Aku jatuh, terengah-engah dirumput dan merangkak keluar dari jubbah gaib sekaligus. Tampaknya kami mendarat di sudut sebuah lapangan saat senja hari. Hermione sedang berlari membuat sebuah lingkaran di sekitar kami dengan melambaikan tongkat sihirnya.
“Protego totalum…Salvio hexia...”
“Dasar pengkhianat tua pengadu,” Ron terengah-engah keluar dari jubah gaib dan melemparnya ke Harry. “Hermione kau memang jenius, sangat jenius, aku tak percaya kita dapat keluar dari semua itu.”
“Cave inimicum… aku sudah bilang itu adalah tanduk Erumpent, bukankah telah kuperingatkan dia? Dan sekarang rumahnya hancur berantakan.”
“Dia pantas mendapatkannya,” ucap Ron, memeriksa sobekan di jeansnya dan luka di kakinya, “apa yang kau pikir akan mereka lakukan padanya?”
“Oh kuharap mereka tak membunuhnya,” erang Hermione, “karena itulah aku ingin para Pelahap Maut dapat melihat Harry sekilas sebelum kita pergi, jadi mereka tahu Xenophilius tidak berbohong.”
“Tetapi kenapa kau menyembunyikan aku dan Safera?” tanya Ron.
“Kau seharusnya berada di ranjang karena spattergroit, Ron, Apa yang akan terjadi pada keluargamu kalau mereka tahu kau bersama kami?" Hermione menghela napas, "dan keberadaan Safera akan membuat kelompok pencari Harry bertambah banyak. Nama keluarga Colate sangat menarik perhatian para Pelahap Maut! Mereka menculik Luna karena ayahnya mendukung Harry!”
“Tapi bagaimana dengan Ayah dan Ibu-mu?”
“Mereka di Australia,” jawab Hermione,“mereka seharusnya baik-baik saja. Mereka tak mengetahui apapun.”
“Kau memang jenius,” ulang Ron terpesona.
“Yeah, kau memang jenius Hermione,” Harry mengiyakan dengan bersemangat. “Aku tak tahu apa yang kan kita lakukan tanpamu.”
Hermione berseri-seri tapi langsung serius lagi. “Bagaimana dengan Luna?”
“Ya, bila mereka mengatakan yang sebenarnya dan dia masih hidup...” Ron memulai.
“aku melihat Luna ditangkap di Hogwarts Express. Mereka hampir menangkapku namun aku berhasil kabur.” Aku akhirnya ikut membuka suara.
“Jangan katakan itu, jangan katakan!” Hermione berseru,
”dia pasti masih hidup, itu pasti.”
“Kalau begitu dia pasti di azkaban, kuharap,” ucap Ron, “mungkinkah dia bertahan hidup disana... banyak orang tidak bertahan.”
“Dia akan bertahan,” sergah Harry, “dia tangguh, Luna jauh lebih tangguh dari yang kau kira, dia mungkin mengajari para penghuninya tentang Wrackspurt dan Nargle.”
“Kuharap kau benar,” ucap Hermione, dia menyeka matanya, “aku sangat menyesal tentang Xenophilius bila...”
“...bila dia tidak mencoba menjual kita pada para Pelahap Maut, yeah,” potong Ron.
“aku pikir aku harus meluruskan ini teman-teman.” Aku membuka suara. “aku tahu, aku tidak seharusnya berada di kelompok kalian…”
“tidak—“
“well, aku di sini.” Aku memotong kalimat Harry. “jadi, aku harap kalian bisa mendengarkanku. Aku tidak akan ambil andil terlalu banyak dalam tugas kalian, tapi aku mohon, saat aku sadar kita dalam bahaya, kalian harus mendengarkanku.”
Tidak ada satupun berbicara.
“aku tahu, aku terdengar besar kepala, tapi aku seorang… seorang…”
“Legilimen.” Saut Hermione. “bagaimana aku bisa melupakan itu?” Hermione memegang kedua tanganku. “Oh, maafkan aku, Safera. Seharusnya aku sadar kau terlihat tidak nyaman di sana.”
“Mengapa kau tidak mengatakannya sejak awal?” tanya Ron.
“aku sudah, aku sudah mengatakannya. Tapi kalian terlalu sibuk Hallows mana yang berguna.”
Ron menelan kembali umpatan yang hampir keluar dari bibirnya. “Maafkan aku.” Katanya.
Kami mendirikan tenda dan berbenah didalamnya, Ron membuatkan teh untuk kami sebagai simbol maaf lainnya, setelah pelarian kami yang menyesakkan, tenda yang dingin dan pengap itu terasa seperti rumah. Aman, akrab dan ramah.
“Oh, kenapa kita pergi kesana?” erang Hermione setelah beberapa menit terdiam. “Harry, kau benar, lagi-lagi ini tentang Godric’s Hollow, benar-benar buang-buang waktu! Deathly Hallows…sepertinya omong kosong…atau sebenarnya…” sepertinya dia tiba-tiba mendapatkan sebuah ide, “dia mungkin saja mengarang semua itu, mungkin saja kan? Dia mungkin tidak percaya pada Deathly Hallows sama sekali, dia cuma ingin kita tetap disana hingga Pelahap Maut datang.”
“Kukira tidak,” sanggah Ron, “lebih sulit mengarang sesuatu saat kau sedang dibawah tekanan dari pada yang kau kira. Aku membuktikannya saat para Perampas mengerjaiku. Lebih mudah berpura-pura menjadi Stan, karena aku mengetahui sedikit tentang dia, daripada mengarang seorang yang benar-benar baru. Lovegood tua benar-benar tertekan, mencoba memastikan kita tetap tinggal. Aku yakin dia menceritakan yang sebenarnya agar kita tetap bicara.”
“Aku pikir itu bukan suatu masalah,” dengus Hermione, “walaupun dia jujur, aku belum pernah mendengar omong kosong separah itu dalam hidupku”
“Tunggu dulu,” sergah Ron, “Kamar Rahasia dulunya sebuah mitos kan?”
“Tapi Deathly Hallows tak mungkin ada Ron!”
“Kau tetap berpikir begitu, tapi satu darinya ada,” ucap Ron lagi, “Jubah Gaib milik Harry...”
“Kisah Tiga Saudara adalah sebuah dongeng,” ucap Hermione tegas, “sebuah dongeng tentang bagaimana manusia takut kepada kematian. Bila bertahan hidup hanya semudah bersembunyi di bawah Jubah Gaib, kita telah memiliki segala yang kita butuhkan!”
“Aku tak tahu. Kita dapat melakukannya dengan sebuah tongkat sihir yang tak terkalahkan” ucap Harry, memutar-mutar tongkat blackthorn yang tak disukainya dengan jarinya.
“Tidak ada hal seperti itu, Harry!”
“Kau bilang ada banyak sekali tongkat sihir…tongkat kematian dan apalah mereka menyebutnya…”
“Baiklah, walaupun kau ingin percaya kalau Tongkat Elder itu nyata, bagaimana dengan Batu Kebangkitan?” jarinya menggambarkan sebuah tanda ketika menyebutkan nama itu, dan suaranya berubah kasar. “Tak ada sihir yang dapat menghidupkan yang mati, dan itu mutlak.”
“Saat tongkat sihirku terhubung dengan tongkat sihir Kau-Tahu-Siapa, Ayah dan Ibuku muncul…dan Cedric…”
Aku berjengit pelan saat Harry menyebutkan nama Cedric, dia mengelus bahuku sebagai isyarat maaf.
“Tapi mereka tak benar-benar kembali dari kematian 'kan?” sangkal Hermione, “seperti…sebuah tiruan sekilas tidaklah sama dengan benar-benar membuat mereka hidup kembali.”
“Tapi dia, gadis dalam dongeng, juga tidak benar-benar kembali dari kematian kan? Dongeng itu mengatakan bahwa sekali seseorang mati, dia menjadi milik kematian. Tapi saudara yang kedua masih bisa bertemu dia dan berbicara dengannya, ia kan? Dia bahkan hidup bersamanya untuk beberapa saat...”
Hermione terlihat murung dan ada sesuatu yang sulit diartikan dari ekspresi Hermione. Lalu, saat Hermione memandang Ron sekilas, aku menyadari bahwa sebenarnya itu adalah ketakutan. Harry telah menakuti Hermione dengan pembicaraan tentang hidup bersama orang mati.
Aku berdiri tiba-tiba, membuat semua mata menatapku terkejut. “aku rasa, aku ingin sendiri.” Kataku. “aku akan mulai berjaga.”
“Tidak, aku akan berjaga pertama.” Tawar Harry.
“kalau beegitu aku akan tidur lebih dulu.” Aku meletakkan gelasku di bak cuci. “Good night!” aku pamit.
“Hey, Safe.” Harry memanggilku. Aku melihat matanya sekilas, terdapat sebuah penyesalan dan rasa bersalah di sana.”Sorry for today.”
Aku mengangguk ragu dan berjalan ke tempat tidur tingkat, berbaring di bawah kasur Hermione.Samar-samar aku mendengar Ron berbisik, “Jadi si Peverell yang dikuburkan di Godric’s Hollow...” Ron mengucapkanya dengan cepat, mencoba mengatakannya dengan tenang, “...kau tidak mengetahui apapun tentang dia?”

KAMU SEDANG MEMBACA
HIRAETH
Hayran KurguAncaman. Itulah yang dapat mendeskripsikan tahun ini. Siapa yang akan mengira Kau-Tahu-Siapa akhirnya kembali berkuasa setelah tujuh belas tahun menghilang? Tidak, dia bahkan tidak menghilang. Dia hanya bersembunyi selama tujuh belas tahun terakhir...