5 - Kilas Balik

28.9K 3.4K 91
                                    


REJECT ME BY GALEXIA

Instagram : @gaalexiaa dan @hf.creations

*****

Flashback on

Satu bulan yang lalu ...

Sore itu sepulang sekolah rasanya Arga hanya ingin segera merebahkan diri di atas kasur. Tubuh dan fikirannya yang seharian bekerja keras terasa lelah minta diistirahatkan.

Akan tetapi saat melintas di depan kamar yang pintunya setengah terbuka, langkah Arga melambat. Aroma cat akrilik menguar memasuki lubang hidungnya. Bukannya menuju kamarnya, Arga malah memasuki kamar asal aroma cat tadi.

Bibirnya melengkung membentuk senyuman saat mendapati sang adik yang tengah asyik bergelut dengan kanvas, cat, dan segala macam perangkat melukis. Oleh karenanya Arga berjalan ke sudut kamar, ingin melihat lebih dekat pekerjaan adiknya itu.

"Wiihh, ngelukis apa, nih?" tanya Arga tiba-tiba, membuat Gea yang tengah fokus tersentak kaget. Untung saja hal itu tidak berpengaruh buruk pada lukisannya, seperti tercoret misal.

"Kak Aga kalo mau masuk ketuk pintu dulu, kek," kesal Gea dengan bibir mencuat ke depan.

Arga nyengir kuda sambil mengacak rambut Gea yang dicepol asal. "Dasar ngambekan."

"Bagus banget, siapa sih yang ngajarin? Pasti bukan gue," puji Arga setengah becanda.

"Tuh tau," sahut Gea sependapat.

Gea kembali meneruskan kegiatannya. Dari belakang tubuh sang adik Arga memperhatikan dengan seksama setiap gerakan tangan Gea yang menorehkan cat di atas kanvas dengan telaten dan penuh perasaan.

Mata Arga beralih menatap sekeliling. Jika saja tidak terdapat sebuah kasur, Arga akan mengira kalau ruangan ini adalah sebuah galeri seni, bukan kamar tidur. Terdapat banyak lukisan yang menggantung di dinding, disangga di atas easel, atau sekedar disenderkan di tembok.

"Lukisan lo nggak kayak biasanya...," ucap Arga.

Gea melirik Arga. "Emang biasanya gimana?"

Arga kembali menatap beberapa lukisan Gea yang sudah jadi. "Lihat, deh, nyaris semua lukisan lo warnanya cuma hitam, putih sama abu-abu." Gantian jari telunjuknya yang terangkat menunjuk lukisan yang sekarang sedang Gea kerjakan. "Sedangkan ini, warna-warni kayak pelangi, mejikuhibiniu. Tumben?" tanya Arga heran.

Gea menarik tubuhnya sedikit ke belakang, kepalanya miring menilik lukisannya sendiri untuk beberap saat. Selanjutnya dia tersenyum tipis. "Karena hidup Binar terlalu berwarna. Hitam, putih, dan abu-abu aja nggak cukup."

Perkataan Gea membuat alis Arga bertaut, tanda cowok itu tidak paham. "Hah? Binar siapa?"

"Tokoh novel yang baru aku baca," jawab Gea.

"Ohhh...," respons Arga seadanya.

Arga pikir tokoh itu pasti meninggalkan kesan tersendiri bagi Gea, sampai-sampai adiknya itu mau menggambarkan sosok fiksinya menjadi sebuah lukisan yang indah.

Sekali lagi Arga memandangi lukisan itu, mencoba memahami makna dibaliknya. Di tengah-tengah kanvas terdapat gambar seorang perempuan dengan langit cerah berawan sebagai latar belakangnya. Postur tubuhnya seakan menunjukkan kebebasan. Di sekeliling perempuan itu terdapat bermacam-macam benda langit seperti planet, bulan, dan bintang.

Perempuan itu seakan memiliki dunianya sendiri.

Ya, setidaknya itulah yang terlintas di pikiran Arga.

REJECT METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang