32 - Diam Diam Kepikiran

9.7K 1.1K 23
                                    

REJECT ME BY GALEXIA

Instagram : @gaalexiaa dan @hf.creations

***

"Lo tuh ya, baru sembuh malah makan beginian! Gimana penyakit ga makin doyan?!" Mera langsung mengomel saat melihat berbagai macam gorengan penuh minyak yang dibeli Shena. Ditambah lagi temannya itu juga membeli sebotol minuman dingin yang kaya akan pemanis buatan.

"Hush, gak usah bawel!" Shena memasang gestur meletakkan jari depan bibir, menghentikan cerocosan Mera sebelum cewek itu makin ngomel panjang lebar. Dia lagi gak mood buat diomelin sekarang.

Selanjutnya Shena duduk di sebelah Mera dan mulai menyantap dengan santai jajanan yang barusan ia beli dari kantin. Mera yang melihat itu Cuma bisa mmenghela napas sabar.

Omong-omong dua bersahabat itu kini tengah duduk santai di kursi taman menikmati waktu istirahat.

"Hobi banget ngundang penyakit. Sengaja biar bisa manja-manja ke Kak Arga lagi ya?" sarkas Mera yang langsung membuat nafsu makan Shena hilang seketika.

Cewek itu menatap menghentikan kunyahannya, menatap Mera datar, lantas bergumam, "Kak Arga lagi... Kak Arga lagi..."

"Nih kayaknya kalo gue kesurupan juga pasti lo sangkut pautin sama Kak Arga deh." Shena menggerutu kesal.

Mera Refleks menendang kaki Shena. "Omongan lo jelek banget. Tiati belakang lo pohon beringin banyak penunggunya tuh!"

"Lagian lo juga sih! Dikit-dikit Kak Arga, dikit-dikit Kak Arga!" protes Shena tak terima. "Maksud gue di antara sekian banyak hal yang bisa kita bahas kenapa ujug-ujug selalu Kak Arga?"

"Ya karena sejak saat pertama lo memutuskan buat lakuin riset gila lo itu, artinya lo udah memutuskan buat masuk ke hidupnya Kak Arga. Dan naasnya lo nggak bisa kabur, adaaa aja kejadian yang bikin kalian tetap berhubungan sampai sekarang!" Mera dan segala teorinya yang tak pernah usai.

"Ibaratnya nih ya, lo udah tau nggak bisa renang tetep aja maksa nyebur. Giliran udah kelelep nyalahin keadaan, padahal mah dari awal lo sendiri yang salah. Nikmatin dah tuh sekarang."

"Orang kelelep apanya yang dinikmatin?" balas Shena asal dengan muka cemberut, yang langsung dihadiahi toyoran tepat di kepala oleh Mera.

"Kebiasaan deh kalo dibilangin jawab mulu!"

Mendengar ucapan Mera justru membuat Shena makin ingin menyumpah serapahi dirinya sendiri, sadar bahwa dia pernah sebodoh itu.

Shena melahap tahu isi yang ia beli dengan satu gigitan besar sampai mulutnya penuh. Mengunyah dengan tak niat untuk melampiaskan kekesalannya. "Udah ah, mending kita ngomongin yang lain."

Mera melirik Shena sekilas. "Ngomongin apaan?"

Shena termenung menatap sebotol es teh dan gorengan di hadapannya secara bergantian. "Kenapa nyamuk lebih suka darah padahal es teh lebih nikmat? Kenapa kucing lebih suka whiskas padahal tahu isi pake cabe lebih enak."

Mera menatap Shena lamat-lamat, ekspresinya sudah jelas menunjukan adanya kilatan amarah, tapi dia berusaha tersenyum tabah. "Kenapa lo punya otak kalo Cuma buat pajangan?"

Shena mendelik. "Siapa bilang? Dengan otak ini gue bisa mikir alur cerita sampe diterbitin jadi novel. Keren kan?" Shena menaik turunkan alisnya, tersenyum bangga. Di mata Mera muka Shena sekarang mengundang toyoran banget.

"Terserah lo deh Shen. Gue capek," ujar Mera mutlak.

"Tapi Merrr..." Shena menggantung ucapannya.

REJECT METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang