"Kemarilah," suara Umbridge yang sengaja dibuat manja. Semua orang yang mendengernya mengerut jijik.
Aku melirik Ayah yang mengangguk setuju kemudian aku memasuki ruang sidang. Dinding-dinding terbuat dari batu gelap yang diterangi obor-obor. Ruangan ini lebih kecil dari ruang sidang biasa, langit-langit yang sangat tinggi, membuat claustrophobia merasa terkurung ke dasar. Lebih banyak dementor di sini, menyebarkan aura dingin di sekeliling ruangan. Mereka berdiri tanpa muka berjaga di sudut dengan jarak yang cukup aman dari ketinggian.Bangku-bangku kosong berada di kedua sisinya. Aneh saat melihat seberang bangku-bangku tertinggi tidak ada satupun anggota Wizengamot yang hadir. Sudah ketentuan umum bahwa semua sidang harus dihadiri oleh anggota Wizengamot untuk mengambil suara pada keputusan akhir. Di balik birai, tepat di podium yang ditinggikan, duduk Umbridge dengan Yaxley di sisinya dan Percy di sisi lainnya, wajah Percy terkejut karena melihatku dan saudara-saudaranya di ruang tunggu. Di kaki podium bersinar perak, kucing berambut panjang berkeliling naik dan turun, perlindungan Umbridge dari perasaan tanpa harapan yang dipancarkan Dementor.
"Duduk." Kata Umbridge dalam suara pelan dan halusnya.
Aku mendudukan diriku pada kursi tunggal tepat di tengah-tengah lantai di bawah podium yang tinggi. Beberapa saat setelah duduk, rantai bergerincing mengikat tanganku dan menahanku di kursi.
"aku menentang adanya pengikat pada anakku." Marah Ayah yang ternyata terus mengikutiku memasuki ruang sidang.
Yaxley mendengus. "Atas dasar apa-"
"Dia datang sebagai murid yang akan diwawancara masuk ke Hogwarts bukan tahanan!" Ayah memotong ucapa Yaxley.
"Tapi dia berhasil kabur pada malam penangkapan Tidak Diharapkan Nomor Satu." Umbridge berbicara kepada Ayah seakan Ayah adalah anak umur lima tahun.
"Dia tidak kabur, aku yang menyuruhnya untuk pergi." Balas Ayah membuatku melotot melihatnya. "Pergi berlibur ke Yunani bersama Viktor Krum."
"Kau pikir aku akan percaya?" dengkus Umbridge melirikku. "Anak ingusan seperti dia," katanya lagi dengan suara meremehkan.
"Aku berteman dengan Viktor." Teriakku tidak memperdulikan kalimat Umbridge selanjutnya.
"Begitu?" tanya Umbridge meremehkan.
"Kau tidak bisa memanggilnya, bukan?" kataku dengan angkuh, tanpa sadar aku melihat ke dalam kepala Umbridge karena rasa marah yang memuncak. "Jika kau memanggil Viktor ke Inggris, Kementrian Bulgaria akan melakukan pengamanan tingkat satu padanya. Aku pun tidak yakin Viktor akan setuju dengan undangan formal yang tidak ada hubungannya dengan Quiddicth."
Umbridge menatapku marah, wajahnya yang tampak seperti kodok berubah merah. Lalu menghela napasnya mencoba menenangkan diri. "itu semua tergantung seberapa besar pengaruh ayahmu." Katanya. "dia Kepala Departemen Hubungan Sihir Internasional. Semua orang tahu seberapa besar pengaruhnya terhadap banyak orang berkuasa dan terkenal di luar Inggris."
"Well, terima kasih atas pujiannya," kata Ayah berjalan mendekati kursiku. "tetapi aku tidak ingin merusak namaku dengan melakukan hal bodoh. Aku yakin kau tidak tahu," Ayah melirik Umbridge dan kemudian padaku, "di luar Inggris, informasi cepat menyebar. Terutama jika itu bersangkutan dengan orang berkuasa dan berpengaruh yang kau maksut. Wajar saja jika tidak tahu, namamu tidak memiliki pengaruh sebesar nama kami."
"Kau menentangku?" kata Umbridge marah. "Aku Asisten Senior Pak Menteri. Aku perpanjangan tangan dari Pak Menteri. Menentangku berarti kau menentang Pak Menteri."
"Ya dan tidak." Kata Ayah masih tenang. "sebagai Kepala Departeman Sihir Internasional, aku tahu betul apa yang harus dilakukan saat ini. Menentangmu, sudah pasti. Jika aku memberikan undangan kepada Kementerian Bulgaria untuk memanggil Viktor Krum hanya untuk memastikan semua perkataan anakku benar, itu hanya akan mencoreng nama baik Inggris. Mereka akan mulai bertanya-tanya apa yang terjadi di sini, dan media akan menyebarkan isu secepat naga mengepakaan sayapnya. Hal itu juga, akan mencoreng nama baik Pak Menteri. Kau harus tahu itu Asisten Senior."
"aku tidak peduli, selama aku dapat membuktikan alibi anakmu yang kabur itu."
"mudah saja," Ayah mengeluarkan gulungan Koran dari jubahnya. Bukan Daily Prophet, namun koran Starshell keluaran beberapa minggu lalu, edisi yang sama dengan yang Charlie tunjukkan padaku dan Viktor di The Burrow. "Aku harap kau tidak terlalu bodoh untuk dapat membaca halaman di koran." Ayah mengarahkan tongkat sihirnya ke koran itu, membuat gulungan itu melayang dan membuka tepat ke dua halaman terakhir di mana terdapat fotoku dan Viktor dengan judul memalukan, 'Viktor Krum dated in Greece'.
"kau memberiku koran untuk membaca gosip murahan?" umbar Umbridge.
"tidak, bukan." Jawab Ayah tenang. "Itu koran internasional, jelas bukan berita murahan yang mereka jual seperti koran Inggris. Dan jika kau lihat baik-baik-setidaknya jika kau masih punya mata untuk melihat-gadis bertudung di sebelah Viktor adalah anakku, Safera."
Percy menjulurkan lehernya ke arah Umbridge, mencoba melihat Koran yang melayang di depan mereka.
"Aku rasa pria di sebelahmu lebih pandai membaca," kata Ayah melayangkan koran itu di depan Percy. "dan dia lebih mengenal keluargaku, setidaknya dia hapal betul tubuh Safera dan pengaruh gadis ingusanku di luar Inggris. Setidaknya perngaruh Safera lebih banyak daripada Asisten Senior Pak Menteri."
"kau meremehkanku?"
"sebenarnya tidak berniat melakukannya secara terang-terangan, jika kau tidak menahan anakku seperti penjahat kelas kakap. Apa yang kau harapkan dari anak yang baru berumur tujuh belas tahun? Mengacak-acak Kementerian?"
"Colate, apa kau tahu apa yang kau berbuat di sidang ini?" ucap Yaxley yang dari tadi diam.
"aku pikir kita sedang melakukan wawancara sekarang, bukan sidang." Jawab Ayah santai.
Yaxley terdiam, setengah dengan perasaan segan, dan setengah lagi dengan rasa geram.
Ayah tersenyum menang. "jadi, bagaimana Mr Weasley? Apa itu cukup meyakinkanmu? Apakah menurutmu gadis itu adalah anakku?"
Percy menarik koran di depannya, kemudian melipat koran itu dan menaruhnya di ujung mejanya. "Ya," jawabnya sambil menelan ludah. Terjadi pergolakan batin di dalam dirinya, di satu sisi, sebagai Asisten Junior Menteri, ia tidak ingin menantang Asisten Senior Menteri, di sisi lainnya ia tidak ingin memungkiri hati nuraninya untuk menunjukkan kebenaran. "gadis di koran itu adalah Miss Colate." Katanya lagi. "dan aku tahu, Miss Colate berhubungan dekat dengan Viktor Krum dan beberapa pemain Quiddicth Internasional lainnya."
Yaxley mendelik, sementara Umbridge menatap Percy jijik karena mengkhianatinya.
"Baiklah, kita akan memulai proses wawancara." Kata Umbridge.
"Ekhem." Ayah berdeham, sengaja memuat suaranya mirip dengan milik Umbridge. "lepaskan pengikatnya, Umbridge!"
"kita akan tetap melalukannya seperti itu." balasnya tak mau kalah.
"kau melanggar hak-hak penyihir, Umbridge."
"dan apa yang akan kau lakukan? Menentangku?"
"kau tahu pasti apa yang bisa aku lakukan." Kata Ayah sengit. "kau lupa aku memiliki pengaruh kepada orang yang berkuasa?" balas Ayah lagi mengingatkan kalimat Umbridge sebelumnya.
Umbridge berdeham.
"Saya rasa Mr Colate benar." Kata Percy tiba-tiba. "kita tidak seharusnya mengikat para murid seperti tahanan, apa lagi kita tahu dia memiliki, erm, darah murni."
Umbridge berdeham lagi, melambaikan tongkatnya dan semua rantai yang mengikatku terlepas. Ia kembali berdeham ntuk yang ketiga kalinya. "kita akan mulai wawancaranya." Kata Umbridge.
"Kau adalah Safera Dawndusk Colate?" tanya Umbridge.
"Ya." Sahutku mantap.
"anak dari Nebulas Colate dan Esme Rosier?"
"Ya."
"Darahmu sangat murni-"
"bahkan lebih murni dari darahmu, aku yakin." Celetuk Ayah.
Umbridge mendelik melihat Ayah. Demi jenggot Merlin, aku tidak pernah Ayah yang banyak bicara seperti ini. Biasanya Ayah akan mendengarkan dengan sedikit koreksi. Aku melihat isi kepala Ayah. Ayah balik menatapku. Pria di depanku masih ayahku, ia masih Nebulas Colate. Oh, demi Merlin, mengen tipe Ayah yang memberontak sungguh lebih keren.
"kau meragukan darah murniku?" raung Umbridge. Tangan kecilnya mengeluarkan kalung keemasan dari selipan blusnya. "kau lihat ini?" dia memamerkan liontin sebesar telur ayam, hiasan berbentus S, bertatahkan banyak batu-batu kecil, berkilat pudar dalam sinar cahaya yang menyebar.
Aku terkejut melihat liontin yang tampak tidak asing itu, entah melihatnya di mana.
"ini peninggalan turun-temurun, 'S' yang berarti Selwyn... aku mempunyai hubungan dengan para Selwyn... pastinya, ada beberapa keluarga darah murni yang mana aku tidak berhubungan... sayangnya." Jelasnya.
"Ah, aku sangat beruntung tidak memiliki hubungan darah denganmu." Kataku ketus.
"Aku memiliki beberapa teman Selwyn sepertinya," kata Ayah. Yaxley dan Umbridge melotot mendengar itu. Sedangkan Percy, tidak terkejut dengan banyaknya kenalan Ayah. "aku sangat terkejut mereka tidak memiliki kalung seperti itu, itu terlihat antik dan tidak mungkin mereka menyerahkan kalung turun-temurun kepada keluarga jauh dengan nama belakang bukan Selwyn."
Aku ingat sekarang. Aku melihat kalung itu di Gramauld Place, rumah Sirius. Kalung itu adalah salah satu barang yang dilempar Sirius ke tempat sampah dan berhasil diselamatkan Kreacher. Jika aku mengingat kembali, aku pernah melihat Harry mengancam Mundungus karena mencuri barang-barang di rumah Sirius. Itu berarti, Umbridge berbohong.
"kau berbohong." Kataku disambut keterkejutan Yaxley dan Percy. Umbridge berkedip gugup padaku. "kalung itu bukan dari keluarga Selwyn, aku yakin kau hanya mengancam seseorang yang tengah berjualan artifak sihir di Diagon Alley, dan dengan iming-iming kebebasan, kau mengambil kalung itu."
"Apa kau ingin aku menyuruh Runcorn untuk memeriksa keluargamu, Umbridge?" tantang Ayah.
Umbridge berdeham mengatasi keterkejutannya, menghindari kontak mata denganku, sepertinya aku berhasil mengungkapkan setengah kebohongan Umbridge. Ini lebih mirip kami menginterogasi Umbridge dibanding dia yang sedang mewawancaraiku. "kami tidak menyita tongkatmu karena menghargai darah yang mengalir di tubuhmu." Ia membuka lipatan pesawat kertas yang diterbangkan Penyihir Keamanan di gerbang sebelumnya, mengalihkan percakapan menuduh dariku dan Ayah. "Tiga belas inchi, kayu rowan, dengan inti bulu Pheonix. Kau mengakui deskripsinya?"
"Itu yang tertulis di sana. Well, ya." Kataku.
Muka kodok Umbrudge berjengit menatap marah aku dan Ayah. "apa kau tahu wawancara ini untuk memutuskan apakah kau bisa kembali bersekolah di Hogwarts atau tidak?"
"Tentu saja," jawabku enteng. "walaupun aku tahu seharusnya tidak memerlukan wawancra untuk mengetahui apa aku masih bisa bersekolah di sana."
"Apa kau tahu keputusanku sangat bergantung pada masa depanmu?"
"Ya dan tidak." Jawabku menirukan Ayah. "aku tidak keberatan jika tidak bersekolah di Hogwarts. Banyak sekolah di luar Inggris yang bersedia menerimaku, yeah, kau tahu Ayah kenal beberapa orang berkuasa." Kataku senga.
"Aku bisa saja menahanmu, Miss Colate." Raung Umbridge.
"Atas dasar apa?" kataku menantang sebelum Ayah membuka suaranya. "aku tidak melanggar aturan apapun. Aku tidak kabur, hanya berlibur ke Yunani. Apa karena darahku? Jika kau melihat garis keturunan keluarga kami, bahkan di bagan teratas kau akan menemuka penyihir Yunani Kuno. Aku tidak berbohong dengan mengatakan memiliki artifak sihir dan mengakuinya sebagai peninggalan turun-temurun."
"Sepertinya kita menghabiskan banyak waktu dengan Miss Colate." Kata Percy. "saatnya menentukan apakah Miss Colate pantas untuk melanjutkan pendidikannya di Hogwarts atau tidak."
Umbridge yang masih geram mengambil salah satu cap besar di sebelah kirinya. Sebelum cap itu mencapai perkamen yang aku yakin tentang identitasku, Yaxley berdeham. Umbridge melihatnya sengit. "akan lebih baik kita mengawasi Miss Colate di Hogwarts." Katanya pendek.
Umbridge masih sangat marah, namun dia melapaskan cap yang ia pegang yang mengambil cap lainnya, menekannya dengan keras di perkamen. Kemudian melemparkan perkamen itu ke meja Percy untuk dirapihkan.
"Selamat, Miss Colate. Kau bia kembali ke sekolah." Kata Percy monoton seperti kata itu sudah berkali-kali diucapkannya. "Hogwarts akan mengirimkan burung hantu pada tanggal tiga puluh Agustus."
"terima kasih." Kataku berdiri meninggalkan ruang sidang.
"Ginevra Weasley." Teriak Yaxley.
Ginny berjengit di atas kursi kayu yang ia duduki, sedangkan ketiga kakak laki-lakinya berdiri mengelilinginya, menenangkan.
Ginny berjalan mendekatiku, terlihat pucat dan tegang. "apakah selama itu?" tanya Ginny padaku.
"aku berhasil menaklukan Umbridge." Kataku pada Ginny bangga.
"bagaimana dengan ayahmu?"
"dia masih di dalam. Aku rasa dia ingin mendapingimu juga."
Ginny mengangguk, memasuki ruang sidang.
Pintu kayu itu menutup. Seorang penyihir pria terburu-buru menuruni tangga membuat semua yang menunggu jalannya siding menatapnya.
"Apa Ginny sudah berada di dalam?" tanya Mr Wesley terengah-engah.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH
FanfictionAncaman. Itulah yang dapat mendeskripsikan tahun ini. Siapa yang akan mengira Kau-Tahu-Siapa akhirnya kembali berkuasa setelah tujuh belas tahun menghilang? Tidak, dia bahkan tidak menghilang. Dia hanya bersembunyi selama tujuh belas tahun terakhir...