10. PERNIKAHAN

537 105 4
                                    

Pukul tiga keesokan sorenya, Harry, Ron, Fred, dan George berdiri di luar tenda putih besar yang dipasang di kebun, menunggu kedatangan para tamu undangan. Harry telah meminum segelas dosis besar Ramuan Polijus dan menyaru menjadi seorang bocah berambut merah di desa Ottery St Catchpole, yang beberapa helai rambutnya telah diambil Fred dengan Mantera Panggil. Rencananya adalah memperkenalkan Harry sebagai ‘sepupu Barny’.
 
Keempatnya memegang daftar tempat duduk agar bisa membantu para tamu undangan menemukan tempat duduk mereka. Pembawa acara, pelayan berjubah putih, dan anggota band berjaket emas, sudah datang satu jam sebelumnya. Mereka semua sekarang sedang duduk di bawah pohon tak jauh dari tenda.
 
Di bawah tenda, kursi emas telah ditata di samping karpet ungu yang di kedua sisinya dihiasi oleh bunga putih dan emas. Fred dan George telah memasang seikat besar balon-balon emas di tempat di mana Bill dan Fleur akan disumpah menjadi pasangan suami istri. Di luar, kupu-kupu dan lebah terbang perlahan di atas rumput dan pagar tanaman.
 
Aku mengintip dari jendela kamar Ginny. Sosok-sosok berjubah terang muncul satu persatu, entah dari mana, tidak jauh dari pekarangan. Dalam beberapa menit mereka semua berjalan menuju tenda. Bunga-bunga eksotis dan burung-burungan menghiasi topi para penyihir wanita, sedangkan permata-permata berkilauan dari rompi para penyihir pria. Dengungan senang dari obrolan mereka semakin keras saat mereka mendekati tenda. Aku mendengus melihat Fred dan George berebut untuk menyambut saudari Veela Fleur dan akhirnya Fred terlihat puas karena berhasil mendahului George. Dia mungkin terkena pesona para Veela.
 
“mereka datang…” kataku.
 
“cepatlah, kita harus menyelesaikan kue ulang tahun Harry.” Gumam Ginny. Hermione dan Ginny ingin membuat pesta kejutan kedua untuk Harry karena ulang tahun Harry semalam rusak oleh kehadiran Scrimgeor. Mereka bahkan menyiapkan kue ulang tahun sejak pagi buta.
 
“Kau sebaiknya bersiap, Ginny. Aku akan menyelesaikan sisanya.” Kataku membantu Hermione mengenakan gaunnya dan tak lama kemudian ia keluar untuk mengenakan gaun yang sama dengan adik Fleur.
 
Aku dan Hermione memindahkan kue ulang tahun Harry ke atas meja, satu-satunya tempat yang layak karena entah sejak kapan kamar Ginny menjadi berantakan.
 
“Kau keluar lebih dulu, aku ingin merapihkan rambutku sedikit lagi.” Kata Hermione.
 
“kau sudah sangat cantik.”
 
“hanya sebentar.”
 
Aku menghela napas dan berjalan keluar kamar berpapasan dengan seorang wanita tua dengan hidung seperti paruh, lingkaran merah di matanya, dan topi merah muda berbulu, membuatnya seperti burung flamingo yang sedang marah.
 
“Kau!” katanya terdengar marah. Aku membeku. “Kau pasti anak dari si Colate itu.” katanya, sementara aku mengangguk kaku membalasnya. “apa yang terjadi dengan wajahmu?”
 
“wajahku?” tanyaku menyentuh pipiku dengan ragu, aku rasa semuanya baik saat aku keluar tadi.
 
“Wajahmu terlalu bulat dan gaunmu terlalu rendah.” Omelnya lagi sambil melambaikan ujung gaunku yang sepanjang lutut. “Anak muda sekarang sangat tidak tahu sopan santun…” katanya berjalan menjauhiku. “bagaimana dia bisa mengenakan itu di acara formal?”
 
Aku mengerutkan keningku. Tidak mengerti dengan wanita itu. Aku mendekati tenda, ternyata Hagrid telah membuat keributan. Ia salah mengartikan petunjuk Fred. Seharusnya Hagrid duduk di kursi yang telah diperbesar dan diperkuat untuknya di barisan belakang, bukannya malah duduk di lima kursi yang sekarang sudah hancur dan menyerupai setumpuk korek emas. Mr Weasley membenahi kerusakan Hagrid dan Hagrid tak berhenti meminta maaf.
 
Tak jauh dari sana, aku melihat Luna bersama ayahnya, penyihir paling aneh dengan rambut pirang  panjang sebahu yang memakai topi rumbai menyentuh hidungnya dan jubah kuning telur yang menyakitkan mata. Seperti ayahnya, Luna memakai jubah berwarna kuning terang dan menghiasi rambutnya dengan bunga matahari besar.
 
Aku bergabung dengan Harry dan tak lama kemudian Ron muncul dengan wanita flamingo pemarah yang aku temui sebelumnya tengah mengamit tangan Ron.
 
”… dan rambutmu terlalu panjang Ronald, tadi kukira kau Ginevra. Demi jenggot Merlin, apa yang Xenophilius pakai? Dia jadi seperti telur dadar. Dan siapa kau?” bentaknya pada Harry.
 
“Oh iya, Bibi Muriel, ini sepupu kami, Barny.”
 
“Weasley yang lain? Kalian berkembang seperti jembalang. Bukankah Harry Potter ada di sini? Aku berharap bisa bertemu dengannya. Kukira dia temanmu, Ronald, atau kau hanya membual?’
 
”Tidak –dia tidak bisa datang.”
 
”Ehm. Hanya alasan, kan? Sepertinya dia tidak seberani seperti yang ditulis di koran. Aku yang menganjurkan agar sebaiknya sang pengantin memakai tiaraku,” jelasnya pada Harry. “Buatan goblin, kau tahu, dan sudah ada pada keluargaku selama berabad-abad. Gadis itu cantik, tapi tetap saja –orang Perancis. Antarkan aku ke tempat duduk yang bagus, Ronald, aku sudah seratus tujuh dan tidak boleh terlalu lama berdiri.”
 
Tenda sudah hampir penuh. Ron muncul kembali setelah beberapa saat menghilang.
 
”Muriel itu mimpi buruk,” kata Ron sambil mengusap dahinya dengan lengan jubah. ”Untung saja dia hanya datang saat Natal. Dia marah sekali saat Fred dan George menaruh Bom Kotoran di bawah kursinya saat makan malam. Dad selalu berkata bahwa mereka tidak akan menerima warisan dari Bibi Muriel –seperti mereka peduli saja. Mereka kan sudah kaya, dengan apa yang mereka kerjakan… wow!” Ron berkedip beberapa kali ke arah Hermione
yang mendatangi mereka. “Kau tampak hebat!”
 
“Selalu dengan nada terkejut,” kata Hermione tersenyum. Hermione memakai jubah ringan berwarna lembayung yang sesuai dengan sepatunya. Rambutnya halus dan berkilau. “Bibi Muriel tidak sependapat denganmu. Aku bertemu dengannya di tangga saat ia akan memberikan tiaranya pada Fleur. Dia bilang ‘Oh, jadi ini si gadis kelahiran Muggle itu?’ lalu ‘Postur tubuhmu jelek dan kakimu terlalu kurus’.”
 
“dia mengatakan wajahku terlalu bulat dan gaunku terlalu pendek.” Kataku sambil membuka jubah dan menunjukan bahwa ujung gaunku tidak setinggi yang dia pikirkan.
 
“Jangan diambil hati, dia memang kasar pada setiap orang,” kata Ron.
 
”Membicarakan Muriel?” tanya George yang baru muncul dari dalam tenda bersama Fred. ”Dia bilang telingaku besar sebelah. Seandainya paman Bilius masih ada, walau ia akan menjadi bahan tertawaan.”
 
”Bukankah dia yang melihat Grim dan meninggal dua puluh empat jam kemudian?” tanya Hermione.
 
”Ya, dia meninggal dengan sedikit aneh,” aku George.
 
”Tapi sebelum dia gila, dia selalu menjadi biang pesta,” kata Fred. ”Biasanya dia akan menghabiskan sebotol Firewhisky dan langsung ke lantai dansa, mengangkat jubahnya, dan mengeluarkan bunga dari…”
 
”Sepertinya orang yang menyenangkan,” kata Hermione, sementara Harry tertawa keras.
 
”Aku tidak akan menikah, untuk beberapa alasan,” kata Ron.
 
”Kau membuatku takjub Ron,” kata Hermione.
 
Semuanya tertawa hingga tidak memperhatikan seseorang yang datang terlambat, seorang pria muda berambut gelap, berhidung bengkok, dan beralis hitam tebal, sampai ia menyodorkan undangan ke Ron kemudian memandangi Hermione dan aku berkata, ”Kalian kelihatan luar biasa!”
 
”Viktor!” jerit aku dan Hermione terkejut. Hermione sampai menjatuhkan tas manik-maniknya, yang bersuara terlalu keras, tidak sesuai dengan ukurannya. Ia beringsut mengambilnya dan berkata, ”Aku tidak tahu kau akan –ya ampun –senang bisa bertemu –apa kabar?”
 
Viktor melingkarkan tangannya di pinggangku dan aku memeluknya sekilas, mengingat sudah sangat lama sejak terakhir aku bertemu dengannya. “aku baik. Tentu saja.” Balas Viktor. “jadi, kalian sudah dewasa sekarang.” Katanya lagi membuatku tertawa.
 
Raut wajah Fred berubah. Kuping Ron memerah. Setelah melihat undangan tapi tidak percaya, Ron bertanya dengan nada yang terlalu tinggi, ”Bagaimana kau bisa kemari?”
 
“Fleur mengundangku,” kata Viktor sambil mengangkat alisnya.
 
Kedatangan Krum menyebabkan sebuah keributan, terutama di antara sepupu Veela karena Viktor memang seorang pemain Quiddicth terkenal. Orang-orang menjulurkan leher mereka agar bisa melihat Viktor.
 
“Saatnya duduk,” kata Fred dengan tangannya melingkar di pinggangku, tidak terima Viktor telah melakukannya lebih dulu sebelumnya. “atau kita akan diinjak oleh pengantin.”
 
Aku, Fred, dan George duduk di barisan pertama sementara Harry, Ron, dan Hermione duduk di belakang kami. Ayah duduk di sisiku yang lain, tentu saja, kami tidak mungkin berpisah di saat seperti ini.
 
Rasa tidak sabar sudah memenuhi tenda yang hangat, dengung obrolan berkurang saat terdengar tawa sopan yang terdengar gembira. Mr dan Mrs Weasley berjalan di atas karpet, tersenyum dan melambaikan tangan pada keluarga. Mrs Weasley memakai jubah baru berwarna nila yang sesuai dengan topinya.
 
Sesaat kemudian Bill dan Charlie berdiri di depan. Keduanya memakai jubah pesta dengan mawar putih besar di setiap lubang kancingnya. Fred bersiul dan membuat sepupu Veela terkikik sehingga aku memukul pahanya dengan keras berusaha membuatnya berhenti menarik perhatian para saudara Veela. Semua orang terdiam saat musik dimainkan, yang sepertinya berasal dari balon-balon emas.
 
Banyak orang yang mendesah terkesan saat Monsieur Delacour dan Fleur berjalan masuk di atas karpet. Fleur memakai gaun putih yang sangat sederhana dan berkilau keperakan. Biasanya sinar auranya akan membuat orang lain tampak redup, tapi hari ini semua orang menerima sebagian kecantikannya. Ginny dan Gabrielle, keduanya memakai gaun emas, terlihat lebih cantik dari biasanya. Dan saat Fleur sampai di depan, Bill tampak seperti tidak pernah bertemu dengan Fenrir Greyback.
 
”Tuan dan nyonya,” Orang dengan rambut yang menipis, orang yang sama yang memimpin upacara pemakaman Dumbledore, orang yang kini berdiri di depan Bill dan Fleur. ”Kita  berkumpul pada hari ini untuk merayakan penyatuan dua jiwa…”
 
“Ya, tiaraku membuat semua tampak bagus,” kata Bibi Muriel dalam bisikan. “Tapi kurasa gaun Ginevra terlalu pendek.”
 
“Apakah kau, William Arthur, menerima Fleur Isabelle…“
 
Di barisan depan, Mrs Weasley dan Madame Delacour terisak dalam sapu tangan berenda mereka. Suara seperti terompet terdengar dari arah belakang, yang menandakan bahwa Hagrid sudah mengeluarkan sapu tangan berukuran taplak miliknya.
 
“… dan aku nyatakan kalian sebagai suami istri.”
 
Pria berambut tipis itu mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi melampaui kepala Bill dan Fleur dan hujan bintang perak turun melingkari dua orang yang baru saja disumpah. Saat Fred dan George mulai bertepuk tangan, balon-balon emas meletus dan berubah menjadi burung-burung dan lonceng-lonceng emas kecil.
 
”Tuan dan nyonya!” kata pria berambut tipis itu. ”Tolong Anda sekalian berdiri!”
 
Semua orang berdiri, Bibi Muriel menggerutu keras. Pria itu mengayunkan tongkatnya. Kursi-kursi yang tadi diduduki melayang anggun keluar saat dinding kanvas tenda menghilang, meninggalakan kanopi yang disangga oleh tiang-tiang emas, memperlihatkan pemandangan daerah perkebunan yang indah di bawah sinar matahari sore. Lalu, emas cair mengalir dari tengah tenda membentu lantai dansa yang berkilau. Kursi-kursi yang melayang tadi kembali dengan meja bertaplak putih, membentuk grup-grup kecil. Semuanya melayang anggun dan menyentuh tanah perlahan. Anggota band berjaket emas berjalan menuju podium.
 
Para pelayan muncul sambil membawa nampan perak berisi jus labu, Butterbeer, dan Firewhisky, sementara nampan lain berisi kue tart dan sandwich.

HIRAETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang