43. HERMIONE

239 60 1
                                    

Harry tidak bisa menunggu untuk membangunkan Hermione, dengan rasa gembira ia memasuki tenda, aku dan Ron melambat di belakangnya. Rasa hangat setelah suasana di kolam, di hutan, penerangan di tenda hanya cahaya bluebell masih bersinar di mangkuk di lantai. Hermione masih tertidur lelap, meringkuk di bawah selimut dan tidak bergerak sampai Harry berulang kali menyebut namanya.
 
“Hermione.”
 
Hermione bergerak, lalu secepat kilat duduk, merapihkan rambut di wajahnya. “Ada apa? Harry? Kau tak apa-apa?”
 
“Semua baik-baik saja. Lebih dari baik. Hebat malah. Ada seseorang di sini.”
 
“Apa yang kau maksut? Siapa—“ Hermione melihat Ron, yang berdiri memegang pedang, air menetes di karpet usang. Harry mundur ke sudut, aku berusaha membuat diriku nyaman di dalam tenda.
 
Hermione meluncur turun dari tempat tidurnya dan bergerak seperti orang yang berjalan dalam tidur menuju Ron, matanya menuju pada wajah pucat Ron. Ia berhenti tepat di depan Ron, bibirnya sudah membuka, matanya melebar. Senyum Ron lemah, berharap, dan tangannya sudah terangkat. Hermione langsung maju dan memukuli setiap inci tubuh Ron yang mungkin ia raih.
 
“Ouch—ow—get of—! Apa—? Hermione—ow!”
 
“Kau—benar-benar—menyebalkan—Ronald—Weasley!” Ia menandai tiap kata dengan pukulan. Ron mundur, melindungi kepalanya saat Hermione maju. “Kau—merangkak—kembali—ke sini—setelah—berminggu-minggu—oh, mana tongkatku?”
 
Hermione terlihat maju untuk merebut tongkatnya dari tangan Harry, dan Harry bertindak naluriah. “Protego!”

Pelindung kasat mata muncul di antara Ron dan Hermione, kekuatannya membuat Hermione terpantul mundur hingga ke lantai. Sambil mengeluarkan rambut yang masuk ke mulutnya, Hermione maju lagi.
 
“Hermione,” sahut Harry, “Tenang—”
 
“Aku tidak akan tenang!” ia berteriak.

Aku  belum pernah melihat Hermione kehilangan kendali seperti ini, seperti orang yang kesurupan.
 
“Kembalikan tongkatku! Kembalikan!”
 
“Hermione, tolong—”
 
“Jangan katakan padaku apa yang seharusnya kulakukan, Harry Potter!” Hermione melengking, “Jangan berani-berani! Kembalikan sekarang! Dan KAU!” Ia menunjuk Ron, menuduh dengan mengerikan, suaranya seperti laki-laki, dan aku tidak bisa menyalahkan Ron karena mundur beberapa langkah. "Aku mengejarmu! Aku memanggilmu! Aku memohon agar kau kembali!”
 
“Aku tahu,” sahut Ron, “Hermione, aku menyesal. Aku sungguh—“
 
“Oh, kau menyesal!” Hermione tertawa, nada suaranya tinggi, tidak terkendali. Ron melihat Harry untuk minta tolong, tapi Harry cuma nyengir tak berdaya. “Kau kembali setelah berminggu-minggu—berminggu-minggu—dan kau pikir semua akan beres hanya dengan kata-kata maaf darimu?”
 
“Apa lagi yang bisa kukatakan?” teriak Ron, dan Harry senang melihat Ron membalas.
 
“Oh, aku tak tahu!” pekik Hermione dengan kasar. “Gunakan otakmu, Ron, itu hanya perlu waktu beberapa detik—”
 
“Hermione,” sela Harry, “dia baru saja menyelamatkan—”
 
“Aku tak peduli,” teriak Hermione, “aku tak peduli apa yang ia perbuat! Berminggu-minggu, kita bisa saja mati saat itu—“
 
“Aku tahu kalian tidak mati!” teriak Ron, menenggelamkan suara Hermione untuk pertama kalinya, mendekat sebisanya dengan adanya Mantra Pelindung di antara mereka. “Harry selalu ada di Prophet, di radio, mereka mencarimu di mana-mana, semua kabar burung dan cerita gila, aku tahu aku akan dengar langsung kalau kau mati, kau tak tahu seperti apa—“
 
“Memangnya seperti apa menurutmu?” Suara Hermione sekarang sangat melengking sampai-sampai mungkin hanya kelelawar yang bisa mendengarnya, tapi dia sudah mencapai batas kemarahan sehingga untuk sementara tak bisa bicara apa-apa, Ron memanfaatkan
kesempatan itu.
 
“Aku sudah akan kembali pada saat aku ber-Disapparate, tapi aku bersinggungan dengan segerombolan Penjambret, Snatchers, Hermione, sehingga tidak bisa ke mana-mana.”
 
“Segerombolan apa?” tanya Harry, dan Hermione melempar diri ke kursi dengan tangan dan kaki terlipat sangat rapat seperti tidak akan dibuka bertahun-tahun.
 
“Penjambret, Snatchers,” sahut Ron, “Mereka ada di mana-mana, gerombolan yang mencari emas dengan menyerahkan Muggle-Born atau Darah Pengkhianat, ada hadiah dari Kementerian bila berhasil menangkap mereka. Aku sendirian, terlihat usia anak sekolah, mereka kegirangan mengira aku Muggle-Born yang sedang sembunyi. Aku harus bergerak cepat atau diseret ke Kementerian.”
 
“Apa yang kau bilang pada mereka?”
 
“Aku mengaku sebagai Stan Shunpike. Orang pertama yang kuingat.”
 
“Dan mereka percaya?”
 
“Mereka tidak terlalu pintar. Aku bahkan sangat yakin kalau salah satu dari mereka merupakan setengah-Troll, Dari baunya…” Ron melirik Hermione, sangat berharap kalau-kalau Hermione melunak dengan adanya lelucon itu, tetapi ekspresi Hermione tetap terlihat mengerikan.
 
“Mereka kemudian meributkan apakah aku Stan atau bukan. Sangat menyedihkan memang, tapi jujur saja, mereka berlima sedangkan aku sendiri, mereka merebut tongkatku. Lalu dua di antara mereka berkelahi, dan saat perhatian teralih, aku memukul salah seorang dari mereka yang memegangiku, merebut tongkatnya, Melucuti yang memegang tongkatku, dan ber-Disapparate. Aku tidak melakukannya dengan baik, Splinch lagi—” Ron mengangkat tangan kanannya, memperlihatkan dua kukunya yang hilang. Hermione mengangkat alisnya dingin, ”—dan aku muncul bermil-mil jauhnya dari tempat asal. Saat aku kembali ke tepian sungai itu… kalian sudah pergi.”
 
“Cerita yang mengesankan,” sahut Hermione, dengan suara angkuh yang dipakainya kalau dia bermaksut melukai perasaan seseorang, “Kau pasti sangat ketakutan. Sementara itu kami pergi ke Godric’s Hollow, dan sebentar, apa yang terjadi, Harry? Oh ya, ularnya Kau-Tahu-Siapa muncul, hampir membunuh kami berdua, Kau-Tahu-Siapa sendiri muncul dan nyaris menangkap kami, tapi luput hanya dalam hitungan detik.”
 
“Apa?” sahut Ron, melongo pada Hermione, lalu pada Harry, tapi Hermione mengacuhkannya.
 
“Bayangkan, kehilangan kuku, Harry! Penderitaan kita tidak bisa dibandingkan dengannya, kan?”
 
“Hermione,” sahut Harry pelan, “Ron baru saja menyelamatkanku.”
 
Namun kelihatannya Hermione tidak mendengarkan. “Satu hal yang ingin kuketahui,” sahut Hermione memusatkan mata pada satu kaki di atas kepala Ron, “Bagaimana bisa kau  menemukan kami malam ini? Ini penting. Kalau kita tahu penyebabnya, kita bisa memastikan agar kita tidak lagi dikunjungi oleh orang yang tidak kita inginkan.”
 
Ron memandangi Hermione, menarik benda kecil perak dari saku jeansnya. “Ini.”
 
Hermione terpaksa memandang Ron agar bisa melihat apa yang ditunjukkannya. “Deluminator?” ia bertanya, sangat terkejut sehingga lupa bersikap dingin dan
kejam.
 
“Benda itu bukan hanya untuk mematikan dan menyalakan lampu saja,” sahut Ron, “aku tidak tahu bagaimana cara kerjanya, atau mengapa berfungsi pada saat itu sedang pada saat lain tidak, karena aku sudah ingin kembali dari saat aku pergi. Tapi aku sedang mendengarkan radio Natal pagi sekali, dan aku dengar… aku dengar kau.” Ron memandang Hermione.
 
“Kau mendengarkan aku di radio?” Hermione meragukan.
 
“Tidak. Aku mendengar suaramu keluar dari saku. Suaramu,” ia mengangkat Deluminator itu lagi, “keluar dari sini.”
 
“Dan aku mengatakan apa?” tanya Hermione, suaranya setengah tak percaya setengah ingin tahu.
 
“Namaku. ’Ron’. Dan kau mengatakan… sesuatu tentang tongkat…” Wajah Hermione merah padam.
 
“Jadi aku mengambilnya,” Ron meneruskan, memandang Deluminator itu, “dan benda itu tidak nampak berbeda, atau jadi apa, tapi aku yakin aku mendengarnya. Jadi aku menekannya. Dan ada cahaya keluar di kamarku, tapi ada cahaya lain muncul tepat di luar jendela.” Ron mengangkat tangannya yang kosong, menunjuk sesuatu di depannya, matanya terfokus pada sesuatu yang baik aku, Harry maupun Hermione tidak dapat melihatnya. “Seperti bola cahaya, berdenyut, biru, seperti cahaya di sekitar Portkey, kau tahu?”
 
“Yeah,” sahut Harry dan Hermione berbarengan, otomatis.
 
“Aku tahu itu,” sahut Ron, “mengambil barang-barangku, mengemasnya di ransel dan keluar ke kebun.”
 
“Bola kecil cahaya itu melayang di sana, menungguku, saat aku keluar, bola cahaya itu berputar sedikit, dan aku mengikutinya ke belakang gudang, lalu… lalu, well… ia masuk ke dalam diriku.”
 
“Maaf?’ sahut Harry, jelas dia tidak mendengar baik-baik.
 
“Seperti mengapung ke arahku,” jelas Ron dengan telunjuknya, “langsung ke dadaku, dan kemudian dia masuk. Di sini,” Ron menyentuh titik dekat jantungnya. “Aku bisa merasakannya, panas. Dan sekali ia masuk, aku tahu apa yang seharusnya kulakukan, aku tahu ke mana bola cahaya itu menuntunku. Jadi aku ber-Disapparate, muncul di sisi bukit. Salju di mana-mana…”
 
“Tadinya kami di sana,” jelas Harry. “Kami dua hari di sana, dan di malam kedua aku terus berpikir seseorang mondar-mandir di kegelapan dan memanggil-manggil.”
 
“Yeah, well, mungkin saja itu aku,” ujar Ron. “Mantra Perlindunganmu bekerja baik, karena aku tidak dapat melihat kalian, tidak dapat mendengar kalian. Aku yakin kalian ada di sekeliling, jadi aku berlindung di kantong tidurku dan menunggu kalian muncul. Kukira kalian akan muncul saat mengemas tenda.”
 
“Sebetulnya tidak,” sahut Hermione, “Kami ber-Disapparate di bawah Jubah Gaib sebagai tindakan pengaman. Dan kami pergi pagi sekali, karena seperti kata Harry, kami mendengar seseorang mondar-mandir.”
 
Well, aku tinggal di bukit itu seharian, begitulah aku bertemu dengan Safera.” sahut Ron, “aku terus berharap kalian muncul—“
 
“Kau bertemu siapa?” Hermione memotong penjelasan Ron.
 
“Safera.” Ron menunjukku yang duduk di sudut sofa terjauh dengan dagunya.
 
Hermione menahan napasnya sekejap dan berlari memelukku. “Ini benar kau?” Hermione menahan kedua pipiku, melihatku dengan lebih jelas. Tidak percaya bahwa aku berada di dalam tenda yang sama dengannya sepertinya kemarahan pada Ron berhasil membutakan matanya untuk melihatku masuk ke dalam tenda.
 
“Yeah, ini aku. Aku berdiri di sini sejak kau bangun.” Hermione memelukku lagi. “aku tidak ingin menggangu urusan rumah tangga kalian.” Komentarku.
 
“Waktu hari semakin gelap aku tahu aku sudah kehilangan kalian, jadi aku dan Safera mencari di tempat lain.” Lanjut Ron. “aku memencet Deluminator lagi, cahaya biru keluar dan masuk ke dalam diriku, lalu aku ber-Disapparate dan tiba di sini di antara pepohonan. Kami  tetap tidak bisa melihat kalian jadi aku berharap satu dari kalian memperlihatkan diri akhirnya— ternyata Harry. Well, sebenarnya aku melihat rusa betina itu dulu.”
 
“Kau melihat apa?” tanya Hermione tajam.
 
Aku, Harry dan Ron menjelaskan apa yang terjadi, dan saat cerita sampai pada rusa betina perak dan pedang dalam kolam, Hermione mengerutkan kening berkonsentrasi.
 
“Tapi itu pasti Patronus!” sahut Hermione. “Tidakkah kau bisa melihat perapal manteranya? Tidakkah kau melihat seseorang? Dan rusa betina itu menuntunmu pada pedang! Aku tidak percaya. Lalu?”
 
Ron menjelaskan bagaimana ia melihat Harry melompat ke dalam kolam dan ia menunggu Harry muncul, tapi ia lalu menyadari pasti ada sesuatu yang salah, menyelam dan menolong Harry, lalu kembali pada pedang. Cerita Ron sampai pada saat mereka membuka liontin, lalu Ron ragu, tapi Harry memotongnya.
 
“—dan Ron menikamnya dengan pedang.”
 
“Dan... selesai? Begitu saja?” Hermione berbisik.
 
Well, liontinnya—menjerit,” sahut Harry, setengah melirik pada Ron. “Ini.”
 
Ia melempar liontinnya ke pangkuan Hermione, Hermione memungutnya dan memeriksa jendelanya yang sudah rusak. Memutuskan akhirnya situasi aman, Harry mencabut Mantra Pelindung dengan satu lambaian tongkat Hermione dan menoleh pada Ron. “Tadi kau bilang kau melarikan diri dari para Snatchers itu dengan tongkat cadangan?”
 
“Apa?” tanya Ron yang sedang mengamati Hermione memeriksa leontin. “Oh—oh, iya.”
 
Ron menarik salah satu gesper dari ranselnya dan menarik sebuah tongkat gelap dan pendek dari salah satu sakunya. “Ini. Kubayangkan, berguna juga kalau punya cadangan.”
 
“Kau benar,” sahut Harry, mengulurkan tangan, “Punyaku patah.”
 
”Kau bercanda,” sahutku dan  Ron, tapi saat itu Hermione berdiri, dan Ron nampak memprihatinkan lagi.
 
Hermione menyimpan Horcrux yang sudah dikalahkan itu dalam tas manik-maniknya, lalu mengajakku mengisi tempat tidur kosong di bawah tempat tidurnya kemudian memanjat kembali ke tempat tidurnya, meringkuk tanpa kata.
 
Ron memberikan tongkat itu pada Harry.
 
“Yang terbaik yang bisa kau harapkan, kukira.” gumam Harry.
 
“Yeah,” sahut Ron. “Tidak mungkin lebih buruk lagi. Ingat burung-burung yang ia ciptakan untukku?”

“Aku belum melupakannya,” suara Hermione di bawah selimutnya, tapi Harry melihat senyum tipis Ron saat ia menarik piama merah marunnya dari ransel.

HIRAETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang