50 - There's No Reason

6.9K 1.1K 70
                                    

REJECT ME BY GALEXIA

Instagram : @gaalexiaa dan @hf.creations

***

Berbicara sebelum berpikir. Itulah satu di antara banyak hal yang tak Shena sukai dari dirinya sendiri. Dia benci dengan fakta bahwa mulutnya selalu selangkah lebih cepat daripada otaknya. Mengatakan berbagai hal dengan spontanitas, lantas menyesal kemudian.

Shena pernah membaca bahwa salah satu cara mengubah kebiasaan buruk adalah dengan berjanji pada diri sendiri. Dan mulai detik ini dia berjanji untuk berubah menjadi lebih baik. Menjadi Shena yang tidak ceroboh dan memikirkan segalanya dengan matang-matang sebelum mengambil tindakan.

Tak lagi menjadi Shena yang hobi mempermalukan diri sendiri di hadapan banyak orang. Terlebih lagi di hadapan Arga.

Dengan pandangan tertunduk menatap ujung sepatu, Shena merutuki kebodohannya beberapa waktu lalu. Untuk kesekian kalinya.

Shena sudah berusaha mengabaikan kejadian memalukan di studio Enam Hari tadi. Ingin bertindak seolah tak terjadi apa-apa tapi tak bisa. Bertanya tentang hal seperti itu sangatlah konyol. Shena merasa seperti orang paling ge-er sedunia. Dan itu bukanlah hal membanggakan yang bisa dipamerkan di depan semua orang!

Serangkaian peristiwa beberapa saat lalu terus mengusik kepalanya. Ucapan Kak Lasa, Arga yang kembali memasuki ruangan dan menyerahkan ponselnya, lagu Kasmaran yang disenandungkan Brian, dan pertanyaan yang meluncur dari mulutnya. Semuanya terus terputar seperti kaset rusak.

"Aduh!" Terlalu sibuk melamun, Shena sampai tidak memperhatikan langkahnya. Kepala cewek itu nyaris terantuk batang pohon.

"Sakit?" Shena membuka mata. Hal pertama yang ia lihat adalah telapak tangan Arga dan ekspresi khawatir cowok itu.

Shena menggeleng pelan. Dia tadi hanya terkejut.

Saat Shena hampir menabrak pohon, Arga buru-buru meletakkan tangannya di depan dahi cewek itu. Menghalangi kulit Shena bersentuhan langsung dengan batang pohon kasar yang bisa saja meninggalkan goresan luka.

Arga menghela napas lega. "Makanya kalau jalan tuh dilihat yang bener jalannya. Apa perlu gue gandeng?"

"Enggak!" gertak Shena cepat lantas kembali berjalan mendahului Arga.

"Masih kepikiran yang tadi?" Langkah Arga yang panjang membuat cowok itu dengan cepat menyamakan langkah.

"Enggak!" sanggah Shena lagi.

"Terus kenapa ngelamun?"

"Siapa yang ngelamun?!"

"Buktinya tadi hampir nabrak pohon."

Shena berdiri menghadap Arga, kepalanya mendongak menatap nyalang cowok di hadapannya. Sementara kakinya masih tetap berjalan mundur. "Siapa yang nabrak?!"

"Cewek yang tadi nanya apa gue suka sama dia. Namanya Shena kalau nggak salah," jawab Arga santai. Sambil mendebat Shena, Arga juga tak lupa memperhatikan langkah cewek itu. Dia memegang kedua sisi bahu Shena dan menggeser tubuhnya saat dia hampir bertabrakan dengan seseorang dari arah berlawanan.

"Kak Arga!"

"Kenapa? Nggak salah kan?"

Shena cemberut, tak berani mendebat lagi. Belum ada lima menit Shena sudah mengingkari janji yang dia buat sendiri. Lepas kendali akibat terlalu gugup dan berakhir mengatakan hal-hal random yang tidak perlu. Semakin menunjukkan betapa konyol dirinya.

Lagi-lagi kejadian satu jam lalu kembali terputar di kepalanya. Membuat Shena semakin kesal, atau malu lebih tepatnya.

"Lo suka ya Kak sama gue?"

REJECT METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang