60. LUPIN

224 57 1
                                    

"Siapa itu?" Bill teriak.
 
"Ini Aku, Remus John Lupin!" teriak suara itu melawan suara angin yang menderu. "Aku adalah manusia-serigala, menikah dengan Nymphadora Tonks, dan kau, penjaga rahasia dari shell cottage, memberitahuku alamat dan memintaku datang bila keadaan darurat!"
 
Lupin keluar dari ambang pintu. Ia pucat pasi, terbungkus dengan jubah bepergian, rambutnya yang beruban tersapu angin. Dia berdiri tegak, melihat-lihat ruangan itu, memastikan siapa yang ada di sana, kemudian berteriak dengan suara keras, "anak laki-laki! Kami menamainya Ted, setelah bapak Dora!"
 
Aku dan Hermione menjerit.
 
"Apa—? Tonks— Tonks telah mempunyai bayi?”
 
"Ya, ya, dia sudah melahirkan!" teriak Lupin. Semua orang di meja menangis bahagia, bernapas lega.
 
Aku dan Hermione memekik lagi, kali ini Fleur ikut bergabung.
 
"Selamat!"  Ron berkata, "Blimey, seorang bayi!"
 
"Ya— ya— laki-laki," sahut Lupin lagi yang terlihat ling-lung oleh kebahagaiaannya. Dia melangkah mengelilingi meja dan memeluk Harry. “kau akan menjadi ayah angkat?”
 
“A… ku?” harry terbata-bata.
 
“Kau, iya, tentu saja…Dora sangat setuju, tidak ada yang lebih baik…”
 
“Aku— yeah— blimey—“
 
Harry merasa diliputi keheranan dan kegembiraan, sekarang Bill sedang terburu-buru mengambil anggur, dan Fleur sedang membujuk Lupin agar bergabung dengan kami untuk
minum.
 
“Aku tidak bisa berlama-lama, Aku harus kembali,” kata Lupin… Dia terlihat lebih muda dari yang pernah aku lihat. ”Terima Kasih, terima kasih, Bill.”
 
Bill telah mengisi piala kami, kami paham dan mengangkat piala dengan tinggi untuk bersulang.
 
“Untuk Teddy Remus Lupin,” kata Lupin. “penyihir hebat yang telah lahir!"
 
"S’perti apa dia?" selidik Fleur.
 
"Aku pikir ia mirip Dora, tetapi Dora pikir ia mirip aku. Tidak banyak mempunyai rambut. Rambutnya terlihat hitam ketika ia telah dilahirkan, tetapi aku bersumpah rambutnya berubah jingga sejak satu jam yang lalu. Mungkin pirang saat aku kembali. Andromeda berkata rambut Tonks mulai berubah warna sehari ia telah dilahirkan." Ia meminum pialanya. "Oh, ayolah tambah lagi, hanya satu lagi," ia menambahkan dengan keras ketika Bill mengisi lagi.
 
Angin menghembuskan pondok kecil, bagaikan api yang melompat-lompat dan membuat suara retakan, dan Bill segera membuka botol anggur lain. Berita Lupin yang nampak telah membuat kami keluar dari diri kami  sendiri, dipindahkan sebentar dari keadaan kami yang sedang terkepung. Kabar kehidupan baru sangat menggembirakan.
 
Hanya goblin yang nampak tidak disentuh oleh atmosfer yang tiba-tiba berubah menjadi suatu perayaan, dan sesaat kemudian ia menyelinap kembali ke dalam kamar tidur dan sekarang sendirian. Aku pikir hanya satu-satunya yang sadar akan hal ini, namun mata Bill mengikuti goblin yang naik tangga.
 
“tidak… tidak… aku harus kembali,” akhirnya Lupin berkat, menolak piala lain yang berisi anggur. Dia berdiri dan menarik jubah bepergiannya menutupi dirinya.
 
“Tidak!” semua orang menatapku yang menahan Lupin memakai jubanya. “aku memiliki sesuatu yang ingin aku tunjukkan.” Kataku berlari menuju kamar untuk mengambil tas kulit moke yang berhasil aku sembunyikan dari para pejambret karena Hermione mengajarkanku untuk menyembunyikan tas itu di balik kaos kaki. Aku merogoh tas itu sampai dengan siku dan menemukan buku Ramuan Sirius, kemudian berlari kembali ke ruang makan. “aku menemukan ini.” Kataku meletakan buku itu di atas meja makan.
 
Lupin menyentuh buku itu, tersirat banyak kenangan saat menyentuhnya. “Buku Ramuan edisi terbatas karya Zygmunt Budge.” Gumam Lupin. “aku pernah melihat salinan lainnya.”
 
Aku membuka lembar demi lembar buku itu sampai pada halaman di mana foto Sirius muda dengan seorang gadis di sana. “ini milik Sirius.” Kataku.
 
Harry merebut foto bergerak itu, meneliti wajah Sirius yang gagah dan tampan saat muda. Dia membaliknya dan menemukan tulisan kecil ayahnya di sana. “Dari mana kau mendapatkannya?” tanyanya.
 
“Grimmauld Place.” Jawabku.
 
“Kau ke sana?” tanya Hermione. “tapi aku tidak sengaja ber-Apparate di sana.”
 
“Karena itu mereka menemukanku dengan mudah.” Kataku. “Kreacher berkata mereka hanya pernah mencapai pintu depan, namun saat aku datang mereka sampai ke kamar Sirius.”
 
“Kamar Srius?” tanya Harry dan Hermione bersamaan.
 
“Itu kamarku saat menginap di sana,” kataku mengingatkan mereka. “aku menemukan buku ini di atas meja belajar, hampir tidak percaya kalau itu milik Sirius, well, dia bukan tipe yang suka membaca ‘kan?”
 
“memang bukan.” Jawab Lupin saat melihat nama yang ada di halaman pertama buku itu. “dia membeli buku ini hanya ingin membuat seseorang terpikat padanya.” Lupin meraih foto dari tangan Harry. semua orang tertarik untuk mendengarkan. “Leanor, dia anak  Perdana Menteri  Muggle.”
 
“Perdana Menteri  Muggle?” Ron dan Hermione bertanya bersamaan.
 
Lupin tersenyum miris. “Siapa sangka si jagoan sekolah akan jatuh cinta dengan cucu Perdana Menteri  Muggle? Mereka menjadi simbol pertentangan pada Perang Dunia Sihir Pertama. Si darah murni dan kelahiran Muggle. Si hitam dengan si pirang.”
 
“apa dia tahu bahwa—“ aku menelan ludahku, “—bahwa Sirius sudah mati?”
 
Lupin menyentuh keningnya. “cerita mereka bahkan tidak sampai di situ, Safe.” Lupin meneguk gelas yang sebelumnya ia tolak dari Fleur. “cerita mereka akan dimulai kalau saja Wormtail tidak mengkhianati kami semua, tidak mengkhianati Orde, tidak mengkhianati James.”
 
“Apa yang terjadi?” tanya Harry tidak sabar.
 
“terjadi kesalahpahaman antara Wormtail dan Sirius, itu hal yang rumit. Namun Sirius masih percaya sepenuhnya pada Wormtail, dia menukar posisinya sebagai penjaga rahasia dengan Wormtail dan James setuju. Leanor yang ternyata memiliki insting yang kuat, dia berlari mengejar Wormtail, sendiri.” Lupin menahan napasnya, melihat kami satu per satu. “dia membunuh Leanor, bersama selusin Muggle.” Aku menahan napasku, air mata mngucur deras tak terkendali. “Sirius datang di saat yang salah,” Lupin melanjutkan, “kemarahan yang mendarah daging membuatnya menjadi pendendam penuh kebencian ditambah pengurungannya di Azkaban, ia difitnah membunuh orang yang paling dia cintai seumur hidupnya tanpa memiliki waktu mengucapkan pembelaan.”
 
Lupin menutup ceritanya, menyembunyikan matanya di balik tangan. Makan malam yang tadinya seperti perayaan kini berubah seperti pemakanam. Harry mengambil foto dari tangan Lupin, mengeluh wajah ayah baptisnya. Rasa sakit, kehancuran, khianat, semua kata yang dapat menghancurkan hati setiap manusia pernah dirasakan oleh Sirius.
 
Aku tenggelam dalam tangis, menyesal membuka masa lalu Sirius ke atas permukaan.
 
“Bisakah aku menyimpan foto ini?” tanya Harry.
 
Lupin mengangguk. “Kau bisa menyimpan bukunya, Safe.” Tawar Lupin meminta persetujuan Harry.
 
Harry mengangguk padaku. “Terima kasih telah memberitahu masa lalu Sirius,” kata Harry. “aku senang mendengar dia pernah mencintai seseorang.”

Lupin tersenyum kecut, kembali mengenakan jubah bepergiannya. “Selamat tinggal, aku akan mencoba membawa beberapa foto Teddy di hari lain…” kata Lupin kembali berubah ceria mengingat anaknya yang baru lahir. “Mereka akan sangat senang bahwa aku menemui kalian…” ia mengikat jubahnya dan mengucapkan selamat tinggal dengan memeluk para perempuan dan berjabat tangan dengan laki-laki, kemudian kembali ke dalam malam yang liar.

HIRAETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang