76 - Suddenly

14.5K 1.1K 578
                                    

REJECT ME BY GALEXIA

Instagram : @gaalexiaa dan @hf.creations

***

"Kita mau kemana sih Kak sebenernya?" Arga menoleh ke samping sekilas saat untuk ke sekian kalinya Gea menanyakan hal yang sama. Bibir Gea maju ke depan. Awalnya Gea excited saat Arga berkata akan mengajaknya keluar. Namun rasa antusias itu berubah kesal saat Arga tidak mengatakan dengan jelas kemana tujuan mereka sebenarnya. 

"Kaaakkk...," rengek Gea meminta kepastian. Dia mengguncang tangan Arga yang tengah menyetir. 

Bukannya menjawab Arga justru tersenyum tipis. Pandangannya lurus ke jalanan sementara satu tangannya tadi ia gunakan untuk mengusap rambut Gea pelan.

Tak selang beberapa lama mobil yang Arga kemudikan berbelok di halaman sebuah café berdesain minimalis yang nampak asing di mata Gea. Maklum saja, dia memang jarang keluar rumah. "Kita mau ke sini?" tanya Gea saat Arga mematikan mesin mobil.

"Enggak. Kak Aga mau beli kopi dulu, kamu tunggu sini aja," jawab Arga enteng sambil melepas sabuk pengaman. 

"Iiihhh, kok gitu?" Gea langsung melayangkan protes tak terima.

"Udah nurut aja, nggak lama kok."

Gea berdecak keras. Lelah menanggapi Arga dan ketidakjelasannya. Oleh sebab itu Gea memilih diam di mobil. Bukan karena ia menuruti ucapan Arga, ini adalah caranya menunjukan kekesalannya pada cowok itu. Silent treatment.

    Tanpa mengucapkan apa-apa lagi, Arga keluar begitu saja dari dalam mobil. Gea memalingkan wajah ke sebelah kiri. Dia dapat melihat kendaraan yang berlalu lalang dari balik kaca jendela. 

Tanpa Gea sadari senyum tipis terukir di wajahnya. Setelah dipikir-pikir sudah lama sekali dia tidak keluar rumah dan melihat pemandangan malam hari secara langsung. Kegelapan malam yang berubah terang karena cahaya dari berbagai macam kendaraan yang lewat. Lampu di pinggir jalan yang menerangi sekitar. Serta cahaya dari beberapa bangunan dan gedung-gedung tinggi yang seolah tak pernah tidur. Semuanya menyatu dengan indah.

Hal sederhana yang tampak menakjubkan di mata Gea. Senang rasanya bisa melihat semua ini setelah sekian lama.

Suara pintu mobil yang ditutup membuat Gea kembali pada dunia nyata. Dalam hati membatin cepat sekali Arga kembali, padahal seingat Gea kakaknya itu baru turun kurang dari semenit yang lalu. Tapi Gea tak peduli dan memilih untuk tetap memalingkan wajah. Dia masih kesal.

"Ice caramel latte. Your favorite one." 

Deg.

Saat mendengar suara itu waktu seakan berhenti bagi Gea. Kendaraan di jalan raya seakan tak bergerak lagi. Lampu-lampu yang menyala indah itu tak lagi menyita perhatiannya. Sebuah suara dan dua kalimat yang diucapkan pemiliknya berhasil membuat tubuh Gea membeku seketika.

Itu bukan suara Arga. Itu bukan suara kakaknya. Itu suara Alta, seseorang yang kini duduk di balik kemudi.

Kepala Gea memutar dengan sangat pelan. Di hadapannya tersodor satu cup kopi yang sudah mulai mengembun. Dan Saat Gea menoleh ke samping, dia langsung mendapati figur manusia dalam balutan hoodie berwarna mint. Gea selalu suka saat Alta mengenakan warna yang satu itu. 

Gea berusaha menarik napas dalam-dalam. Sebagai upaya mengendalikan perasaannya yang membuncah campur aduk menjadi satu. Semua ini terlalu tiba-tiba dan Gea sama sekali tak memperkirakannya.

"Diambil dulu dong kopinya." Alta meraih tangan Gea dan memberikan kopi yang sedari tadi ia pegang. Alta tersenyum tipis, terlihat santai seolah benar-benar sudah mempersiapkan ini semua. Berbanding terbalik dengan Gea yang  masih termenung di tempatnya, berusaha meyakinkan diri kalau yang ia lihat bukan sekedar halusinasi belaka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 11, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

REJECT METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang