terima kasih mengingatkan, karena aku akan menghancurkan pintu ini sekarang!”
“Kau tidak bisa!” kali ini Fleur menyahut.
“Dawndusk terkunci di dalam!” raung Fred tidak sabar. “aku harus bertemu dengannya sekarang!”
“Well, itu sedikit mengganguku.” Sahut Lee. “Dia menunci dirinya di dalam, Fred.”
“yeah, bukan terkunci di dalam.” Kali ini suara George. “tidak ada satu pun di sini yang ingin dia terkunci.”
“Hey, ada apa ini?” suara langkah kaki terdengar dari tangga.
“Blimey—George! Fred!” teriak Ron kegirangan. “aku tidak menyangka melihat kalian di sini.
Aku mendengar Hermione terkesiap dan suara tubuh bertabrakan. Mungkin Hermione tengah memeluk salah satu dari tiga tamu yang datang. “Kami mendengar kalian di Potterwatch! Itu fenomenal!”
“Yeah, kami tahu.” Balas Lee.
“di mana Safera? Dia harus bertemu kalian.” Kata Harry.
Hening kemudian seakan satu dari mereka tengah memberikan kode rahasia. Suara langkah terdengar mendekati pintu kamar, disusul ketukan lembut tiga kali.
“Safe…” panggil Hermione di depan pintu kamar seakan tahu aku tengah bersandar di balik pintu terkunci itu.
“mungkin Safera takut pada Fred. Dia datang seperti Skin-walker membuat Safera—“
“Skin-walker?” tanya Lee yang belum pernah mendengar makhluk aneh yang Luna yakini ada.
“Yeah, mereka bisa berubah bentuk menjadi apa saj—“
“Itu hanya penyihir yang melakukan animagi, Luna.” Sambar Hermione tidak sabar. Dia kembali mengetuk pintu. “Safe… berikan tanda jika kau mendengarku.” Katanya lagi.
Aku mengetuk pintu dengan jari telunjukku dua kali, sangat pelan karena aku takut Fred masih bisa mendengarnya.
“Ketuk lagi jika kau merasa aman.” Aku mengetuk pintu lagi. Kemudian Hermione mengatakaan, “Baik, aku mengerti.”
Aku terduduk di depan pintu kamar, menekuk kaki dan tanganku, menenggelamkan wajahku di sana.
“Apa yang kau mengerti?” tanya Fred tidak sabar.
“Dia hanya butuh watu, Fred.” Jawab Hermione.
“Kenapa dia butuh waktu?”
“Banyak hal terjadi…” Hermione menghela napas. “…saat dia pergi darimu.”
“dia kehilangan anggota tubuhnya? Splinching?”
“What? Tidak!” raung Ron.
“dia terkena kutukan?”
“Tidak.” Kali ini Hermione yang menjawab.
“dia kehilangan tongkatnya?”
“Well, sebenarnya itu aku.” Jawab Dean.
“apa dia… apa dia menemukan orang lain… yang…”
“Tidak, Fred.” Sahut Harry cepat. “Its still you… until now.”
“Lalu, kenapa dia bersembunyi setelah melihatku?” tanya Fred terdengar putus asa. Tidak ada yang menyahut kali ini. “Tidak bisakah kalian memberiku jawaban?” tanya Fred tidak sabar.
“dia ‘anya butu’ sendiri!” sahut Fleur tidak sabar. “dan kau ‘arus menunggu!”
“berapa lama?”
Tidak ada jawaban sampai aku mendengar sesuatu terjatuh di depan pintu. Seseorang bersandar di balik pintu. Aku dapat merasakan bagaimana jubah tebal bergesekan dengan daun pintu. Ad pikiran yang meluap terbuka, memilik banyak cabang dan aku sendiri sulit memilah apa yang harus aku lihat lebih dulu.Sayup-sayup aku mendengar suara tangis yang disembunyikan. Terdengar pintu dapur terbuka dan tertutup kembali, suara langkah menaiki anak-anak tangga. Kemudian hening, seperti semua orang bekerja sama meninggalkanku dengan Fred yang bersandar di balik pintu.
Ya, itu Fred. Aku tahu. Aku merasakannya. Seluruh napasnya, detak jantungnya, semua yang ada di pikirannya. Aku dapat merasakannya.Entah berapa lama kami terdiam karena waktu terasa sangat panjang. Matahari semakin menyilaukan, sinarnya yang tidak dihalangi awan merembes masuk melaui jendela. Tarikan napas Fred sudah lebih tenang. Seseorang membuka pintu dapur dan melangkah mendekati Fred. Suara Bill yang tenang sayup-sayup terdengar membujuk Fred untuk beranjak dari tempatnya, terdengar mengayomi layaknya seorang kakak tertua.
Suara pintu kembali terdengar, dan semuanya kembali hening. Bill sepertinya berhasil membujuk Fred untuk pergi, kemudian ketukan halus terdengar dari luar pintu.
“Safera,” panggil Fleur halus, “Vous pouvez sortir, il n’y a que moi (kau bisa keluar, hanya ada aku).” Katanya menggunakan bahasa Prancis. “Tu n'as pas encore déjeuné, il est presque midi.(Kau belum sarapan, ini sudah hampir siang).” Bujuknya lagi. “Bill a emmené Fred pêcher dans la mer.(Bill mengajak Fred memancing di laut.)”
Aku berpikir sejenak. Aku tahu aku belum siap, tapi bersembunyi dari Fred juga tidak bisa aku lakukan terus-menerus.
Aku menarik mantera pengunci dan menghadap Fleur yang masih berdiri di depan pintu kamar. Celemek masih yang sama seperti pagi tadi. Wajahnya tenang namun masih terlihat jejak marah di sana jelas dia akan kesal.melihat tingkahku yang seperti pengecut, belum lagi membiar Fred seperti tubuh tak bernyawa, kemudian Fleur menghela napas dan dia menarikku ke dalam pelukannya.~~~~~
Aku tahu part ini pasti bakal rame komen.

KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH
FanfictionAncaman. Itulah yang dapat mendeskripsikan tahun ini. Siapa yang akan mengira Kau-Tahu-Siapa akhirnya kembali berkuasa setelah tujuh belas tahun menghilang? Tidak, dia bahkan tidak menghilang. Dia hanya bersembunyi selama tujuh belas tahun terakhir...