34. BOOK OF PHEONIX

236 60 4
                                        

Sepertinya melompat dua kali dari jendela dan satu kali dari kereta yang berjalan berhasil membuatku menguasai aprasi sebenarnya. Aku tidak lagi limbung ataupun terporosok. Practice makes perfect. Namun buruknya, aku memilih tempat pendaratan yang parah.
 
Aku kembali ke lapangan di mana piala dunia Quiddicth diadakan dan berhasil membuat kakiku tenggelam sampai dengan lutut karena salju yang menumpuk di lapangan. Langit gelap gulita dengan bintang tersebar tepat di atasku.
 
Terseok-seok aku membawa kakiku bergerak, walaupun aku yakin jari-jariku luar biasa beku. Aku menyihir jalan satu meter di depanku agar salju mencair, lebih baik daripada membiarkan kakiku terus tenggalam di tumpukan salju.
 
Aku masuk ke dalam hutan kemudian menghilangkan jejak kakiku di tumpukan salju. Kali ini aku tidak akan meninggalkan jejak. Aku harus ingat untuk selalu menghapusnya. Aku memasuki hutan kayu ek kerdil, meskipun aku menyebutnya kerdil, pohon-pohon ek yang tumbuh sama besarnya seperti Grawp, saudara raksasa Hagrid. Pepohaonan tampak digunduli daunnya terlihat seperti pahatan prasejarah dengan lumut beku menutupi batang dan batu. Lebih baik berada di hutan.
 
Tempat yang aman untuk bersembunyi, setidaknya di sini lebih hangat dibanding berada di lapangan dengan salju setinggi lutut. Segera aku mengeluarkan tenda yang Viktor beli di Yunani. Demi Merlin, aku sama sekali tidak menyesal mengikuti Viktor ke Yunani. Nyatanya, semua perkataan Viktor benar, setidaknya aku harus belajar bertahan hidup karena seseorang benar-benar menguasai rumahku!
 
Setelah tendaku berdiri, aku menghilangkan jejak kaki di sekitar tenda dan mulai melafalkan mantera perlindungan sebanyak tiga kali setiap manteranya. Lebih banyak, lebih baik. Kemudian aku masuk ke dalam tenda.
 
Seharusnya aku tidak membiarkan Viktor membeli tenda karena tenda ini luar biasa besar. Lebih dari cukup untuk menampung enam sampai delapan orang dengan tempat tidur. Sepertinya pramusaji itu salah saat menyebutkan tenda ini sederhana karena kata glamor atau mewah lebih cocok. Tapi bukankah tenda ini sama dengan yang Viktor dan aku gunakan saat berkemah di Skaros Rock? Apa Viktor menukarnya saat aku lengah?
 
Malam semakin larut dan rasa lelah mulai mendatangiku. Aku mengeluarkan api abadi yang Viktor beli, tentu saja, hampir semua barang di dalam tasku Viktor yang membelinya. Api biru berpendar di dalam toples berukuran sedang, apinya semakin besar saat aku membuka tutupnya dan kehangatan mulai menyelimuti tenda. Aku berbaring di kasur terdekat, tempat di mana sebuah penangkap mimpi tertambat di kepala kasurnya. Aku tersenyum memikirkan Viktor yang sangat memperhetikan detail sekecil ini kemudian tenggelam di alam mimpi.
 
Terbangun seperti layaknya orang pingsan, jika mengingat kambali, aku menjalani hari yang sulit kemarin. Berpindah dari satu rumah ke rumah lainnya, melarikan diri dari seseorang yang muncul dari Charhide, rumahku sendiri. Aku rasa itu adalah hal terburuknya. Di rampas oleh bajak laut di kapal sendiri. Bagaimana keadaan Ayah jika rumahnya sendiri tidak dalam keadaan aman?
 
Aku teringat sesuatu. Neville bilang kita harus memberikan informasi terbaru melalui koin Galleon. Aku segera mencarinya di dalam tas, dan dengan cepat menemukannya. Sudah ada seseorang yang mengganti kalimat di koin itu, hanya aku Ginny, Luna, dan Neville yang memiliki kehendak untuk menggantinya.
 
Safera in Dumbledore Army.” Kataku pada koin itu. Kami melakukan beberapa perbaikan untuk keamanan, menggunakan kata kunci untuk memberikan akses perubahan koin dan melihat bagaimana tulisan terakhir, pencegahan jika kami melewatkan salah satu operasi rahasia sehingga tidak melewatkan operasi berikutnya. Kami memutuskan menggunakan nama walaupun terdengar riskan, itu juga salah satu cara kami dalam merekam jejak terakhir anggota DA lainnya. Namun, tanpa anggota lain ketahui, aku juga mengikat suara mereka di dalam koin sehingga walaupun orang lain berhasil menemukan kata kuncinya, mereka tidak akan bisa membukanya tanpa suara pemilik sebenarnya.
 
Kalimat pertama yang muncul adalah “Library operation succesed.” Kemudian kalimat itu menghilang digantikan dengan “are you okey?”
 
Pertanyaan terakhir mungkin dari Ginny atau Neville, mereka menanyakan keadaanku atau Luna. Aku menghela napas, entah bagaimana keadaan Luna saat ini.
 
Kalimat terakhir menghilang dan tidak muncul kalimat lainnya, berharap Luna dalam keadaan aman, mungkin dia hanya belum menemukan waktu yang tepat untuk menjawab pertanyaan terakhir.
 
Aku mengambil tongkatku yang terletak di meja samping tempat tidur dan merubah kalimat di koin itu menjadi “SAFE” kata sederhana yang mengandung banyak arti dan jelas mereka akan tahu bahwa itu milikku. Kalimat itu menghilang, kemudian digantikan dengan tanggal perkumpulan DA terakhir.
 
Aku memasukan kembali koin itu dan berjalan meja makan panjang yang setidaknya cukup untuk delapan orang. Aku mengeluarkan botol susu dan beberapa canapé, memulai sarapan sepiku dalam pelarian. Dalam setiap kunyahan, aku memikirkan beberapa tujuan karena tidak mungkin aku terus-menerus muncul di rumah orang lain untuk mengambil makanan mereka. Namun selama aku masih memiliki makanan yang aku ambil di rumah Diggory, mungkin tidak apa-apa berkemah di tempat yang bagus.
 
Aku mempertimbangkan untuk menghabiskan malam Natal di makam Cedric, sangat beresiko karena Pelahap Maut mungkin akan mempertimbangkan itu juga. Oleh karena itu, aku harus mengunjungi beberapa tempat dan sengaja menjauhi makam Cedric. Jika beruntung, aku mungkin akan menunjukan diriku dan menghilang di depan mereka. Tapi, pertanyaanku, kenapa para Pelahap Maut mengejarku?
 
Aku yakin tidak melakukan kesalahan yang fatal di sekolah, atau jika ya, mereka seharusnya juga mengejar Neville atau Ginny. Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling tenda. Tempat ini sepi, sangat amat sepi.
 
Aku mengeluarkan buku Ramuan yang aku temukan di rumah Sirius menenggelamkan diriku dalam bacaannya. Buku itulah satu-satunya pengalihan yang dapat aku lakukan untuk menghilangkan sepi di tenda yang besar ini. Aku mengeluarkan perkamen, tinta dan pena bulu yang dapat mengisi sendiri. Setidaknya aku masih ingat untuk menyimpan beberapa alat tulis di dalam tas kulit moke. Tak lama setelahnya aku sibuk mencatat dan tenggelam dalam catatan-catatan tentang ramuan yang bisa aku buat sendiri untuk pengobatan. Mungkin aku juga bisa menciptakan ramuan lainnya yang berguna.
 
Setelah mencatat di perkamen sebanyak lima lembar dan  melipat buku Ramuan dengan beberapa catatan karena membutuhkan keterangan lebih lanjut tentang beberapa tanaman langka, aku memutuskan untuk mengemas barang-barangku dan menggenapkan hati untk tujuan selanjutnya. Hanya ada dua tempat yang bisa aku kunjungi dan menjual buku bekas di Inggris. Brent Tor atau Glastonbury Tor.
 
Setelah tenda masuk ke dalam tas kulit moke, aku mencabut mantera perlindungan dan ber-apparate ke Brent Tor.
 
Brent Tor adalah singkapan batu paling mengesankan di Devon dengan gereja antik Muggle berada di puncaknya berbentuk kastil kecil yang membuat siluet khas di cakrawala. Aku mengerutkan tudungku mencoba berbaur dengan beberapa Muggle yang berkunjung ke gereja, mendekati menara di tepi tebing tegak lurus dan bebatuan di sekitarnya yang indah di selingi dengan petak-petak padang rumput yang hijau. Ke arah selatan adalah  berbagai kampanye hutan, padang rumput dan ladang yang batasi oleh laut, yang bagaimanapun terlihat sangat kecil karena tidak dapat dibedakan dengan warna langit. Gunung Edgecumbe terlihat dengan sangat jelas. Di timur adalah belantara Dartmoor, tempat sebelumnya aku berkemah. Ke arah barat dan utara terbentang lahan luas yang di tanami lanskap.
 
Aku berjalan ke pintu yang berada di ujung tebing, menyentuh pintu itu dengan ujung tongkatku. Ketika pintu terbuka, terlihat kumpulan buku yang menggunung. Tingginya dua kali tinggi tubuhku. Di setiap puncak gunung buku itu berkibar bendera yang di sihir melayang, menunjukkan pengelompokan jenisnya masing-masing.
 
Aku mendekat ke gunung buku bertuliskan Tanaman. Kemudian tenggelam dalam pencarianku selama setengah jam yang sia-sia karena aku tidak tahu buku apa tepatnya yang aku cari. Penyihir lain yang sudah mengetahui buku apa yang akan mereka beli, dengan mudahnya menggunakan Mantera Accio dan pergi meninggalkan gundukan buku. Aku mengambil asal salah satu buku, buku yang sama, aku mendapatkan buku ini ke enam kalinya dan kembali melempar buku itu ke puncak gundukan.
 
Aku menghela napas sia-sia, meninggalkan tupukan buku ramuan. Sebuah buku meluncur turun dari gundukannya saat aku melewati tumpukan buku dengan ‘Creatures’ di bagian atasnya. Aku mengambil buku di bawah kakiku. Pheonix and How to Treat Them karya C Barebone. Buku tua  unik dengan tulisan tangan di setiap lembarnya. Sampulnya bergambar burung pheonix dengan sayap emas indah bagai lukisan. Saat aku membuka lembar pertama buku itu, sebuah kata pembuka terpatri dengan indah.

A phoenix will come to any Dumbledore who is in desperate need. (Seekor phoenix akan datang ke Dumledore mana pun yang sangat membutuhkan.)

HIRAETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang