74.HARRY

265 56 0
                                    

Ada keheningan baik di luar maupun di dalam kastil.

Rombongan itu kembali bergerak maju. Aku melihat Hagrid memimpin, berjalan tertatih membopong tubuh Harry di kedua tangannya. Voldemort melangkah di depan mereka, membawa si ular besar di pundaknya. Para Pelahap Maut berjalan di kanan-kiri mereka layaknya pendamping.
 
“Harry sudah mati?” Mrs Weasley kembali menangis dalam pelukan suaminya. Semua wajah murung dan sedih. Semua ketakutan mulai menyerang dan menyebar ke seluruh penjuru sekolah tanpa terkecuali.
 
Para Pelahap Maut berhenti, menyebar membentuk garis lurus menghadap pintu masuk sekolah. Kingsley menggeserku dan Draco ke samping, mengarahkan tongkatnya pada jasad Harry yang berda di gendongan Hagrid. Tongkatnya mengeluarkan kilau kemerahan yang diarahkan langsung ke wajah Harry.
 
“TIDAK!” teriakan mengerikan Profesor  McGonagall yang tidak pernh diduga atau diimpikan siapapun.
 
Profesor  McGonagall memimpin, membuka pintu masuk, aku dan orang-orang yang selamat dari pertempuran berjalan ke anak tangga luar untuk menghadap penakluk mereka dan melihat kebenran tentang matinya Harry dengan mata mereka sendri.
 
“Tidak!”
 
“Tidak!”
 
“Harry! HARRY!”
 
Suara Ron, Hermione, dan Ginny lebih mengerikan dari suara Profesor  McGonagall, namun seperti Fred, itu tidak membuat Harry hidup kembali, dia tetap berbaring diam. Dan teriakan mereka jadi memicu teriakan dan jeritan orang-orang lain, memaki-maki para Pelahap Maut. Aku memeluk tubuh siapaun yang berada di dekatku, ini adalah akhir dari segalanya.
 
“DIAM!” seru Voldemort, dan terdengar letusan disertai kilatan cahaya terang, dan kami semua dipaksa diam. “Semua sudah berakhir. Turunkan dia, Hagrid, di kakiku, tempat di mana dia seharusnya berada!”
 
Tubuh Harry diturunkan ke atas rerumputan.
 
“Kalian lihat?” kata Voldemort, berjalan mondar-mandir di sekitar jasad Harry. “Harry Potter sudah mati! Kalian mengerti sekarang, kalian orang-orang yang tertipu? Dia tidak ada apa-apanya, dari dulu, cuma anak yang mengandalkan orang lain berkorban untuk dirinya!”
 
“Dia mengalahkanmu!” teriak Ron, dan mantera Voldemort tadi pecah dan para pembela Hogwarts kembali menjerit-jerit dan berteriak-teriak hingga letusan kedua, yang lebih nyaring melenyapkan suara mereka kembali.
 
“Dia terbunuh sewaktu mencoba menyelinap keluar dari halaman kastil,” kata Voldemort, “terbunuh sewaktu mencari selamat sendiri—“ ucapan Voldemort tiba-tiba terputus saat Neville melompat keluar dari kerumunan dan menyerang Voldemort, suara letusan muncul dari mantera mereka yang saling bertemu, kilatan cahaya, dan jerit kesakitan.
 
Neville terjatuh ke tanah, menggeram marah karena kutukan Voldemort mengenainya. Voldemort melucutinya dan membuang tongkatnya sambil tertawa. “Dan siapa ini?”, dia bertanya dengan suara desisan ular. “Siapa yang rela menunjukkan apa yang terjadi kepada mereka yang terus melawan padahal sudah kalah?”
 
Bellatrix melontarkan tawa gembira. “Itu Neville Longbottom, Tuanku! Anak yang begitu merepotkan Carrow! Anak sang Auror, Tuanku ingat?”
 
“Ah, ya, Aku ingat”, kata Voldemort sambil menatap Neville yang sedang berusaha berdiri kembali, tanpa senjata, tanpa perlindungan, berdiri di tanah tak bertuan di tengah-tengah para pejuang yang selamat dan para Pelahap Maut. “Tapi kau ini berdarah murni, bukan, Bocah berani?” Voldemort bertanya kepada Neville yang berdiri menghadapnya, tangan kosongnya mengepal.
 
“Memangnya kalau betul kenapa?” kata Neville dengan suara nyaring.
 
“Kau memperlihatkan semangat dan keberanian, dan kau berasal dari keturunan ningrat. Kau akan menjadi Pelahap Maut yang sangat berguna. Kami perlu orang semacam kau, Neville.”
 
“Aku akan bergabung jika neraka dingin membeku”, kata Neville. “Laskar Dumbledore!” teriaknya dan dibalas seruan dari kerumunanpara pejuang Hogwarts, agaknya Mantera Penenang Voldemort tidak cukup kuat menahan kami.
 
“Baiklah kalau begitu”, kata Voldemort, terdengar adanya lebih banyak bahaya dalam suara halusnya dibanding kutukan paling hebat. “Jika itu pilihanmu, Longbottom, kita kembali ke rencana semula. Berdiri tegak,” katanya pelan, Neville berdiri dengan aneh seakan tangan tak kasat mata menariknya ke atas. “jadilah seperti itu” Voldemort menggerakan tongkatnya.
 
Sesaat kemudian dari salah satu jendela kastil yang rusak, sesuatu yang mirip burung berbentuk aneh terbang dan mendarat di tangan Voldemort. Dia melambai-lambaikan benda itu dengan ujung jarinya dan benda itu terayun-ayun, kosong dan acak-acakan. Topi Seleksi (Sorting Hat).
 
“Tak akan ada lagi Topi Seleksi di sekolah Hogwarts,” kata Voldemort. “Tak akan ada lagi pembagian kelompok. Lencana, perisai dan warna-warna leluhurku, Salazar Slytherin cukup untuk semua orang. Bukankah begitu, Neville Longbottom?”
 
Dia mengarahkan tongkatnya kepada Neville, yang diam kaku, dan memaksakan topi itu ke kepala Neville, sampai turun melewati matanya. Ada gerakan-gerakan dari kerumunan yang menyaksikan di depan kastil, dan serentak para Pelahap Maut mengangkat tongkat mereka, kilatan-kilatan dari tongkat mereka mengenai para pejuang Hogwarts.
 
“Neville sekarang akan mendemonstrasikan apa yang akan terjadi kepada orang yang begitu bodoh terus menentangku,” kata Voldemort, dan dengan jentikan tongkatnya, membuat Topi Seleksi terbakar hangus.
 
Jeritan-jeritan membahana di subuh hari itu, dan Neville terbakar, terpaku di tempat, tak
dapat bergerak. Tangan tubuh di sampingku telah memelukku, memaksa kepalaku beralih ke arah lain agar tidak melihat apa yang terjadi selanjutnya dengan Neville.
 
Kemudian terdengar hingar-bingar dari perbatasan luar kompleks sekolah ketika apa yang terdengar seperti ratusan orang bergerombol melompati dinding menyerbu kastil sambil meneriakkan jerit perang. Aku berusaha melepaskan diriku, menyadari tubuh yang selama ini aku peluk adalah Draco Malfoy.
 
Pada saat yang sama, Grawp datang dari balik kastil dengan langkah beratnya dan berseru “HAGGER!” Teriakannya dibalas kegaduhan kedua raksasa milik Voldemort. Mereka berlari ke arah Grawp, langkah-langkah mereka menimbulkan getaran bagai gempa bumi. Lalu datanglah derap kaki-kaki berkuku dan bunyi busur yang ditarik, dan mendadak anak-anak panah menghujani para Pelahap Maut yang menjerit kaget lalu membubarkan barisan.
 
Neville mulai bergerak dengan satu gerakan tangkas juga lentur, membebaskan diri dari Kutuk Ikatan Tubuh, Topi Seleksi yang sedang menyala telah terjatuh lepas darinya dan dia menarik sesuatu dari dalamnya, keperakan, dengan gagang batu delima yang berkilau. Tebasan bilah keperakan itu tak terdengar, tenggelam oleh hingar bingar kerumunan yang sadang datang atau bunyi para raksasa yang sedang bertarung atau derap kaki para centaur, namun begitu semua mata seolah tertuju ke sana.
 
Dengan satu ayunan Neville menebas putus kepala si ular yang lalu terlontar tinggi ke udara, berkilat dalam pancaran cahaya dari dalam ruang masuk aula, dan mulut Voldemort terbuka meneriakkan jerit amarah yang tak terdengar oleh siapapun, lalu tubuh ular itu berdebam ke tanah, dekat kakinya .
 
Lalu, mengatasi semua jeritan dan hingar-bingar dan dentaman kaki para raksasa yang terus bertarung, teriakan Hagrid terdengar paling nyaring.
 
“HARRY!” teriak Hagrid, “HARRY –DIMANA HARRY?”
 
Kekacauan merajalela. Centaur-centaur yang menyerbu membuat para Pelahap Maut kocar-kacir, tiap orang berusaha lolos dari injakan kaki para raksasa, dan bunyi bala bantuan yang datang menyerbu entah dari mana makin mendekat, makhluk-makhluk bersayap membubung di sekeliling kepala raksasa-raksasa milik Voldemort, thestral dan Buckbeak sang Hippogriff mencakari mereka sementara Grawp meninju mereka bertubi-tubi.

Aku, pembela-pembela Hogwarts begitu juga para Pelahap Maut terdesak masuk ke dalam kastil. Tubuh-tubuh para Pelahap Maut yang tiba-tiba pingsan tanpa diketahui sebabnya terinjak-injak kerumunan yang mundur.

HIRAETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang