57. SHELL COTTAGE

246 56 2
                                    

Aku menghilang ke suatu tempat yang tidak dikenal, mengulang Shell Cottage berkali-kali dalam benakku. Berat si goblin membenani kami dan aku dapat merasakan bagian pegangan pedang membentur perutku. Dobby si peri rumah sedang mengambil alih tanggung jawab, menarik kami ke tempat yang tepat, dan mencoba, dengan tekanan pada jari-jarnya, memberi tanda bahwa kami baik-baik saja…
 
Dan kemudian aku menbentur tanah keras dan mencium udara asin. Layaknya bernapas pada kebebasan, Ron berhasil menarik Hermione, Ron setengah membopongnya ke sebuah pondok  tak jauh di bawah langit berbintang dan aku berlari mendekati Harry. Griphook si goblin tengah merengek dan tidak dipedulikan oleh Harry, ia sibuk mencari Dobby yang berdiri satu kaki darinya.
 
“DOBBY!”
 
Peri rumah itu bergoyang pelan, bintang-bintang terpantul di matanya yang lebar dan bersinar. Bersama-sama, dia dan Harry melihat ke pangkal perak dari pisau yang menonjol keluar dari dada Dobby yang bergerak naik turun.
 
"Dobby –tidak –TOLONG!" Harry melenguh ke arah pondok, ke orang-orang yang bergerak di dalam. "TOLONG!"
 
Aku berlari dan berlutut di dekat Dobby melihat  noda gelap yang tersebar di bagian depan  baju Dobby kumuh, bahwa dia menjulurkan tangannya ke arah Harry dengan tatapan memohon. Harry menangkapnya dan membaringkannya di tepi jalan di rumput yang dingin.
 
“Dobby, tidak, jangan mati, jangan mati—“
 
Mata si peri rumah menemukan mata Harry dan bibirnya bergetar dengan usahanya membentuk kata-kata.
 
“Harry… Potter…” dan kemudian diringi gemetar kecil Dobby terdiam, dan matanya tak lebih dari bola kaca besar, bersinar karena cahaya bintang yang tak bisa kami lihat.
 
Harry sedang memandang tubuh kurus yang ada di atas rumput, tetusuk oleh pisau perak Bellatrix. Suaranya masih menyebut, “Dobby… Dobby…” meskipun dia tahu bahwa peri itu telah pergi ke tempat di mana ia tak dapat memanggilnya kembali. Tubuh kurus itu pasti merasakan sakit sejak kami meninggalkan Malfoy Manor, menahan semua itu karena ia bertanggungjawab untuk membawa kami ke Shell Cottage. Aku menangis di balik punggung Harry, berusaha keras tidak menimbulkan suara karena Harry pasti menahan sakit lebih parah dariku
 
Setelah beberapa menit atau sekitar itu,  Bill dan Fleur, Dean dan Luna, telah berkumpul di sekitar kami.
 
“Hermione,”akhirnya Harry berkata, “di mana dia?”
 
“Ron telah menbawanya ke dalam.” Kata Bill. “Dia akan baik-baik saja.”
 
Harry melihat kepada Dobby lagi. Dia menggenggam tangannya dan mencabut pisau tajam itu dari tubuh Dobby, kemudian melepaskan jaketnya dan menutupi tubuh Dobby seperti selimut.
 
Laut menghantam karang di suatu tempat yang dekat. Dean membawa Griphook yang terluka ke dalam rumah, Fleur berhasil membujukku sehingga kami mengikuti Dean dan si goblin. Pondok kecil itu terisolasi di tebing dengan pemandangan laut yang luas namun dijaga agar tetap rapih. Tempat indah dengan taman kuno dan hamparan bunga yang disejajarkan dengan batu pantai putih. Dinding luar pondok ditutupi kulit kerang. Ruangannya berwarna cerah, indah, dengan api kecil dari kayu api yang terbakar riang di perapian.
 
Fleur menyuruhku masuk ke kamar yang berada di lantai bawah,  di mana sebelumnya Hermione keluar. Ia kembali muncul dengan dua gaun untukku dan Hermione, kemudian dia membiarkan kami membersihkan diri. Dia kembali sibuk untuk membuka sepatu Griphook si goblin, tersirat rasa tidak rela yang kental di wajahnya saat ia melepas sepatu itu, menunjukkan telapak kaki panjang dan kotor goblin. Goblin sedikit lebih besar daripada peri rumah, tapi tidak terlalu. Kepalanya bulat sedikit lebih besar dari kepala manusia.
 
Aku menunggu Hermione di luar kamar, menatap jendela yang menghadap laut yang tenang. Sebuah pikiran mulai menjalar di kepalaku, membuatku merindukan Charhide. Bagaimana kadaan Botty, peri rumahku yang sangat setia? Tiba-tiba rasa takut mengahmpiriku. Bagaimana jika keadaannya seperti Dobby? Apa sebaiknya aku memanggilnya? Tapi Pelahap Maut akan menyadari jika tidak ada peri rumah di Charhide. Bagaimana jika Pelahal Maut menyiksa Botty untuk mengetahui keberadaanku?
 
“Safe!” panggil Hermione menghilangkan semua pikiranku. Dia sudah terlihat lebih baik walaupun wajahnya masih pucat dan kakinya goyah. “apa ada sesuatu yang kau pikirkan?” tanya Hermione menyentuh pundakku khawatir.
 
Aku menggeleng lemah, tersenyum padanya. “kau yang harus kami pikirkan sekarang.” Kataku. Hermione tersenyum lemah, membiarkanku menghilang di kamar mandi.
 
Dean sudah menungguku di depan pintu kamar dan membimbingku ke luar. Hermione sudah menghilang, hanya tersisa Griphook yang yang merengek dan mengeluhkan kakinya. Aku tidak sadar seberapa lemahnya aku sampai Dean harus melingkarkan tangannya di bahuku menuju pinggir kebun di antara semak. Bill sudah memakai jubah perjalanannya, mungkin dia segera ber-Apparate dari manapun setelah Fleur mengabarkan tamu tak di undang datang, Fleur masih memakai celemek lebar berwarna putih, dari sakunya muncul ujung botol Skele-Go, mungkin dia sampirkan untuk menyembuhkan si goblin. Hermione terbungkus gaun panjang pinjaman sama sepertiku, wajahnya pucat dan berdiri sedikit goyah di atas kakinya. Ron meletakkan sebelah tangannya, merangkul Hermione ketika ia mendekati Ron. Luna memakai salah satu mantel Fleur.
 
Tanganku sedikit gemetar saat melihat Dobby si peri rumah yag telah diselimuti oleh jaket Harry, Ron duduk di pinggiran lubang dan melepaskan sepatu dan kaus kakinya, lalu dipakaikannya di kaki telanjang si peri, Dean memberikan topi wol, yang harus Harry pakaikan dengan hati-hati di atas kepala Dobby, menutupi telinga kalelawarnya.
 
“kita harus menutup matanya.” Kata Luna, membungkuk dan meletakkan jemarinya dengan perlahan di atas kelopak mata Dobby, menutupnya di atas tatapan kosong. “Begitulah,” katanya lembut, “sekarang dia dapat tertidur.”
 
Harry meletakkan Dobby ke dalam makam, mengatur kaki kecilnya sehingga terlihat seperti beristirahat, lalu ia memanjat keluar dan memandang untuk terakhir kalinya kepada tubuh kecil itu.
 
“Kupikir kita harus mengucapkan sesuatu,” Luna mulai bicara, “aku yang pertama, boleh?” Semua orang melihat pada Luna, dia memandang jasad peri di dasar lubang itu. “Terima kasih banyak, Dobby, karena telah menyelamatkan kami dari penjara itu. Sangat tidak adil kau meninggal karena kau sangat berani dan baik. Aku akan selalu mengingat apa yang kau lakukan untuk kami. Kuharap kau bahagia sekarang.”
 
“Terima kasih, Dobby. Kau peri rumah paling berani yang pernah aku temui.” Kataku.
 
Luna berpaling dan menatap dengan penuh harap kepada Ron, yang membasahi tenggorokannya dan berbicara dalam suara yang kecil, “Yeah… terima kasih, Dobby.”
 
“Terima kasih,” gumam Dean.
 
Harry melanjutkan, “Selamat tinggal, Dobby.” dia mengatakannya dengan susah payah.
 
Bill mengangkat tongkatnya, dan gundukan tanah disamping makam terangkat ke udara dan menutup perlahan diatasnya, sebuah tanah merah yang kecil.

Kami menggunamkan kata-kata terimaksih lainnya, kemudian menepuk pundak Harry dan berbalik kembali ke pondok lagi, meninggalkan Harry dengan semua kesedihannya di makam Dobby si peri rumah yang telah menyelamatkan kami.

HIRAETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang