18 - Promise

13.5K 1.7K 38
                                    

REJECT ME BY GALEXIA

Instagram : @gaalexiaa dan @hf.creations

****

Jam istirahat sisa lima belas menit lagi. Tadi setelah membeli beberapa makanan di kantin untuk mengisi perut, Shena memutuskan untuk langsung kembali ke kelas dan menyelesaikan bacaan novelnya yang hampir selesai tinggal beberapa bab lagi.

Salah seorang teman perempuannya memasuki kelas dengan tumpukan kertas di tangan kanan. Dia berdiri di depan kelas, tumpukan kertas tadi di angkat tinggi untuk menarik perhatian penghuni kelas lainnya. "Guys, ini hasil ulangan kimia kemarin ya. Kata Bu Wagi nilainya udah lumayan, tapi masih ada beberapa yang perlu ditingkatkan lagi. Ambil sendiri-sendiri ya, gue taruh depan."

"Bagiin sekalian dong Cil, males ngambil nih gue," protes seorang cowok bernama Dery dari pojok kelas.

"Manggil nama gue aja belom bener nggak usah sok-sokan nyuruh lo," cibir cewek tadi, mukanya langsung berubah judes dalam sepersekian detik.

Dery merasa puas karena target masuk dalam perangkap. "Lah, nama lo kan emang Bocil. Gimana sih?"

"Serah lo deh serah. Berdebat dengan satu orang bodoh hanya akan membuat orang bodohnya menjadi dua." Cewek bernama asli Cecilia itu berujar sarkas dan berjalan menuju bangkunya, capek tiap hari ribut sama Dery.

"Kata Emak gue sih gue pinter Cil, hehehe." Dery masih tak berhenti menggoda Cecilia.

Cecilia membuang nafas pasrah. "Susah emang ngomong sama tumbal pesugihan."

Di tempatnya Shena mengamati kelakuan Tom and Jerry-nya XI IPA 2 itu. Gemes sendiri dia tuh lihat mereka setiap adu mulut. Mereka nggak pernah kehabisan kata-kata ejekan untuk dilontarkan satu sama lain, mana lucu lagi, Shena sering dibuat ketawa karenanya.

Kira-kira gimana ya reaksi keduanya kalo tau diam-diam Shena menjadikan mereka berdua sebagai sumber inspirasi dan tokoh utama untuk ceritanya yang berjudul Brutal. Cerita yang dilirik penerbit dan sempat ia bahas dengan Kak Anggun semalam.

Setelah puas menikmati perdebatan yang tak kunjung usai antar dua manusia itu, Shena menggeletakkan novelnya di atas meja, lalu berjalan ke depan untuk mengambil kertas hasil ulangannya.

Shena mendengus, geli sendiri melihat nilainya. Kinda disappointed but not surprised. Memang apa sih yang dia harapkan? Sekeras apapun ia belajar, nilainya tidak akan pernah menyentuh KKM.

45. Mirip banget dah tuh kayak tahun kemerdekaan Indonesia, tinggal nambah angka 19 doang di depan.

Shena kembali ke bangkunya dengan kepala tertunduk, meneliti satu per satu jawabannya yang di dominasi coretan warna merah. Kenapa nggak 50 sekalian sih? Seenggaknya biar genap setengah gitu.

Shena mencoba biasa saja. Toh ini bukan sekali dua kali, seharusnya ia sudah terbiasa. Tapi perasaan di sudut kecil dalam hatinya ingin lebih. Sekeras apapun Shena menutupinya, wajah murung perempuan itu jelas menunjukan bahwa dia tidak puas.

"Dapet berapa lo Shen?" tanya Mega, salah seorang teman yang duduk di sebelahnya. Untuk informasi, penempatan bangku di kelas ini di atur sendiri-sendiri.

Shena tersadar dari lamunannya. Dia diam beberapa saat untuk mencerna pertanyaan Mega. Tak butuh waktu lama ekspresinya berubah menjadi ekspresi santai yang dibuat-buat. "45. Dah kayak tahun kemerdekaan nggak tuh? Tapi masih mending sih, ketimbang dapet nol, nangis beneran gue entar. Hahaha." Sok-sokan banget ketawa hahaha padahal dalam hati nangis huhuhu.

REJECT METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang