47. DEATHY HALLOWS

195 55 0
                                        

Hermione menarik Kisah Beedle Sang Seniman keluar dari tas manik kecilnya.
 
“Yang asli?” tanya Xenophilius dengan tajam, dan ketika Hermione mengangguk, ia berkata, “Baiklah, kenapa kau tidak membacakannya saja? Cara terbaik untuk membuat kita semua mengerti.”
 
“Er… Baiklah,” kata Hermione gugup. Ia membuka buku itu, dan Harry melihat lambang yang sedang kami selidiki di halaman depan ketika Hermione berdeham sedikit, dan mulai membaca.“‘Alkisah, tersebutlah tiga bersaudara yang berjalan jauh, melalui jalan yang sepi dan
berkelok ketika matahari terbenam—‘”
 
“Tengah malam, ibuku selalu mengatakannya,” kata Ron, yang sedang berbaring santai, lengannya berada di belakang kepalanya, untuk mendengarkan. Hermione memandangnya kesal.
 
“Maaf, aku hanya merasa itu akan menjadi sedikit lebih menyeramkan bila terjadi di tengah malam!” kata Ron.
 
“Yeah, karena kita benar-benar membutuhkan sedikit ketakutan di kehidupan kita,” kata Harry sebelum ia dapat menghentikan dirinya. Xenophilius tidak terlihat memperhatikan, tetapi memandang keluar jendela pada langit. “Lanjutkan, Hermione.”
 
“’Dalam perjalanannya, tiga bersaudara itu sampai ke sebuah sungai yang terlalu dalam untuk diseberangi dan terlalu berbahaya untuk direnangi. Tetapi, mereka mempelajari ilmu sihir, dan mereka dengan mudah melambaikan tongkat mereka dan membuat jembatan muncul diatas sungai itu. Mereka sudah setengah jalan ketika mereka mendapati jalan mereka dihalangi oleh seorang yang berkerudung
 
“’Dan Kematian berbicara kepada mereka—‘”
 
“Maaf,” Harry menginterupsi, “tetapi Kematian berbicara kepada mereka?”
 
“Ini hanya dongeng, Harry!”
 
“Benar, maaf. Lanjutkan.”
 
“’Dan Kematian berbicara kepada mereka. Ia marah karena ia sudah dikerjai habis-habisan oleh tiga korban baru ini, karena para pengelana biasanya tenggelam ke dalam sungai. Tetapi Kematian sungguh licik. Ia berpura-pura memberi selamat pada tiga bersaudara itu atas sihir mereka, dan mengatakan bahwa masing-masing dari mereka mendapatkan hadiah karena telah cukup cerdas untuk menghindarinya.
 
“’Maka saudara yang tertua, yang suka berkelahi, meminta tongkat yang lebih kuat dibandingkan tongkat lain yang ada. Tongkat yang harus selalu memenangkan pertarungan bagi pemiliknya, tongkat yang pantas untuk penyihir yang mengalahkan Kematian! Maka Kematian menyeberang ke sebuah pohon elder di tepi sungai, membuat sebuah tongkat dari cabang pohon itu, dan memberikannya kepada saudara yang tertua.
 
“’Lalu saudara yang kedua, yang merupakan anak yang congkak, memutuskan bahwa ia ingin untuk menghina Kematian lebih jauh, dan meminta kekuatan untuk menghidupkan orang-orang lain dari Kematian. Maka Kematian mengambil sebuah batu dari pinggir sungai dan memberikannya kepada anak yang kedua, dan memberitahukan padanya bahwa batu itu memiliki kekuatan untuk mengembalikan orang mati.
 
“’Kemudian Kematian bertanya pada saudara yang ketiga dan termuda, apa yang ia inginkan. Anak yang termuda itu adalah yang paling sederhana dan juga paling bijak dari tiga bersaudara itu, dan ia tidak mempercayai Kematian. Maka ia meminta sesuatu yang dapat membuatnya pergi dari tempat itu tanpa diikuti oleh Kematian. Dan Kematian, dengan sangat segan, langsung menyerahkan Jubah Gaib miliknya.’”
 
“Kematian memiliki Jubah Gaib?” Harry menginterupsi lagi.
 
“Supaya ia dapat membuntuti orang-orang,” kataku.
 
“Terkadang ia merasa bosan mengejar mereka, mengelepakkan lengannya dan berteriak… maaf, Hermione.” Gurau Ron.
 
“’Lalu Kematian menyingkir dan mengijinkan tiga bersaudara itu untuk melanjutkan perjalanan mereka, dan mereka pun membicarakan perjalanan yang telah mereka alami dan mengagumi hadiah dari Kematian.
 
“‘Setelah itu, tiga bersaudara itu pun berpisah untuk tujuan mereka masing-masing.
 
“’Anak yang pertama bepergian selama seminggu lagi, dan sampai ke sebuah desa yang jauh, mencari seorang penyihir lain yang telah berseteru lama dengannya. Tentu saja, dengan Tongkat Elder sebagai senjatanya, ia tidak akan gagal untuk menang dalam pertarungan yang berikut. Meninggalkan musuhnya mati tergeletak di lantai, anak tertua itu masuk ke sebuah penginapan, dimana ia membual tentang tongkat kuat yang ia dapatkan dari Kematian, dan bagaimana tongkat itu membuatnya tak terkalahkan.
 
“’Malam itu juga, penyihir lain mendekati anak tertua itu saat ia tertidur, mabuk berat karena anggur, di tempat tidurnya. Pencuri itu mengambil tongkat Elder dan sebagai tambahan, menggorok tenggorokan anak tertua.
 
“’Dan Kematian mengambil anak pertama itu sebagai miliknya.
 
“’Sementara itu, anak kedua melakukan perjalanan ke rumahnya sendiri, di mana ia tinggal sendirian. Di sana ia mengeluarkan batu yang memiliki kekuatan untuk mengembalikan orang mati, dan memutarnya tiga kali di atas telapak tangannya. Ia sangat terkagum-kagum dan senang, ketika bayangan seorang gadis yang pernah ia harapkan untuk dinikahi, sebelum kematian gadis itu yang terlalu cepat, muncul seketika di hadapannya.
 
“’Tetapi gadis itu sedih dan dingin, terpisah darinya oleh sebuah tirai. Meskipun ia telah kembali ke dunia fana, ia sebenarnya tidak benar-benar ada di sana dan tersiksa. Akhirnya anak kedua itu, menjadi gila karena kerinduan yang sia-sia, lalu bunuh diri supaya ia dapat benar-benar menyusul gadis itu.
 
“Dan Kematian mengambil anak kedua itu sebagai miliknya.
 
“’Tetapi meskipun Kematian telah mencari anak ketiga selama bertahun-tahun, ia tidak pernah dapat menemukan anak itu. Hanya ketika ia sudah tua, anak termuda itu akhirnya melepaskan Jubah Gaib-nya dan memberikannya kepada anak laki-lakinya. Dan ia menyambut Kematian sebagai seorang teman lama, dan pergi bersama Kematian dengan gembira, dan meninggalkan kehidupan ini.’”
 
Hermione menutup buku itu. Ada jeda sesaat sebelum Xenophilius akhirnya sadar Hermione telah selesai membaca,lalu ia melepaskan pandangannya dari jendela dan berkata, “Yah, begitulah ceritanya.”
 
“Maaf?” kata Hermione, terdengar bingung.
 
“Mereka adalah Deathly Hallows,” kata Xenophilius. Ia mengambil sebuah pena bulu dari sebuah meja di sikunya, dan menarik sebuah sobekan perkamen dari antara beberapa buku. “Tongkat Elder,” katanya, dan menggambar garis vertikal di atas perkamen. “Batu Kebangkitan,” lanjutnya, dan menambahkan sebuah lingkaran di atas garis tersebut. “Jubah Gaib,” ia menyelesaikan, menutup garis dan lingkaran itu dalam sebuah segitiga, untuk membuat simbol yang sungguh membangkitkan rasa ingin tahu Hermione. “Bersama-sama,” katanya, “Deathly Hallows.”
 
“Tetapi tidak ada kata-kata ‘Deathly Hallows’ dalam cerita,” kata Hermione.
 
“Yah, tentu saja tidak,” kata Xenophilius, dengan gembira sekali. “Itu adalah dongeng anak-anak, diceritakan lebih untuk menghibur daripada untuk mengajar. Orang-orang yang mengerti tentang hal ini, bagaimanapun, menyadari bahwa cerita kuno ini berkenaan dengan tiga buah benda, atau Hallows, yang mana, bila bersatu, akan menjadikan sang pemilik Penguasa Kematian.”
 
Ada sedikit kesunyian ketika Xenophilius memandang keluar jendela. Matahari sudah hampir terbenam di langit.
 
“Luna seharusnya mendapatkan cukup Plimpies secepatnya,” ia berkata diam-diam.
 
“Ketika kau mengatakan ‘Penguasa Kematian’—“ kata Ron.
 
“Penguasa,” kata Xenophilius, melambaikan tangannya di udara, “Penakluk. Apapun yang kau suka.”
 
“Tetapi… Apakah Anda bermaksud…” kata Hermione perlahan, dan aku dapat merasakan bahwa Hermione mencoba untuk menjaga agar pertanyaannya tidak bernada skeptis, “bahwa Anda percaya bahwa benda-benda ini—Hallows ini—benar-benar ada?”
 
Xenophilius menaikkan alisnya lagi. “Yah, tentu saja.”
 
“Tetapi,” kata Hermione, suaranya mulai membantah, “Mr Lovegood, bagaimana mungkin Anda bisa percaya—“
 
“Luna sudah menceritakan padaku semua tentangmu, nona muda,” kata Xenophilius. “Kau adalah, kurasa, bukannya tidak pintar, tetapi sangat terbatas. Sempit. Berpikiran tertutup.”
 
“Mungkin kau harus mencoba topi itu, Hermione,” kata Ron, mengangguk ke arah sebuah patung pendek yang menggelikan. Suaranya tertekan karena menahan tawa.
 
“Mr Lovegood,” Hermione memulai lagi, “Kita semua tahu bahwa ada benda-benda seperti Jubah Gaib. Mereka langka, tetapi mereka ada. Tetapi—“
 
“Ah, tetapi Hallow Ketiga adalah Jubah Gaib yang sebenarnya, Miss Granger! Maksutku, itu bukan jubah yang diberi Mantera Ilusi, atau membawa sebuah Kutukan Pembuat-Bingung, atau dirajut dari rambut Demiguise, di mana akan menyembunyikan seseorang tetapi akan kehilangan kemampuannya seiring dengan berjalannya waktu. Kita membicarakan tentang sebuah jubah yang benar-benar membuat pemakainya tak terlihat, dan bertahan selamanya, yang menyembunyikan secara konstan dan tak tertembus, tak masalah apapun mantera yang dilemparkan padanya. Berapa banyak jubah semacam itu yang pernah kau lihat, Miss Granger?”
 
Hermione membuka mulutnya untuk menjawab, lalu menutupnya lagi, terlihat lebih bingung dari biasanya. Aku, Hermione, Harry, dan Ron menatap satu sama lain, dan tahu bahwa kami memikirkan hal yang sama. Itu karena jubah yang seperti dideskripsikan Xenophilius ada di ruangan itu bersama kami saat ini juga.
 
“Tepat sekali,” kata Xenophilius, seakan-akan ia sudah mengalahkan kami dengan argumen yang beralasan. “Tak ada satupun dari kalian yang pernah melihat benda seperti itu. Pemiliknya mungkin sangat kaya, bukan?”

HIRAETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang