64. RUMAH MURIEL

262 55 1
                                    

Kami muncul di padang ilalang detik berikutnya. Rumah megah dua lantai dengan gaya Victoria menyambut kami. Tidak ada garis pasti yang membatasi halaman rumput dengan ilalang, rumput yang disihir hijau dan pendek sejauh sepuluh meter dari dinding rumah terlihat jomplang dengan ilalalang panjang yag mencuat paksa ke sana-sini. Rumah dengan bentuk asimetris dan batu-bata berwarna-warni untuk menunjukan dekorasi mewah.
 
Fred mengajakku untuk masuk, kami melewati pintu merah mata tanpa mengetuk pegangan angsa berwarna emas. Terjadi keheningan selama lima detik sebelum akhirnya Mr Weasley muncul dari balik sofa dan menyambut kami.
 
“Kalian sudah kembali,” kata Mr Weasley, ia memeluk kedua anak kembarnya lebih dulu kemudian menepuk ringan pundak Lee. “Sayang, mereka kembali!” panggil Mr Weasley pada isterinya entah di mana kemudian ia berjalan mendekat untuk memelukku singkat. “Senang kau berada di sini.” Katanya kemudian mendorongku untuk masuk lebih jauh ke dalam rumah.
 
Mrs Weasley muncul dari dapur yang penuh dengan perabotan kayu pinus, celemek dengan pola bunga padat melingkar di tubuhnya, tangannya merentang menyambut dua anak kembarnya. Ketakutan menjalar pelan di tubuhku ketika mata Mrs Weasley terbuka lebar melihatku. Aku mundur satu langkah, takut Mrs Weasley akan mengutukku setelah apa yang aku lakukan pada keluarganya. Namun akhirnya ia berjalan lebih cepat dari saat ia mendekati si kembar, hampir seperti berlari saat ia meraihku dan menenggelamkanku di dalam pelukannya.
 
“Oh, aku senang kau berda di sini, sayang.” Kata Mrs Weasley lembut sambil merangkum wajahku.
 
Aku tidak bisa menjawab apapun, semua kalimat menggantung dan tertahan di lidah. Air menetes membasahi pipiku. Awalnya aku mengira ada kebocoran di dalam rumah besar ini, sampai aku mengadah untuk melihat langit-langit dan ternyata air itu berasal dari mataku. Bibirku mengerut berusaha menahan air mata agar tidak  jatuh lebih deras.
 
Mrs Weasley mengelap air mataku dengan ibu jarinya. Wajahnya jelas juga menahan tangis. Kemudian ia berbisik pelan, “aku pikir kami akan kehilanganmu.”
 
Tidak dapat membendung semua rasa haru dan bahagia, aku kembali memeluk Mrs Weasley. Ada sebuah kehangatan lain di sana, rasa nyaman yang tidak pernah aku dapatkan sebelumnya selama hidupku. Aku hampir sesenggukan, satu kalimat yang sama terus berulang aku ucapkan. “Thank you… Thank you…
 
Kehangtan lain merangkum kami. Lengan Fred melingkar meraup aku dan ibunya ke dalam pelukannya, mencium puncak kepala kami satu per satu.
 
“Safera!” teriak Ginny, muncul dari tangga kayu menggandeng bibi Muriel tua menuruni anak tangga satu per satu. “Safe!” Ginny berlari ke arahku dan ibunya saat Fred melepaskan pelukan kami.
 
George berlari menggantikan Ginny untuk membantu bibi Muriel menuruni sisa anak tangga, membuat perempun tua yang rentan itu mengomel. “Lihat! Ada lagi yan datang! Kalian pikir rumahku sebuah penginapan! Blimey!”
 
Ginny memelukku setelah Fred membebaskan aku dan Mrs Weasley. “Aku hampir tidak pernah melihat pesanmu di koin.” Kata Ginny.
 
“aku hampir tidak pernah menyentuhnya.”
 
“Apa kita tidak bisa makan malam?” teriak bibi Muriel berhasil mencapai anak tangga terakhir. “dan siapa kau?” tanyanya saat sudah sampai di depanku.
 
“Safera, Safera Colate.” Jawabku.
 
“Blimey! Setelah kita menampung Kingsley! Kita juga menampung Colate!”
 
Mrs Weasley tidak menggubris bibi Muriel, ia menggiringku dan si kembar menuju meja makan yang tersambung dengan dapur. Jendela besar di ruang makan menunjukan langit yang menggelap, matahari sudah sepenuhnya tenggalam tanpa kami sadari.
 
Mr Weasley datang bersama Mr Ollivander yang tampak lebih baik dari sebelumnya dan duduk di kursi sebelahku.
 
“Katakan padaku, Safera.” Kata Mr Ollivander bersemangat. “Apa Luna menyukai hadiah dariku?”
 
“Yeah, tentu saja.” Jawabku cepat. “dia langsung mencobanya di taman.”
 
“Senang mendengarnya,” sahut Mr Ollivander menyambut piring yang telah diisi oleh menu makan malam dari Mrs Weasley. “aku sangat senang bertemu kalian, kalian membantuku keluar dari tempat menyeramkan itu.”
 
Mrs Weasley tersenyum haru, mengisi piringku dengan daging panggang. “kami senang memilikimu, Ollivander.”
 
“Berbicara tentang tongkat, Mr Ollivander.” George menyerobot pembicaraan kami. “bisakah kau mengajari kami cara membuat tongkat? Seseorang kehilangan tongkatnya, kami pikir aku dan Fred bisa membuatya karena sulit untuk membeli tongkat baru saat ini.”
 
Mr Ollivander terkekeh sedikt. “tentu, tentu. Suatu kehormatan mengajari kalian, namun kalian harus ingat, membuat tongkat sihir bukan hal yang mudah, membutuhkan ilmu dan ketekunan tersendiri untuk membuat tongkat yang dapat digunakan penyihir.”
 
“Yeah, dan tidak sama dengan jenis tongkat yang mengeluarkan bunga seperti yang selama ini kalian buat.” Kataku.
 
Ginny tertawa mendengarnya. Fred yang duduk tepat di sebelahku, menyentuh puncak kepalaku dan mendekatkan ke kepalanya hingga kepala kami saling bersentuhan. Mrs Weasley yang melihat tingkah anaknya hanya menggelengkan kepala.
 
“Mum, apa Safera akan tidur di kamarku?” tanya Ginny.
 
“Aku pikir Safera akan tidur di kamar Kingsley,” sela Fred. “dia akan pergi untuk beberapa hari.”
 
“Ya, agar Fred  bisa menyelinap ke dalam kamarnya saat semua orang tertidur,” tambah George.
 
Mrs Weasley melotot dan melihat suaminya untuk menemukan penjelasan. Aku yakin wajahku sudah memerah saat ini. Mr Weasley yang menyadari dibutuhkan pendapatnya meletakkan gelasnya. “Safera akan tidur bersama Ginny.”
 
Ginny bersorak gembira sementara Fred hampir mengumpat namun ditahannya.
 
“Kingsley bisa saja datang pada tengah malam. Kita tidak pernah tahu.”
 
“Apa Kingsley bersama ayahku?” tanyaku penuh harap.
 
“Tidak.” Jawab Mrs Weasley cepat. “Maaf mengecewakanmu, sayang. Tapi Kingsley datang sendiri. Ayahmu…”
 
“Ayahmu memiliki tugas di luar Inggris” potong Mr Weasley.
 
“Aku dengar dia bersama Charlie sekarang.” Sahur Fred tangannya masih setia di atas kepalaku. “Jangan khawatirkan ayahmu, aku yakin dia aman.” Kemudian Fred mencium pipiku tanpa peringatan.
 
“Sudah cukup kalian berdua!” bibi Muriel berteriak mengejutkan semua orang di meja makan. Dia berdiri.
 
“Kau selesai dengan makan malamnya?” tanya Mrs Weasley khawatir.
 
“aku selesai dengan kalian semua!” bibi Muriel beranjak pergi. “setelah aku memberikan kalian kamar dan makanaan, kalian terus menampung orang yang kalian temui.”
 
Mrs Weasley memberi isyarat pada Fred untuk membantu bibi Muriel menaiki tangga walaupun enggan, bibi Murel tetap memegang tangan Fred.
 
“Jangan khawatirkan dia, sayang.” Kata Mrs Weasley padaku saat Fred dan bibi Muriel menghilang ke lantai dua. “Muriel orang yang baik, hanya saja sedikit ketus.”
 
“aku akan menunjukkan kamarku pada Safera.” Kata Ginny semangat.
 
Aku mengangguk setuju dan mengikutinya menaiki tangga dimana Fred dan bibi Muriel menghilang sebelumnya.
 
“Kau akan menyukainya.” Kata Ginny bersemangat saat kami sampai di depan pintu di ujung lorong. “aku tahu bibi Muriel menjengkelkan…” Ginny mendekatkan tubuhnya padaku. “…tapi dia memberikan kami kamar yang sangat layak.” Bisikknya. Ia membuka pintu putih di belakangnya dan masuk.
 
Aku mengikuti langkahnya. Kamar cantik dengan dinding jingga dan pola stensil menyambutku. Ada jendela di dua sisi karena kamar kami berada di sudut rumah.
 
“bagus bukan?” Ginny bersemangat, duduk di pinggir kasur yang lebih dari cukup untuk ditiduri dua orang. “aku ingin menempelkan poster Canon, tapi Mum menyuruhku tidak merusak dindingnya.”
 
Aku duduk di sebelah Ginny merasakan kasur empuk di bokong kami.

“aku tahu ini tidak sebagus kamarmu,” kata Ginny dengan nada kecewa dibuat-buat. Sebelum aku megucapkan apapun, Ginny sudah mendekati wajahku dan berkata, “Jadi, Malfoy benar-benar menyuruhmu kabur saat di kereta?” tanyanya dengan wajah ingin tahu dan senyum jahil.

HIRAETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang