11. PENYERANGAN

467 111 23
                                    

Kue pernikahan dengan burung Pheonix di atasnya yang langsung terbang setelah kue dipotong dan berbotol-botol champagne beterbangan di atas kerumunan undangan. Band sudah mulai bermain musik. Bill dan Fleur turun ke lantai dansa untuk pertama kali, diiringi oleh tepuk tangan meriah. Lalu Mr Weasley mengajak Madame Delacour turun ke lantai dansa yang diikuti oleh Mrs Weasley dan ayah Fleur.
 
Aku dan Ayah turun ke lantai dansa untuk menikmati pesta. Luna mengikuti musik waltz dan beberapa detik kemudian dia berdiri dan meluncur ke lantai dansa, di mana dia berputar di satu titik dengan mata tertutup dan mengayunkan matanya.
 
Sekitar sepuluh menit berselang, Fred menghampiri kami untuk meminta persetujuan Ayah agar ia bisa berdansa denganku. Ayah setuju meninggalkanku dengan Fred untuk berbincang dengan Charlie yang berada di meja bundar di dekat kami.
 
“kau menikmati pestanya, Dawndusk?” Tanya Fred dangan senyum mengembang.
 
“ini mengingatkanku pada Yuleball.”
 
Senyum Fred tiba-tiba menghilang. “kau juga bersama dengan Krum malam itu.”
 
“Krum?” aku mengerutkan keningnya saat mengikuti arah pandangnya. Ia melihat  Viktor yang saat ini sedang  duduk dengan Harry yang tengah menyamar sebagai saudara Weasley.
 
“Yeah, kau bereaksi terlalu mencolok dengan memeluknya tadi.”
 
“Ak-aku tidak bermaksut…” aku melihat wajah Fred, terdapat amarah dan kecemburuan di sana. “aku dan Krum sudah lama tidak bertemu, kami juga tidak berkirim surat.”
 
“dan kau menegaskannya malam ini, bahwa kau sangat merindukannya.”
 
“Fred…” kataku melihat matanya, Fred sudah menahan marah dan kecemburuan selama ini.
 
“Jangan melakukan Legilimency padaku.” Tambahnya menolak untuk berkontak mata denganku. “kau bahkan belum menjelaskan masalah itu denganku.  Kenapa hanya aku yang tidak mengetahuinya? Kenapa kau menyembunyikannya? Apa selama ini…" Fred menahan kalimatnya, menelan ludah dengan berat seperti baru saja memakan permen Bartie Botts rasa kotoran telinga. "selama ini hal yang kita lakukan tidak berarti untukmu?”
 
“Fred…” gumamku. “Please…” aku menyandarkan kepalaku di dadanya. “Malam ini terlalu indah untuk bertengkar.”
 
“aku juga tidak ingin bertengkar denganmu, tapi…"  dia mendorong pelan tubuhku, tangan kanannya menyentuh pipiku agar wajah kami berhadapan. "tapi kau memancingku.”
 
“aku tidak memancingmu. Itu hanya Viktor.”
 
“Yeah, itu hanya Viktor, pemain Quiddicth Internasional, Seeker termuda di dunia.”
 
Aku melihat wajah Fred. Rasa takut dan cemburunya semakin besar. “sudah berapa lama kau menahannya?” tanyaku.
 
“Apa?”
 
“Cemburu itu…" Fred pasti menahan amarahnya sejak mengetahui aku bisa melakukan Legilimency, perasaan itu ditahannya sampai akhirnya meledak saat melihatku memeluk Viktor, dan beberapa teguk alkohol melengkapinya. "sudah berapa lama kau menahannya?”
 
“Sudah aku bilang jangan melakukan Legilimency.” Gumam Fred bimbang, ia ingin menghindar namun tubuhnya tidak sanggup melakukan itu, dan ia memilih untuk memelukku.
 
“aku tidak melakukannya dengan sengaja, pikiranmu terlalu meluap.” Keluhku.  Ini aneh, kami terus berdansa, memeluk, namun percakapan kami seolah kebalikan dari itu semua.
 
“kau pasti sangat menyukai Krum.” Gumam Fred. “kau terus mengelak dan membelanya.”
 
Demi Merlin, Fred benar-benar cemburu sekarang. Tapi, bagaimana denganku? Dia bahkan tidak mendengarkan pembelaanku, dia hanya ingin pembenaran dari setiap perkataannya, dia sudah terlalu mabuk untuk membicarakan ini. “hentikan, Fred.”
 
“Hentikan apa?”
 
“aku juga melihatmu sebelumnya, dengan sepupu Veela.” aku menyerah untuk membela dan malah menyerangnya.
 
Untuk pertama kalinya aku melihat Fred memutar bola matanya saat berbicara denganku, “itu bukan aku, itu George.”
 
“aku mengantar mereka ke tempat duduk,” cecarku tanpa melepas pandangan matanya.
 
“Jangan bahas itu sekarang, Dawns.” tolaknya jengah, pikirannya sekarang berpindah ke sepupu Veela yang cantik. Oh, bagus. Kau mabuk dan malah memikirkan perempuan lain.
 
“kau yang memulainya lebih dulu.” cecarku. Fred melihat wajahku, wajah yang tadinya marah sekarang berubah dengan penuh damba. Kemudian pikirannya penuh dengan wajahku, seakan semua ingatannya tentangku muncul satu per satu, aku yang tengah mengenakan seragam Quiddicth, aku yang berada di Yule ball, aku yang tersenyum padanya. Semua tentang aku.
 
Fred menarik napasnya sejenak lalu melepaskan pelukan kami. “sepertinya aku terlalu banyak meminum Firewhisky.” Katanya lalu pergi meninggalkanku begitu saja. Ada apa dengannya? Dia tidak pernah memperlakukan aku seperti itu sebelumnya, menangani Fred yang mabuk lebih sulit bahkan untukku. Sejenak aku merasa bersalah. Seharusnya aku memberitahunya tentang Legilimency tepat setelah Bill dan Lupin pergi mencari mayat Moody, atau menjelaskan padanya kapan pun saat kami memiliki waktu untuk berdua.
 
Saat malam mulai turun, kanopi diterangi oleh cahaya dari lentera emas, dan keriuhan pesta mulai berkurang. Fred tidak kembali lagi, sepertinya ia bersama George menhilang dengan sepupu Fleur,  entah dia berhasil tergoda dengan darah Veela keluarga Delacour atau tidak. Charlie, Hagrid, dan seorang penyihir pendek bertopi ungu sedang bernyanyi ‘Odo the Hero’ di pojok.
 
Aku bergabung dengan Harry saat Viktor sedang  menggerutu.
 
“Apa untungnya,” kata Viktor, menghabiskan minumannya lalu berdiri, “menjadi pemain Quiddicth internasional kalau semua gadis cantik sudah ada yang punya?” dan Viktor pergi meninggalkan Harry untuk mengambil sandwich dari nampan dan berjalan menerobos kerumunan.
 
“ada apa dengannya?” tanyaku.
 
“Firewhisky.” Jawab Harry. “Di mana Fred?”
 
“terbakar cemburu.” Kataku menenggak segelas Firewhisky. “dia cemburu dengan Viktor.”
 
“dan berita bagusnya, Viktor cemburu dengannya.”
 
“konyol, bukan?”
 
Aku berdiri saat melihat Viktor tengah berdebat dengan Mr Lovegood. Aku berlari untuk melerai mereka. “Kau tolol karena menggunakan lambang Grindewald. Hanya orang menjijikan yang menggunakan lambang itu. Kau tahu berapa banyak orang yang kehilangan karena Grindelwald?” raung Viktor.
 
“Berhenti berbicara omong kosong.” Balas Mr Lovegood sengit.
 
“Viktor!” bentakku saat melihat Viktor mengeluarkan tongkatnya. “Tidak, tidak. Jangan bertarung di sini.”
 
“Dia…” kata Viktor padaku. “dia menggunakan lambang kotor itu, Safera.” Viktor mengarahkan kepalaku agar melihat lambang segitiga yang seperti huruf Rune melingkar di leher Mr Lovegood. “Grindelwald membunuh kakekku, dan dia adalah pengikutnya.”
 
Untuk pertama kalinya, aku melihat ada seseorang yang memandang jijik Viktor Krum. Dia adalah Mr Lovegood yang memandang kami seolah makhluk hina di bawah kakinya hingga aku merasa buruk.
 
“Ayo, kita pergi.” Kataku menarik Viktor untuk menjauh, memberinya segelas Butterbeer agar lebih tenang. Aku memberikan beberapa canapé pada Viktor sebelum akhirnya meninggalkannya untuk mencari Ayah.
 
Saat itu, sesuatu yang besar dan keperakan telah turun menembus kanopi, tepat di atas lantai dansa. Anggun dan berkilauan, seekor lynx mendarat membuat orang-orang terpesona. Semua menoleh dan terdiam melihatnya. Lalu mulut Patronus itu membuka lebar dan terdengar suara nyaring, dalam, dan lambat, milik Kingsley Shacklebot.
 
“Kementerian telah dikuasai. Scrimgeour mati. Mereka datang.”
 
Semuanya berjalan lambat dan membingungkan. Beberapa orang melompat dari kursi dan mengeluarkan tongkat mereka. Banyak orang yang menyadari suatu hal aneh telah terjadi. Mereka masih tampak kebingungan saat kucing perak itu menghilang. Semua bungkam memandangi tempat Patonus itu muncul, lalu seseorang berteriak.
 
Sosok bertudung dan bertopeng muncul. Lalu Lupin dan Tonks mengangkat tongkat mereka lalu keduanya berteriak “Protego!”, dan terdengar suara tangisan menggema.
 
Perlindungan The Burrow telah rusak. Banyak orang berlarian ke segala arah, beberapa ber-Disapparate, dan lebih banyak lagi sosok bertudung muncul. Salah satu sosok bertudung itu menarik jubahku. Aku berhasil melepaskan jubahku, melemparnya ke wajah sosok bertudung itu dan melemparkan kutukan tepat di dadanya.
 
“AYAH!” raungku panik. Aku tidak bisa pergi tanpa Ayah. Kembali ke Charhide sendirian sama berbahayanya dari pada bertahan di sini. “AYAH!”

Botol-botol champagne di atas kepala kami pecah melemparkan isinya beserta beling tajam untuk menghujam kepala kami. Aku berhasil membalik meja dan bersembunyi di baliknya sebelum Pelahap Maut menyerang.
 
“SAFERA!” aku mendengar seseorang memanggilku dari tiga arah yang berbeda.
 
“AYAH!” raungku bimbang untuk menentukan tujuanku.
 
“DAWNS!”
 
Itu Fred. Aku segera berlari menuju suara Fred, merunduk untuk menghindari tiga kutukan sekaligus dan melemparkan kutukan lagi pada sosok bertudung. Jarak pandangku sangat pendek dengan banyaknya orang berlarian, benda-benda melayang, dan sesuatu yang meledak di ujung tenda yang menyebabkan asap mengelilingi kami.
 
“FRED!”
 
“DAWNS!”
 
Samar-samar aku melihat siluet tubuh Fred yang sedang berlari menghampiriku. Jaraknya semakin dekat dan semakin jelas walau asap terkadang mengaburkannya.
 
“SAFERA!”
 
Seseorang melingkarkan tangannya dipinggangku saat aku hampir mencapai Fred.
 
“FRED!” Fred melemparkan satu kutukan ke sampingnya namun kakinya tetap melangkah mengejarku.
 
“DAWNS!”
 
Dan detik berikutnya tanah yang aku pijak mulai berputar.

HIRAETHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang