9 - Saturday Night

23K 2.9K 54
                                    

REJECT ME BY GALEXIA

Instagram : @gaalexiaa dan @hf.creations

****

Jam menunjukan pukul enam sore. Cowok dengan balutan kaos putih polos dan celana selutut itu menyandarkan tubuhnya pada pegangan tangga. Dari tempatnya berdiri dia dapat melihat sang Mama yang tengah membuat jus buah di dapur. Setelah beberapa saat diam, akhirnya cowok itu berjalan mendekat. 

    "Ma, keluar, yuk. Malmingan gitu sama Aga!" ajaknya kemudian. Nadanya terdengar tak bersemangat.

    Sambil menuang jus dari blender ke gelas, wanita setengah baya itu menoleh heran. "Kamu kehabisan temen, Ga?"

    Arga mengangguk tak mengelak. Malam Minggu begini waktunya bersenang-senang, tapi teman-temannya malah pada menghilang. Bian jalan keluar sama gebetan barunya. Clovis bilang dia lagi nggak ada duit, padahal itu cuma alasan karena cowok itu mager keluar rumah. Sedangkan Alta? Arga sendiri ragu apakah hubungan mereka yang tidak terlalu baik masih bisa disebut pertemanan. 

    "Mama sibuk." Arga tidak terlalu kecewa, sudah tau sang Mama pasti akan menolaknya. 

    "Sibuk ngapain?"

    "Sibuk nonton The Penthouse." Tapi Arga tidak tau kalau drakor akan jadi alasannya. Akhir-akhir ini Mamanya itu memang sedang maniak drakor.

    "Papa kapan pulang, sih?" tanya Arga kemudian. Andai saja Papanya tidak dinas ke luar kota, sekarang dia pasti tidak akan luntang luntung seperti orang tak punya tujuan. Karena setidaknya Arga bisa semalaman bermain catur dengan Papanya.

    Sesaat Lyta terdiam, berpikir. "Tiga hari lagi kalo nggak salah."

    Arga mengangguk mengerti. Tiba-tiba terbesit sesuatu di ingatan cowok itu. "Oh iya, Ma. Besok Gea ulang tahun, Mama udah siapin kado?"

    Masih sambil membersihkan sisa-sisa perkakas yang baru ia pakai, Lyta menjawab, "Mama udah beliin alat lukis buat Gea." 

"Kan belum lama ini udah Aga beliin?" 

"Yang ini harganya lebih mahal, lebih bagus, punya kamu mah nggak ada apa-apanya," pamer Lyta disusul senyum kemenangan.

"Iya deh iya yang duitnya lebih banyak," cibir Arga setengah bergurau.

    "Ya udah kalo gitu Mama mau nonton dulu. Anyeong!" pamit Lyta saat urusannya di dapur telah selesai. "Kamu kalau mau jus buah ambil aja tuh di kulkas masih sisa," tambahnya sebelum benar-benar pergi.

Arga melirik jus mangga di tangan Mamanya. Kelihatan segar, tapi ketimbang jus dia lebih suka makan buahnya langsung. "Yang belum di jus nggak ada?"

"Habis. Udah Mama jus semua," teriak Lyta yang sudah berjalan menjauh.

Helaan napas keras keluar dari mulut Arga. Tak ada yang bisa dia lakukan di sini, oleh karenanya dia kembali naik ke lantai atas dan mengetuk pintu kamar adiknya. "Ge..."

"Masuk aja, Kak, nggak dikunci." Gea menyahut dari dalam. Jemari Arga meraih knop pintu dan mendorongnya hingga terbuka. Tubuhnya ia tempelkan pada daun pintu, tak berniat masuk lebih dalam.

Arga berdecak tiga kali. Seperti hari-hari sebelumnya, Arga kembali mendapati Gea yang tengah membaca novel karangan Shena di atas kasurnya. Arga jadi penasaran, sebenarnya cerita apa yang Shena tuliskan hingga adiknya itu betah membacanya sampai berulang-ulang. 

"Lo nggak bosen baca itu mulu? Gue aja lihatnya bosen, loh," heran Arga.

"Ya nggak usah dilihat, Kak," jawab Gea mudah dengan mata yang masih terfokus pada bacaannya, seolah novel itu lebih menarik daripada kehadiran kakaknya sendiri. "Kak Aga ada urusan apa?" tanya Gea kemudian.

REJECT METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang