Lukisan kembali bergeser terbuka,wajah-wajah familiar di lapangan Quiddicth muncul memberikan teriakan memekak telinga. Para Kapten Quiddicth sebelumnya bermunculan satu per satu, Oliver Wood, Angelina Johnson, Roger Davies. Aku berlari memeluk Angeline saat wajah lainnya kembali muncul seperti Katie Bell, Alicia Spinnet, Anthony Rickett, Herbet Fleet. Aku bersorak gembira melihat anggota Quiddicth Hufflepuff yang telah lulus kemudian Bill dan Fleur muncul dari terowongan disusul Mr dan Mrs Weasley yang terlihat waswas. Ruangan semakin penuh sesak dengan semakin banyak orang yang bermunculan.
“Di mana Harry?” tanya Mr Weasley khawatir.
“Well, dia pergi.” Jawab George menunjuk lemari kecil di sudut.
“Mecari sesatu tentang Ravenclaw dengan Luna.” Sahut Fred.
“Dia akan segera kembali Dad.” Kata George lagi.
Terdengar suara menuruni tangga dengan cepat saat Kingsley dan Lupin mendekati lemari itu.
“Ap—“ suara Harry terdengar sayup, kemudian ia terpeleset bebrapa anak tangga saking terkejutnya dengan apa yang ia lihat. Semua mata melihat Harry dengan keterkejutannya.
“Harry, apa yang terjadi?” tanya Lupin di kaki tangga.
“Voldemort sedang dalam perjalanan ke sini, guru-guru sedang membuat pertahanan di sekolah —Snape melarikan diri—apa yang kalian lakukan? Bagaimana kalian tahu?”
“Kami mengirim pesan pada seluruh Dumbledore Army,” Fred menjelaskan, “kau tak bisa mengharapkan bahwa mereka akan senang ketinggalan sesuatu yangs seru, Harry, dan para DA memberi tahu Orde Pheonix, dan begitulah… menggelinding membesar seperti bola salju.”
“Sekarang apa yang duluan, Harry?” tanya George, “apa yang terjadi?”
“Guru-guru sedang mengevakuasi anak-anak yang lebih muda, dan semua orang berkumpul di Aula Besar agar mudah mengorganirnya,” sahut Harry, “kita akan bertempur.”
Suara gemuruh membahana melanda kaki tangga, Harry terpeleset ke dinding saat sebagian anak berlari melewatinya, campuran anggota Orde Pheonix, Dumbledore Army, tim Quiddich lama, semua togkat teracung siaga menuju bagian utama kastil.
“Ayo, Luna!” Dean memanggil saat ia melewatinya, mengulurkan tangannya yang kosong, Luna menyambutnya dan berdua berpegang tangan menaiki tangga.
Kerumunan itu menyusut, tinggal sedikit sisanya di Kamar Kebutuhan, dan Harry bergabung. Mrs Weasley sedang beradu pendapat dengan Ginny dikelilingi aku, Lupin, Fred, George, Bill dan Fleur.
“Kau masih di bawah umur!” Mrs Weasley berseru pada anak perempuannya saat Harry mendekat. “Aku tidak akan mengijinkanmu. Anak laki-laki boleh, tapi kau harus pulang!”
”Aku tidak mau!” Rambut Ginny bertemperamen saat ia menarik lengannya dari cengkeraman ibunya. “Aku anggota LD—”
“—kelompok anak belasan tahun—”
“Kelompok anak belasan tahun yang akan menghadapi dia, di mana tak ada orang lain yang berani!” sahut Fred.
“Dia baru enam belas tahun,” jerit Mrs Weasley, “Dia belum cukup umur! Apa yang kalian berdua pikirkan, membawanya dengan kalian—“ Fred dan George nampak agak malu dengan diri mereka sendiri.
“Mum benar, Ginny,” sahut Bill lembut, “Kau belum boleh. Setiap yang belum cukup umur harus pergi, itu baru benar.”
“Aku tak bisa pulang!” Ginny berseru, air mata kemarahan berkilat di matanya, “Seluruh keluargaku di sini, aku tak bisa menunggu sendiri, dan tak tahu apa-apa, dan—“ Matanya bertemu dengan mata Harry untuk pertama kali. Ia menatap Harry, memohon, tapi Harry menggelengkan kepalanya, dan Ginny memalingkan wajahnya, pedih.
“Baiklah,” sahutnya, menatap jalan ke terowongan kembali ke Hog’s Head. “Selamat tinggal kalau begitu, dan—“
Ada suara keributan, lalu suara gedebuk keras, seseorang merangkak keluar dari terowongan, kehilangan keseimbangan sedikit dan terjatuh. Ia berpegangan di kursi terdekat lalu berdiri, melihat sekeliling lewat kacamata bingkai tanduk yang miring dan berkata, “Apa aku terlambat? Sudah mulai? Aku baru tahu, jadi aku—aku—“
Percy merepet lalu berhenti. Jelas-jelas dia tak berharap akan bertemu dengan keluarganya sebanyak ini. Mereka terdiam heran untuk waktu yang lama, dipecahkan oleh Fleur menoleh pada Lupin dan berkata, yang kelihatan sekali bermaksud untuk memecahkan ketegangan, “Jadi—b’gimana zee kecheel Teddy?”
Lupin mengejapkan mata pada Fleur, bingung. Keheningan di antara Weasley nampaknya membeku seperti es. ”Aku—oh ya—dia baik!” Lupin berkata keras-keras, “Ya, Tonks bersamanya—di rumah ibunya.”
Percy dan Weasley lainnya masih saling pandang, membeku.“Ini, aku punya potretnya!” Lupin berseru, mengeluarkan selembar foto dari balik jaketnya dan memperlihatkannya padaku, Fleur dan Harry, yang melihat seorang bayi kecil dengan seberkas rambut toska terang melambaikan tinjunya yang gemuk pada kamera.
“Aku bodoh!” Percy meraung, begitu kerasnya hingga Lupin nyaris menjatuhkan fotonya. “Aku tolol, aku brengsek sombong, aku—aku—“
“Pecinta-Kementrian, penolak-keluarga, pandir haus-kekuasaan,” sahut Fred.
Percy menelan ludah. “Ya, memang!”
“Well, kau takkan bisa ngomong lebih baik lagi dari itu,” sahut Fred, mengulurkan tangan pada Percy.
Mrs Weasley bercucuran airmata. Ia berlari mendekat, mendorong Fred ke sisi dan menarik Percy ke dalam pelukan yang mencekik, sementara Percy menepuk-nepuk punggung ibunya, matanya tertuju pada ayahnya. “Maafkan aku, Dad,” sahut Percy. Mr Weasley mengerjap cepat, kemudian dia juga bergegas memeluk anaknya.
“Apa yang membuatmu sadar, Perce?” George mengusut.
“Sudah timbul agak lama,” sahut Percy, menghapus air matanya di bawah kacamata dengan ujung jubah bepergiannya. “Tapi aku harus mencari jalan keluar, dan itu tidak mudah di Kementerian, mereka memenjarakan pengkhianat setiap saat. Aku berhasil menghubungi Aberforth dan dia memberi peringatan padaku sepuluh menit lalu bahwa Hogwarts akan bertempur, jadi inilah aku.”
”Well, kami memang membutuhkan para prefek untuk memimpin pada saat seperti sekarang,” sahut George sambil menirukan gaya Percy yang paling angkuh, ”Sekarang ayo kita naik dan bertempur, kalau tidak nanti kita tidak kebagian Pelahap Maut.”
”Jadi kau kakak iparku sekarang?” sahut Percy, berjabat tangan dengan Fleur saat mereka bergegas menuju tangga bersama Bill, aku, Fred dan George.
“Ginny!” hardik Mrs Weasley. Ginny sudah mencoba, diselubungi perdamaian, untuk menyelinap naik tangga juga.
“Molly, bagaimana kalau begini,” sahut Lupin, “Kenapa Ginny tidak tinggal di sini saja, sehingga paling tidak dia ada di tempat kejadian dan tahu apa yang terjadi, tapi dia tak terlibat dalam pertempuran?”
“Aku—“
“Gagasan yang bagus,” sahut Mr Weasley teguh, “Ginny, kau tinggal di kamar ini, kau dengar?” Ginny nampaknya tak begitu menyukai gagasan itu, tapi di bawah tatapan mata ayahnya yang tidak biasanya, keras, ia mengangguk. Mr dan Mrs Weasley beserta Lupin menuju tangga juga.
“Ron mana?” tanya Harry, “Hermione mana?”
“Mereka pasti sudah naik ke Aula Besar,” Mr Weasley berkata lewat bahunya.
“Aku tidak melihat mereka melewatiku,” sahut Harry.
“Mereka tadi ngomong sesuatu tentang kamar mandi,” sahut Ginny, “tak lama setelah kau pergi.”
”Kamar mandi?”
Harry menyeberangi Kamar menuju sebuah pintu yang terbuka di bagian awal Kamar Kebutuhan dan memeriksa kamar mandi yang ada di sana. Kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH
FanfictionAncaman. Itulah yang dapat mendeskripsikan tahun ini. Siapa yang akan mengira Kau-Tahu-Siapa akhirnya kembali berkuasa setelah tujuh belas tahun menghilang? Tidak, dia bahkan tidak menghilang. Dia hanya bersembunyi selama tujuh belas tahun terakhir...