“Pedang itu seharusnya ada pada Harry saat ini, bukan di kantor Snape.” Keluh Ginny saat kami menyusuri hutan terlarang.
“tapi menerobos dan mencuri di kantor Kepala Sekolah bukan ide yang bagus.” Ungkap Hagrid yang memimpin kami di depan. “untung saja Snape tiddak mengasingkan kalian berempat di waktu yang sama.”
“aku yakin akan ada beberapa orang yang berusaha menyelamatkan kami.” Kataku besar kepala.
“para guru tahu tentang pemberontakan kalian, bagaimana pun akan bagus jika kalian tidak melewati batas.” ucap Hagrid. “beberapa guru tidak ingin adanya pemberontakan, aku sendiri beranggapan seperti itu, karena kita membutuhkan hal seperti itu. Bukti bahwa kita tidak akan pernah menyerah.”
“jadi, kemana sebenarnya kita?” tanya Neville sedikit takut.
“well, hanya sedikit berjalan-jalan, memastikan rombongan laba-laba tidak melewati batas, dan Centaurus tidak menyerang Grawp, atau mengambil beberapa helai ramut Unicorn yang tersangkut di semak.” Kata Hagrid sembari memungut beberapa helai ramput panjang berwarna putih di atas semak-semak.
“siapa itu Grawp?” tanya Luna, menyadari hal asing yang Hagrid sebutkan.
“Well, dia sepupuku.” Hagrid mengoper halaian rambut Unicorn pada Neville. “kau bisa memungut yang lain jika menemukannya.” kata Hagrid pada Neville yang masih menganalisa rambut Unicorn.
“bolehkah aku menyimpan beberapa helai, Hagrid?” tanyaku.
“Tentu saja, itu sangat berguna, luar biasa kuat untuk menggantung anak mammoth.” Hagrid menjelaskan.
“Harganya sepuluh Galleon per helai, Neville.” Kataku. Neville membulatkan matanya.
“Kau bercanda.”
“tentu saja tidak.” Aku mengambil beberapa helai rambut Unicorn yang tersangkut di batang pohon, bebatuan, ataupun semak-semak. “lebih dari cukup untuk menghidupimu selama pelarian.” Aku menggulung rambut Unicorn pada satu ranting dan menggulung yang lainnya agar tidak kusut. “kita tidak tahu kapan kita akan diusir dari kastil dan mengambil semua barang yang berguna akan cukup membantu.”
“kau brilian, Safera.” Gumam Neville dan memungut ranting kemudian menggulung rambut Unicorn seperti apa yang aku lakukan.
Luna membantu Neville memungut helaian lainnya selagi aku memasukan ranting gulungan rambut Unicorn ke dalam tas kulit moke yang selalu berada di balik jubahku.
“Tas yang bagus, Safera.” Kata Hagrid saat melihatku memasukan ranting. “di mana kau mendapatkannya? Itu terlihat cukup mahal dengan gambar centaur.”
“Yunani.” Kataku cepat. “Viktor memberikannya padaku.”
Neville membeku di tempatnya. “Krum pasti sangat kaya.” Gumamnya.
“dia pemain Quiddicth Internasional, Neville.” Jelas Luna.
“Ayo, teman-teman. Kita harus melanjutkan perjalanan, malam semakin larut.” Ajak Hagrid. “kita bisa memungut helaian lainnya dua malam lagi.”
Hagrid melanjutkan perjalanan. Aku dan Ginny mengikuti di belakang sementara Nevile dan Luna sesekali berhenti untuk mengambil helaian rambut unicorn yang mereka temukan.
“kau akan melakukan pelarian?” bisik Ginny padaku.
“aku tidak tahu.” Balasku. “dengan apa yang ayahku lakukan di Orde dan Kementerian, apa yang aku lakukan mungkin akan membahayakannya, aku harus siap kapanpun.”
Kami berjalan semakin dalam memasuki hutan. Suara gemrisik terkadang terdengar. Terdengar suara mendengkur di kejauhan atau burung hantu yang bertengger di salah satu dahan dalam kegelapan menandakan sebagian besar pernghuni hutang sedang terlelap di dalam mimpi mereka.
Hagrid tiba-tiba berhenti membuat Luna yang tengah menatap hutan bertabrakan dengan punggung Neville.
“kita sudah sampai.” Kata Hagrid pelan sambil merentangkan tangan kirinya, mengisyaratkan kami untuk berdiri sejajar dengannya. “kita tidak bisa berbicara terlalu keras, mungkin akan memancing binatang lain mendekat.”
Aku melihat sekeliling, hanya ada kegelapan dan suara pohon yang tertiup angin. Sayup-sayup suara dengkur yang memburu terdengar dan telapak berat yang bisa menghancurkan satu pondok sebesar milik Hagrid.
“Hagger…” suara dari kejauhan terdengar berisik namun cukup untuk terdengar semua orang. “Hagger…”
“Aku di sini.” Hagrid setengah berteriak. Aku dan Ginny saling melirik, meragukan pernyataan Hagrid sebelumnya untuk tidak berbicara terlalu keras.
Gempa bumi kecil terasa menggoyangkan tanah yang kami pijak. Semakin lama semakin berguncag diiringi dengan langkah kaki raksasa yang mendekat. Dari kejauhan, terlihat dahan-dahan pohon bergoyang dengan hebat, beberapa tumbang dan muncul pohon besar yang mendekati kami. Dahannya terlihat aneh, tapak tak berdaun.
“GRAWP!” seru Hagrid. Kehebohan di hutan terhenti seketika. Pohon besar yang sebelumnya aku kira adalah bentuk kepala. Kepala seseorang. Kepala raksasa. Grawp.
Grawp sedikit membungkuk untuk melihat Hagrid lebih jelas. Dua bola mata besar menatap kami satu per satu, mempelajari apakah kami cukup berbahaya atau tidak.
“Hagger!” kata Grawp di depan wajah Hagrid. Telapak tangan Grawp mendekati kami, salah satu jarinya menjulur mendekat dengan cepat ke arahku. “Safer!” katanya dengan jaridi depan mataku.
“He, hello, Grawp.” Kataku sambil mengulurkan kedua tangan alih-alih bersalaman, aku berusaha untuk menjauhkan jari Grawp dari wajahku.
Grawp menyambutnya dengan senang. Ia menggerakan jarinya ke atas dan ke bawah membuat aku hampir melayang beberapa senti dari tanah kalau Ginny dan Luna tidak menarik jubahku.
“Owh, sambutan yang hangat, Grawp.” Puji Hagrid mengulurkan tangannya untuk mengelus Grawp namun hanya dapat mencapai pegelangan tangan Grawp yang masih menjulur. “Well, teman-teman. Aku ingin kalian perkenalkan dengan sepupuku.” Kata Hagrid dengan bangga mendekati Grawp.
“Sepupu?” tanya Ginny.
“Kau yakin?” sahut Neville.
“yeah, tentu. Aku yakin.” Jawab Hagrid mengisyaratkan Grawp untuk duduk. Raksasa itu mengerti dan membanting bokongnya ke tanah diiringi dengan getaran luar biasa dari tanah yang kami pijak. “jika kalian tidak ingat—“ Hagrid mengangkat sedikit bahunya. “—aku setengah raksasa. Ibuku, well—yeah, seorang raksasa dan ayahku penyihir. Kemudian muncul aku.”
“Owh, sangat romantis.” Saut Luna yang sedari tadi bungkam berjalan mendekati Grawp. “lalu, bagaimana dengan dia?” Luna menyentuh pelan celana besar Grawp yang sepertinya tidak disadari raksasa itu.
“terima kasih, Luna.” Hagrid memiringkan kepalanya, tersenyum lembut pada Luna. “dia anak lain dari ibuku. Sepertinya ayahnya juga raksasa. Tapi jika dilihat dari ukurannya, di terbilang kecil.”
“kau bilang ini…” Neville menjulurkan kedua tangannya ke udara yang bahkan tidak dapat menggambarkan betapa besarnya Grawp. “…kecil.”
“raksasa normal mungkin lebih besar dari Grawp.”
“lebih besar?” seru Ginny dan Neville bersamaan.
“Hagrid,” Ginny melangkah pelan mendekati Hagrid. “kau tahu menyimpan raksasa akan berbahaya, bukan?” tanyanya.
“Tidak, maksudku, Grawp tidak berbahya.” Hagrid mengelus tubuh Grawp yang bisa digapainya. “dia sudah lebih jinak dari sebelumnya, bisa diajak komunikasi, dia bahkan berdandan untuk mentemu kalian. Lihat!” Hagrid menunjuk dasi sebesar karpet yang terikat di sekitar leher Grawp. “kami sudah diskusikan ini sebelumnya.”
“kami?” tanyaku.
“Yeah, aku dan Grawp.” Hagrid kembali mengelus Grawp. “aku berusaha untuk mengurusnya, selalu berada di sisinya. Kemudian aku cerita tentang semua hal. Grawp setuju untuk membantu.”
“membantu?” tanyaku lagi. “apa mak—“
“Grawp akan ikut berperang.” Potong Hagrid. “jika itu terjadi, Grawp setuju untuk membantu di pihak kita.”
“Tapi, itu…”
“aku tahu. Itu akan berbahaya untuk Grawp. Tetapi mereka, para Pelahap Maut, sudah memiliki sekelompok raksasa untuk menyerang. Aku tahu itu kalah jumlah, tepi tidak ada salahnya kita ikut bertarung. Maksudku, Grawp dan aku. Kami setidaknya memiliki darah raksasa juga.”Tidak ada yang berbicara setelah itu. Hening mencengkam sebelum akhirnya kami memutuskan untuk kembali ke kastil.
![](https://img.wattpad.com/cover/271147819-288-k352152.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH
FanficAncaman. Itulah yang dapat mendeskripsikan tahun ini. Siapa yang akan mengira Kau-Tahu-Siapa akhirnya kembali berkuasa setelah tujuh belas tahun menghilang? Tidak, dia bahkan tidak menghilang. Dia hanya bersembunyi selama tujuh belas tahun terakhir...