17 - Do You Like Her

13.7K 1.7K 31
                                    

REJECT ME BY GALEXIA

Instagram : @gaalexiaa dan @hf.creations

****

"Mah, kok nggak bangunin Aga sih? Jadi telat kan!" Dengan langkah terburu-buru Arga menuruni anak tangga satu per satu. Kedua tangannya sibuk membentuk simpul dasi lantas mengenakannya asal-asalan. Waktunya sedikit, dia akan membenarkannya nanti saja.

Lyta meringis ngeri melihat putranya yang menuruni tangga dengan begitu cepat. "Hati-hati Ga, entar jatuh, ih!"

Gea yang tengah menikmati sarapan di meja makan melirik Arga yang baru saja berhenti di sebelahnya untuk menenggak segelas air putih. "Tadi Mama udah berkali-kali bangunin Kak Aga, Kak Aganya aja yang tidur kelewat nyenyak, nggak bangun-bangun."

"Bangunin terus dong harusnya, sampe bangun," balas Arga setelah air di gelasnya habis ia minum.

"Ya udah Mah, Aga berangkat dulu." Arga bergegas menyalami Lyta untuk berpamitan. 

"Kamu nggak sarapan dulu?" tanya Lyta dengan raut cemas.

"Nanti di sekolah," jawab Arga tak bisa berlama-lama.

"Beberapa hari terakhir makan kamu nggak teratur loh Ga." 

"Dih, siapa bilang? Orang Aga makannya banyak juga." Arga menyanggah cepat ucapan Lyta agar sang Mama tidak khawatir.

Saat melewati Gea, Arga mengecup puncak kepala gadis itu lantas megacak rambutnya pelan. "Kak Aga berangkat dulu ya. Jagain Mama di rumah."

"Kak Aga bentar!" 

Arga otomatis menghentikan langkahnya saat Gea menyerukan namanya. Nafasnya memburu. "Kenapa?" 

"Bilangin Shena ya, besok aku mau ketemu lagi!" pesannya setengah berteriak, karena jarak keduanya yang sudah cukup jauh.

Nama itu. Sudah berapa hari Arga tidak melihat wajah pemiliknya. "Shena? Mau ngapain kamu ketemu Shena?"

"Besok dia ulang tahun. Aku mau kasih kado yang udah aku janjiin ke dia."

Dahi Arga berkerut samar menandakan bahwa cowok itu sedang berfikir. Seakan lupa bahwa waktu terus berjalan dan dia bisa saja benar-benar telat. 

Shena besok ulang tahun? 

Benar juga. Dia jadi teringat percakapan mereka di mobil saat Shena mengatakan bahwa ulang tahunnya dan Gea hanya berjarak seminggu. 

"Oke, nanti dibilangin anaknya," pungkas Arga mengiyakan lalu kembali melanjutkan langkahnya.

"Makasih Kak Aga! Hati-hati, jangan ngebut!" peringat Gea yang hanya dibalas sign 'oke' menggunakan jari oleh kakaknya.

Sedangkan di luar rumah, Arga mempercepat gerakannya mengeluarkan mobil dari garasi. Meskipun begitu dia tetap hati-hati, karena kalau sampai nabrak bisa makin ribet urusannya. 

Meskipun sepuluh menit lagi gerbang sudah ditutup Arga tetap optimis kalau dia tidak akan telat. Sebagai ketua OSIS dia harus jadi panutan siswa-siswa lain. Citra yang selama ini sudah ia bangun tidak boleh hancur karena satu kejadian tidak disengaja ini.

"Gimana sih ketua OSIS kok telat?"

"Setiap hari koar-koar suruh disiplin eh dianya sendiri nggak ngaca."

"Emang lebih gampang bacot ya daripada take action."

 Bayangan kalimat-kalimat julid itu menggerayangi kepala Arga. Susah juga ya jadi contoh baik buat orang lain. Nggak boleh salah, harus bener mulu. Tapi nggak apa-apa sih, soalnya dari awal ini emang udah jadi keputusan Arga. 

REJECT METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang