Aku, Fred, George, Ginny dan Lee disambut cahaya remang-remang dari sebuah lilin, tempat yang kotor bertaburan serbuk kayu, bar Hog’s Head. Aku mengintip dari jendela, Hogsmeade yang selama ini kami kenal, pada bagian depan toko-toko yang gelap, garis bentuk pegunungan yang lebih gelap di belakang desa.
“Jangan menintip dari jendela jika kau tidak ingin mereka menemukanmu, Colate!” raung pemilik bar.
Aku berbalik terkejut melihatnya, rambutnya yang panjang, berserabut, kasar beruban seperti janggutnya. Ia masih memakai kacamata yang sama, di balik lensanya yang kotor, matanya menusuk biru cemerlang.
“Kami ingin bertemu Nevile, Abe.” Kata Ginny pada pemilik bar.
“Hah!” teriaknya kasar. “Bagus sekali anak itu telah merubah barku menjadi stasiun kereta api! Pergi ke atas! Kalian akan melihat jalannya!”
Kami berlari ke belakang tempat kasir, melalui pintu kedua menuju tangga kayu yang berderak-derak. Kami naik secepat yang kami bisa saat suara ‘POP!’ lainnya muncul dan Aberforth kembali mengeluh.
“Kapan kalian akan mengizinkanku tidur?! Naik ke atas!”
Tangga menuju ruang duduk dengan karpet usang dan perapian kecil, diatasnya tergantung sebuah lukisan cat minyak besar dengan seorang gadis pirang yang memandang kami dengan manis tetapi hampa. Lukisan itu menggantung hampir lepas dari dinding seperti pintu kecil, jalan masuk terowongan terbuka mengundang kami.
“Aku pikir Abe ingin kita masuk ke sana, bukan?” tanya Fred kepada kami.
Sebuah langkah mendekat, aku berharap Aberforth muncul untuk memberikan kami petunjuk namun seseorang yang sangat tidak diinginkan muncul.
Cho Chang menaiki anak angga terakhir dengan canggung melihatku dan Ginny.
“Hai,” sapa Cho cangung. “aku mendapatkan pesan di koin.” Ia menunjukkan Galleon miliknya.
Kecanggungan bagi para gadis tidak dapat terhindarkan. Bagiku, Cho Chang adalah mantan pacar Cedric yang bahkan sangat mudah beralih setelah kematian kekasihnya, sedangkan bagi Ginny, perempuan itu adalah mantan kekasih Harry, yang berarti dapat mengganggu hubungan mereka entah bagai mana.
Ginny memutar matanya dan memanjat rak di atas tungku untuk masuk ke dalam terowongan dengan bantuan George di belakangnya kemudian disusul Fred. Fred menarikku ke dalam terowongan. Lee mempersilahkan Cho untuk masuk lebih dulu sebelum dirinya. Bagus sekali, Lee membuat Cho berada tepat di belakangku.
Ada undakan batu yang lakus di sisi terwongan, sepertinya jalan tembus itu sudah ada selama berahun-tahun. Lampu kuningan tergantung di dinding, lantai berbau tanah, halus dan licin sehinga Fred terus memegang tanganku sepanjang jalan. Saat kami berjalan, bayangan kami bergetar, membesar sepanjang dinding.
“aku pikir hanya ada tujuh jalan tembus di dalam dan di luar sekolah, ini tidak ada di peta perompak.” Kata Geroge mencairkan perjalanan kami.
“tidak bisa melewati jalan manapun sekarang, berbagai kutukan berada di pintu masuknya, para Pelahap Maut dan Dementor menunggu di pintu keluarnya.” Keluh Ginny.
“sepertinya Neville berhasil menemukan pintu rahasia lainnya.” kataku.
“Yeah, kita tahu darah Auror masih ada di tubuhnya.” Puji Ginny.
“Hmm, well,” kata Cho sedikit terengah karena jalan tembusnya menanjak curam. “Bagaimana keadaan kalian?”
“lebih tepatnya, bagaimana pelarian kalian…” ralatku benar-benar tidak berharap Cho akan memulai percakapan.
“Oh, sorry.” Balas Cho canggung.
“err,” Lee bergumam. “sepertinya akan lebih baik jika aku berjalan diantara kalian.” Usulnya memotong jalan Cho dan berjalan di belakangku. “Lebih baik, bukan?”
Tidak ada yang menjawab Lee. Kami membelok dan di depan kami adalah akhir jalan tembus. Seperangkat undakan menuju pintu persis seperti yang tersembynyi di belakang lukisan di Hog’s Head. George membantu Ginny mendorong pintunya dan Ginny memanjat naik.
Aku bingung saat keluar dari terowongan, gantungan-gantungan berwarna-warni, lampu, dan banyak wajah. Aku bahkan tidak pernah menemukan ruangan ini di Hogwarts. Besar dan interiornya seperti rumah pohon yang mewah atau kabin kapal raksasa. Tempat tidur gantung warna-warni diikatkan dari langit-langit dan dari balkon yang mengitari dinding berpanel kayu gelap tanpa jendela, yang dulu tutupi hiasan gantung berwarna cerah. Ada singa emas Gryffindor berhias merah, luwak hitam Hufflepuff dihias kuning, elang perunggu Ravenclaw dalam warna biru. Silver dan hijau Slytherin satu-satunya yang tidak ada. Ada rak-rak buku penuh sesak, beberapa sapu terbang disandarkan di dinding, dan di sudut sebuah rabio besar tanpa kabel berbingkai kayu.
“Aberforth malai sedikit nampak seperti tikus,” sahut Fred mengangkat tangannya membalas beberapa teriakan menyambutnya, “dia tidak bisa tidur katanya, dan barnya berubah menjadi stasiun kereta api!”
“Ginny.” Panggil Harry pelan terpesona dengan apa yang dia lihat.
“Harry.” sahut Ginny.
“Kenapa dia tidak memanggilku? Aku saudara laki-lakinya.” tanya Ron berbisik di antara aku dan Lee.
“Ginny memiliki banyak saudara laki-laki, tapi hanya ada satu Harry.” Jawab Lee.
Ron mengangguk sambil mengerucutkan bibirnya.
Mulut Harry terbuka melihat Cho Chang tersenyum padanya. “aku dpaat pesan,” sahut Cho mengangkat Galleonnya, dan terus berjalan untuk duduk di samping Michael Corner.
“GINNY!”
“SAFE!”
“Itu Fed dan George!”
Aku mengerjapkan mata saat semua orang bersorak dan bangun untuk menyambut kami. Sekejap kami banjir oleh pelukan, tepukan, beberapa orang memukul punggungku, mengacak-acak rambut, aku bahkan tidak tahu ada sekitar dua lusin orang menjabat tanganku seperti baru saja memenangkan piala Quiddicth.
“Oke, oke, baik. Lee Jordan di sini akan mengamankan keadaan.” Lee mendorong mundur beberapa anak kelas tiga yang ingin menerjang kami. “Berikan mereka udara kawan!”
“Jadi, apa rencananya, Harry?” tanya George.
“Tidak ada rencana,” sahut Harry, masih bingung dengan kemunculan tiba-tiba kami.
“Biarkan saja berjalan sendiri, kan? Kesukaanku!” sahut Fred.
”Kau harus menghentikan ini!” sahut Harry pada Neville yang terlihat hancur, satu matanya bengkak, kuning dan ungu, ada tanda tercungkil di wajahnya, keadaannya yang tak terurus mengisyaratkan bahwa Neville selama ini hidup keras memperjuangkan DA, tapi roman mukanya bersinar-sinar dengan kebahagiaan. ”Kenapa kau memanggil mereka? Kau gila—”
”Kita akan bertempur, kan?” sahut Dean, mengacungkan Galleon palsunya, ”Pesannya berbunyi Harry kembali, dan kita akan bertempur. Walau aku harus mendapat tongkat dulu—”
”Kau belum dapat tongkat—” Seamus mulai, aku terkejut melihat wajahnya lebam dan bengkak.
“sekarang kau punya,” kata Fred pada Dean, menyerahkan tongkat hasil buatannya bersama dengan George.
“NO WAY!” raung Dean gembira.
“Yes way!” balas Fred dan George bersamaan.
“ku persembahkan padamu, kayu Ebony, tepat tiga belas inchi.” Kata Fred.
Dean mengambil tongkat barunya, wajahnya bercampur antara haru dan terpesona.
“dengan inti rambut Unicorn.” Kata George.
“Kalian luar biasa!” raung Dean bahagia.
“Kau harus melihat wajah akut George saat Bowtruckle hampir mengambil bola matanya.” Kata Fred.Neville bergabung bersama aku dan Ginny, senyum kami mengembang bangga padanya.
“Kau melalui banyak hal, Neville.” Aku mengelus pundak Neville.
“Tidak mudah saat kalian tidak kembali,” keluh Neville. “Carrow bersaudara tahu aku di belakang banyak hal, jadi mereka mulai keras padaku, lalu Michael Corner tertangkap basah sedang membebaskan anak kelas satu yang mereka rantai, jadi mereka menyiksanya dengan cukup berat. Itu membuat orang-orang takut.”
“Bagimana kau menemukan kamar kebutuhan?” tanya Luna ingin tahu.
“Carrow bersaudara mengejarku, aku tahu hanya punya satu kesempatan. Aku berhasil mencapai pintunya, dan seperti ini yang kutemukan. Well, tak seperti ini waktu aku datang, jauh lebih kecil, hanya satu tempat tidur gantung dan hanya ada gantungan Gryffindor. Tapi jadi makin besar saat lebih banyak anak Laskar Dumbledore tiba.”
“Jadi, tidak ada yang bisa masuk selain anak DA?” tanya Ginny.
“Yeah, Carrow tidak dapat melacaknya sama sekali, asalkan kita menutup semua kesempatan. Tidak ada yang bisa masuk ke dalam Ruang Kebutuhan selama masih ada orang di sini.” Ujar Neville. “Aku sudah sehari setengah di sini, benar-benar lapar, dan berharap mendapat sesuatu untuk dimakan, dan saat itulah jalan tembus ke Hog’s Head membuka. Aku menyusurinya, dan bertemu dengan Aberforth. Ia menyediakan makanan untuk kami, sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh Kamar.”
”Jadi kami bersembunyi di sini sudah hampir dua minggu,” sahut Seamus, ”dan Kamar membuat lebih banyak tempat tidur gantung tiap saat kami memerlukan, dan bahkan memunculkan sebuah kamar mandi yang bagus saat para gadis juga datang—”
”—dan berpikir bahwa mereka suka membersihkan diri, ya,” sahut Lavender Brown.

KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH
FanfictionAncaman. Itulah yang dapat mendeskripsikan tahun ini. Siapa yang akan mengira Kau-Tahu-Siapa akhirnya kembali berkuasa setelah tujuh belas tahun menghilang? Tidak, dia bahkan tidak menghilang. Dia hanya bersembunyi selama tujuh belas tahun terakhir...