41. DELUMINATOR

207 56 1
                                    

Setalah seharian mengelilingi bukit, matahari mulai meninggalkan tempatnya, menyisakan jejak kemerahan di cakrawala yang diikuti oleh beberapa bintang berkedip. Aku dan Ron memutuskan bahwa Harry dan Hermione sudah meninggalkan tempat ini. Tidak ada petunjuk apapun yang dapat menuntun kami ke tempat mereka saat ini namun Ron, mengeluarkan Deluminator dan menekannya.
 
Bukan menarik sinar yang ada di sekitarnya, Deluminator itu mengeluarkan cahaya beberapa meter dari kami seperti bola cahaya yang berdenyut, biru seperti cahaya di sekitar Portkey. Bola cahaya itu melayang seolah-olah menunggu kami, lebih tepatnya Ron karena tanpa komando, Ron berjalan mendekati bola cahaya itu. Seperti mengerti apa yang harus dikakukan, bola cahaya  mengapung di udara langsung menuju dada Ron.
 
Aku terkejap, belum pulih dari keterkejutanku, Ron menarik jaketku dan kami ber-dispparate.
 
Aku terhempas keras di suatu tempat yang rasanya seperti tanah beku tertutup dedaunan. Salju menumpuk di mana-mana dengan dingin yang menusuk, tetapi setidaknya kami terlindungi dari angin. Butiran-butiran salju di sore hari berjatuhan.
 
“Di mana kita?” tanyaku segera mengeluarkan tenda dari dalam tas.
 
“Aku tidak tahu.” Jawab Ron. “Cahaya itu yang menuntunku ke sini.”
 
Aku tidak mengerti namun tidak bertanya lebih lanjut. Kami berkerja dalam diam, mencari Harry dan Hermione dalam suasana kaku dan hening. Aku bahkan dapat menghitung dangan jari kapan aku berbicara dengan Ron selama di Hogwarts dan hal itu terbukti karena saat ini kami tidak memiliki kesamaan apapun untuk diceritakan. Ron tidak secerdik adik perempuannya, tidak juga sekonyol kakak kembarnya. Kebersamaanku dengan Ron hanya terhitung jika ada Harry atau Hermione bersama kami.
 
Setelah berjam-jam pencarian kami tidak membuahkan hasil. Kami memutuskan untuk berkemah. Aku segera bergerak membuat tenda berdiri tegak, aku masuk untuk membuat makan malam sementara Ron membuat perlindungan di sekitar.
 
“Hey,” panggil Ron pelan saat duduk di depan meja makan sementara aku di depan penggorengan, memanggang daging. “aku berutang maaf padamu.” Ucapnya.
 
“untuk apa?”
 
“aku…” Ron menenggelamkan wajahnya ke dalam tangannya. “aku bersikap kasar padamu saat mendengar kau meninggalkan Fred. Seharusnya aku mendengarkan penjelasanmu.”
 
“Tak apa.” Kataku berusaha tenang. “karena kau, aku tahu apa yang dipikirkan keluargamu saat ini. Aku juga minta maaf karena itu.”
 
“Tidak…” Ron terlihat bersalah. “kau melakukan pilihan terbaik saat itu. Kami hanya berpikir untuk menyelamatkan banyak nyawa dan kau berpikir untuk mengamankan banyak nyawa. Itu hal yang berbeda. Kau berpisah dari Fred karena kau ingin membuatnya aman, sementara kami berpikir kau akan selamat selama bersama keluarga kami.”
 
“walaupun sebenarnya tidak ada tempat yang aman.” Ungkapku memindahkan dua piring berisi daging panggang ke meja makan.
 
“Yeah, tidak ada tempat yang aman.” Balas Ron memotong dagingnya.
 
“aku juga minta maaf karena berteriak padamu,” kataku sambil mengunyah daging.
 
“Tidak,” Ron mengangkat tangannya di depan dada. “itu salahku karena tidak mendengarkan pendapatmu.”
 
“Jadi kita impas?”
 
“kita impas.”
 
Aku dan Ron tersenyum. Pembicaraan kecil yang menghangatkan seisi tenda.
 
Ron memutuskan untuk bejaga pertama. Kami hanya mencari Harry dan Hermione pada siang hari karena lebih aman dan memungkinkan kami terhindar dari penyamun dan penjambret. Ron meringkuk di dalam kantong tidurnya, mengenakan berlapi-lapis baju untuk terhindar dari hawa sedingin es sementara aku berbaring di sofa.
 
Kami membuat lelucon kecil tentang kamar yang tidak berfungsi karena  kami tidak pernah menggunakannya. Kegelapan menyelimuti kami karena api abadi milik Viktor adalah satu-satunya sumber cahaya di dalam tenda sekaligus penghantar panas. Beberapa kali aku menyihir susu coklat Ron untuk tetap hangat.
 
Kegelapan semakin terasa di luar tenda seiring berjalannya waktu, hingga akhirnya benar-benar tidak terlihat apa-apa. Gerakan sekecil apapun tampak lebih besar oleh luasnya hutan yang dipenuhi makluk hidup lain yang saat ini tidak bersuara sehingga kami bisa membedakan langkah mereka yang merupakan makluk penghuni hutan dengan gerakan makluk lain yang mencurigakan dan terdengar berbahaya.
 
“Safe! Bangun!” bisik Ron saat malam sudah mencapai titik tergelapnya. “ada sesuatu di sana!” bisik Ron lagi sementara aku merasa berada di kegelapan Apparate dan Dissapparate.
 
Aku berguling sehingga tubuhku terjauh di lantai tenda, cukup untuk membuatku kembali terjaga.
 
“Ada sesuatu di sana.” Bisik Ron lagi membuatku mengendap ke balik punggungnya.
 
Seberkas cahaya keperakan terang muncul beberapa meter di depan kami, bergerak di antara pepohonan. Apapun sumbernya, cahaya itu bergerak tanpa suara. Cahaya itu terlihat melayang di dalam kegelapan hutan, membuat pepohonan di sekitarnya seperti siluet..
 
“Itu Harry.” Bisik Ron. “itu Patronus rusa milik Harry.”
 
Aku masih mengerjap untuk mempercayai penglihatanku. Tapi rusa betina itu terus saja melangkah mantap di antara pepohonan, segera saja cahayanya menghilang tertutup bayangan dari pepohonan. “bisa saja jebakan.” Bisikku. “Tapi Pelahap Maut tidak bisa melakukan patronus.
 
Salju berderak saat kami melihat seseorang mengikuti rusa itu.
 
“Itu Harry!” bisik Ron tertahan namun suaranya terdengar sangat senang.
 
Kami segera beranjak mengikuti Harry beberapa meter dibelakangnya. Semakin jauh rusa itu menuntun Harry ke dalam hutan  semakin cepat pula Harry berjalan.
 
Akhirnya rusa itu berhenti. Ia menolehkan kepalanya yang cantik pada Harry sekali lagi. Harry berlari. Saat ia sudah dekat, rusa itu lenyap.
 
Walau kegelapan menelan rusa betina itu, bayang-bayang cahayanya masih jelas masih tercetak di selaput mata. Pandanganku kabur namun menjadi terang saat aku merendahkan kelopak mata. Ketakutan muncul, kehadiaran rusa betina tadi menjanjikan keselamatan.
 
Harry mengeluarkan cahaya dari ujung tongkatnya sehingga cahaya itu menuntun kami berjalan lebih dekat dengannya. Ia mengangkat tongkat lebih tinggi memastikan tidak ada yang akan menyerangnya dari balik pepohonan. Ia berdiri di atas kolam kecil, beku, permukaannya retak dan gelap berkilat saat Harry mengangkat rongkat lebih tinggi untuk memerikasanya. Ia maju mendekat, lebih waspada dan melihat ke bawah.
 
“Menurutmu, apa yang dia lakukan?” bisik Ron saat kami bersembunyi di balik pohon oak.
 
Aku melihat Harry berlutut di sisi kolam, mengarahkan togkatnya menerangi kolam itu. ia mengacungkan tongkatnya ke dalam kolam dan bergumam sesuatu.
 
Aku dan Ron tetap mendekati Harry walaupun tidak yakin melihat tingkahnya.
 
“Ada seseorang di sana.” Aku menahan langkah Ron, menunjuk dua pohon yang tumbuh berdekatan, beberapa yard jauhnya dari Harry.
 
Ron menarikku untuk bersembunyi di balik semak, memastikan tidak ada siapapun yang mengikuti Harry atau menyerangnya.
 
Kami sibuk memperhatikan pepohonan saat Harry melepaskan bajunya yang berlapis-lapis.
 
Seekor burung hantu entah di mana ber-uhu pelan saat Harry melepaskan pakaiannya. Dia gemear kedinginan sekarang, giginya gemeletuk, dan dia terus melepaskan pakaiannya hingga tertinggal pakaian dalamnya, kaki telanjang di tengah salju kemudian mengarahkan tongkatnya ke es.
 
“kau yakin dia tidak mengalami kemunduran intelektual karena telanjang di musim dingin, bukan?” bisikku pada Ron yang mengangkat bahunya menjawabku.
 
Es itu berderak dengan suara seperti peluru memecah keheningan, permukaan kolam retak dan potongan es gelap mengguncang hingga beriak.
 
Harry melangkah ke tepi kolam, meletakan tongkatnya di atas tanah, masih menyala. Kemudian dia melompat.
 
BLOODY HELL!” pekik Ron berlalri ke tepian kolam di mana Harry melompat. “HARRY!”

Aku mengejar Ron, menyihir cahaya di ujung tongkatku. “Ada sesuatu di dalam sana!” teriakku pada Ron, mengarahkan  tongkatku untuk menerangi kolam, Harry terlihat kesulitan untuk berenang mendekati benda keperakan di bawah air dingin.
 
Harry menendang ke sana- ke mari dengan liar, mengangkat tanganna yang kosong untuk membebaskan dirinya, mencoba kembali ke permukaan.
 
“Dia terlihat tidak baik-baik saja.” Kataku pada Ron yang ikut memperhatikan Harry yang kini menggelepar kekurangan udara.
 
BYUR!
 
Ron melompat ke dalam air dingin dalam sekejap, mencoba menggapai benda keperakan di dasar danau sebelum membantu Harry berenang ke permukaan. Aku mengarahkan tongkatku pada es, bersiap di tempat manapun Ron dan Harry muncul untuk menghangatkan mereka.

HIRAETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang