51. OBSESI

272 58 0
                                    

Kami membereskan tenda pagi berikutnya dan berpindah menerobos derasnya hujan. Hujan lebat mengejar kami sampai ke pantai, di mana kami mendirikan tenda malam itu, dan menetap hingga seminggu penuh. Pemandangan membosankan menyambut kami tiap harinya, meskipun begitu, aku cukup puas setiap kali Ron terkesima oleh boga bahari yang tersedia di meja makan.
 
Sementara aku dan Ron menunjukan kedekatan persaudaraan yang khas, Harry terus saja merenung dan memikirkan Hallows. Layaknya api yang telah dinyalakan dalam dirinya dan tak satupun tidak ketakpercayaan Hermione yang teguh maupun keraguan Ron yang gigih, dapat memadamkannya. Walaupun aku tidak menyatakan kepada Ron dan Hermione, mereka mulai menyadari, nafsu untuk memiliki Hallows telah menyala di dalam diri Harry, membuatnya menjadi kurang menyenangkan.
 
Harry seakan menyalahkan Ron dan Hermione akan sikap mereka yang melalaikan Harry. Keyakinan Harry dan keinginannya akan Hallows telah sangat menguras dirinya sehingga ia terisolasi dari dua temannya dan obsesi mereka akan Horcrux.
 
“Terobsesi?” tanya Hermione dengan suara yang rendah dan marah, saat Harry dengan cukup ceroboh menggunakan kata itu suatu petang, setelah Hermione mengingatkannya akan kekurang-tertarikannya lagi untuk mencari Horcrux selanjutnya, “Kami tidak terobsesi, Harry! Kami adalah orang yang ingin mencoba melakukan apa yang Dumbledore ingin kita lakukan!”
 
Tetapi Harry tidak merespon kritik tersembunyi itu. “Musuh terakhir yang harus dikalahkan adalah Kematian,” Harry mengutip dengan tenang.
 
“Kukira Kau-Tahu-Siapa yang seharusnya kita lawan,” jawab Hermione, dan Harry menyerah atasnya.
 
Misteri Patronus kijang betina, yang sedang sengit didiskusikan oleh kami, terlihat kurang  penting bagi Harry saat ini, menjadi kurang menarik. Hal lain yang bermasalah baginya adalah lukanya yang mulai menusuk-nusuk lagi, walaupun dia telah berusaha menyembunyikan kenyataan ini dari kedua temannya. Namun hal itu adalah yang paling tidak bisa Harry sembunyikan dariku. Beberapa kali aku mencoba membantunya namun ia tolak mentah-mentah, begitu juga penolakan lainnya mengenai penguasaan diri di saat genting. Tidak ada topik pembicaraan menarik bagi Harry selain Hallows, pembicaraan yang selalu kami hindari.
 
Bersamaan dengan berlalunya hari, aku mulai menyadari bahwa Ron tampaknya mulai mencoba mengambil tanggung jawab menggantikan Harry yang selalu asyik sendiri. Mungkin kerena dia bertekad mendamaikan persahabatan dengan Harry yang mulai goyah sejak rahasia Hallows terungkap, mugkin juga karena antusiasme dan kualitas kepemimpinan Harry yang telah menurun, dan saat ini Ron-lah yang sering menyemangati dan memotovasi kami untuk beraksi.
 
”Tinggal tiga Horcrux,” dia selalu mengatakannya, “kita perlu rancana sebelum bertindak, ayolah! Di manakah tempat yang belum kita  cari? Ayo kita menelusurinya lagi. Panti asuhan...”
 
Diagon Alley, Hogwarts, Rumah Riddle, Borgin dan Burkes, Albania, setiap tempat yang kami tahu Tom Riddle pernah tinggal atau bekerja, berkunjung atau membunuh, Ron dan Hermione berkumpul lagi, Harry bergabung hanya agar Hermione berhenti membuatnya kesal walaupun aku beberapa kali memergoki Harry mencoba membaca pikran Kau-Tahu-Siapa untuk mengetahui lebih banyak tentang tongkat Elder, tapi Ron memaksa untuk mengunjungi lokasi-lokasi yang tidak mungin, hanya agar kami tetap berjalan.
 
“Kau takkan pernah tahu,” ucap Ron tertahan, “di bagian atas Flagley terdapat sebuah desa penyihir, dia mungkin pernah menginginkan untuk tinggal disana. Ayo kita kesana dan berkeliling.”
 
Seringnya mendatangi wilayah-wilayah sihir membuat kami dilirik sesekali oleh Perampas. Hermione yang tidak pernah melihat mereka berjengit memeluk lengan Ron.
 
“Beberapa diantara mereka sepertinya seburuk Pelahap Maut,” ucap Ron, “kebanyakan yang menangkapku sedikit menyedihkan, tapi Bill meyakinkanku beberapa diantara mereka benar-benar berbahaya. Mereka mengatakannya di Potterwatch...”
 
“Di apa?” tanya Harry.
 
“Potterwatch, bukankah sudah kubilang kalau itu namanya? Program yang selalu aku cari di radio, yang memberikan informasi yang benar tentang apa yang terjadi! Hampir semua program mendukung Kau-Tahu-Siapa, semua kecuali Potterwatch, Safera pernah berbicara di Potterwatch sekali. Aku benar-benar ingin mendengarnya, tapi agak sulit untuk melacaknya…”
 
Harry dan Hermione melihatku untuk menjelaskan, namun aku hanya mengangguk guna menjawab semua ucapan Ron adalah benar.
 
Aku dan Ron menghabiskan sore demi sore menggunakan tongkat kami untuk   menghentikan melodi yang keluar dari atas radio saat tombolnya diputar untuk mencari siaran Potterwatch. Kadang-kadang kami menangkap siaran yang menerangkan saran bagaimana memperlakukan ramuan Naga, dan sesekali beberapa baris ‘Sekuali Penuh Cinta Panas dan Pekat’ saat kami  mencari, Ron terus mencoba menemukan kata sandi yang benar, membisikan kata-kata secara acak dalam nafasnya  sementara aku menyerah lebih dulu setelah satu setengah jam pencarian.

“Mereka biasanya ada hubungannya dengan Orde,” dia memberitahu mereka. “Bill dapat dengan tepat menebak mereka. Aku yakin akan menemukannya pada akhirnya...”
 
Tapi tak sampai Maret akhirnya keberuntungan menghampiri Ron. Saat itu Harry sedang duduk di pintu masuk tenda, dalam tugasnya berjaga, memandang dengan malas seonggok buah yang mirip anggur yang hampir mendekati dinginnya tanah, dan Ron pun berteriak dengan kegirangan dari dalam tenda.
 
“Aku menemukannya, Kata sandinya ‘Albus’! Masuklah Harry!”

HIRAETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang