12 - Beberapa Tentang Shena

20.9K 2.5K 60
                                    

REJECT ME BY GALEXIA

Instagram : @gaalexiaa dan @hf.creations

****


Sekarang Shena sedang dalam perjalanan pulang dari rumah Arga. Seperti saat berangkat tadi, kali ini dia juga pulang diantar cowok itu. 

Jam menunjukkan pukul tiga sore. Terlalu asyik bersama Gea, Shena sampai lupa waktu. Meskipun sempat canggung di awal, lama-kelamaan mereka justru asyik sendiri. 

Sebenarnya Shena bukan tipe orang yang mudah akrab hanya dalam sekali pertemuan, namun bersama Gea, Shena seolah menemukan belahan jiwanya. 

Oke, mungkin itu berlebihan. Tapi intinya, mereka cukup sefrekuensi dalam beberapa hal. 

Mereka nyambung ketika membicarakan berbagai jenis buku dari yang paling populer sampai underrated, genre musik favorit mereka sama, bahkan selera makanan keduanya pun juga sama, Shena merasa dia bukan satu-satunya orang aneh saat tau Gea juga tidak menyukai bakso.

Selama ini Mera selalu menganggapnya aneh karena sangat anti dengan makanan yang udah jadi ciri khas kuliner Indonesia itu.

Siku Shena bertumpu pada kaca mobil Arga. Sesekali kepalanya bergerak naik turun mengikuti irama lagu yang berasal dari playlist-nya. Tak berniat bicara dengan Arga karena itu hanya akan membuatnya tertekan.

"Playlist lo bikin ngantuk." 

Tuh kan. Arga baru ngomong sekalimat aja rasanya penyakit darah rendah Shena akan berganti jadi darah tinggi.

"Ini tuh namanya soft and chill, Kak! Raise your standards please!" 

"Ya tapi bikin ngantuk. Ganti playlist gue aja deh," ujar Arga sudah bersiap mengganti ke playlist pilihannya. Tapi belum apa-apa, tangan Shena langsung menepis tangannya keras. 

Arga mengaduh pelan. Nih cewek main fisik mulu perasaan. Mana tenaganya gede lagi, nggak sebanding sama tangannya yang kecil.

"Nggak nggak nggak! Playlist lo tuh jedag jedug Kak, bikin kepala pusing!" protes Shena tak terima.

"Tapi nggak bikin ngantuk Shena," debat Arga tak mau kalah.

"Parah mana coba antara ngantuk sama pusing?" tanya Shena nyalang. "Bayangin nih ya, kalo gue pusing gue harus minum obat, buat dapet obat gue harus jalan dulu tuh ke apotik, entar pas jalan gue kecapekan, kalo kecapekan entar gue pingsan, terus sama orang-orang dibawa ke rumah sakit, karena gue bokek gue nggak bisa bayar biaya rumah sakit, terus sama pihak rumah sakitnya gue dijeblosin ke penjara. Bayangin! Gara-gara pusing doang gue sampe masuk penjara, Kak!"

Nafas Shena tersenggal-senggal kayak orang abis nge-rap. Arga yang dengar dia ngomong aja ikut sesak sendiri. 

Masih tetap tak mau kalah, Arga menarik nafas panjang, bersiap mendebat Shena. "Bayangin nih ya, kalo sekarang gue ngantuk gue bakal nggak fokus nyetir, kalo gue nggak fokus nyetir kita bakal kecelakaan, kalo kita kecelakaan kita bakal meninggal, karena dosa kita masih banyak kita bakal masuk neraka. Bayangin! Gara-gara ngantuk doang kita masuk neraka Shena!"

"IH KAK ARGA! Sumpah omongan lo jelek banget, Kak!" bentak Shena karena ucapan Arga yang berlebihan. Tangannya refleks memukul lengan Arga keras.

Arga langsung tertawa puas mendapati wajah panik bercampur kesal Shena. "Makanya ganti," ucapnya masih dengan sisa-sisa tawa.

Walaupun setengah terpaksa Shena akhirnya mengalah, ngeri juga kalo omongan Arga sampai jadi kenyataan. 

Baru dua detik pertama telinga Shena langsung pengang mendengar petikan bass dan perpaduan berbagai alat musik yang begitu nyaring dan berisik. Dia melirik ke samping, mendapati Arga yang terlihat sangat menikmati. 

REJECT METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang