53 - It's A Yes

8.1K 1.2K 130
                                    

REJECT ME BY GALEXIA

Instagram : @gaalexiaa dan @hf.creations

***

"Bego dipelihara." Arga melirik Alta tajam. Pagi ini dia baru menceritakan kejadian tentang Shena kemarin kepada teman-temannya. Dan kalimat ketus itulah yang pertama kali keluar dari bibir Alta sebagai respon.

Sementara Arga dalam posisi setengah duduk di atas brankar, ketiga temannya termasuk Bian dan Clovis leyeh-leyeh di sofa. Tadi mamanya keluar mencari sarapan, papanya pulang karena pagi ini harus bekerja, sedangkan Gea tidak datang karena dia tidak menyukai rumah sakit, dan Arga dapat memaklumi hal itu.

Keadaan Arga pagi ini sudah jauh lebih baik. Tinggal patah tulangnya saja yang perlu lebih banyak waktu untuk sembuh. Jika dokter mengizinkan mungkin hari ini atau besok dia sudah boleh pulang.

"Lagian lo lagi sakit masih sempet-sempetnya isengin anak orang. Kasian loh Shena, pas dateng mukanya kelihatan khawatir banget." Omelan Bian membuat rasa bersalah Arga semakin membuncah.

Kepala Arga menengadah menatap langit-langit. Dia sudah mencoba menghubungi Shena lewat SMS, WhatsApp, Line, iMessage, DM, dan tak satupun mendapat balasan.

"Coba deh abis pulang dari sini lo temuin dia, minta maaf secara langsung, siapa tau luluh." Bian mengangguk menyetujui saran Clovis yang tumben masuk akal itu.

"Tapi semoga aja enggak sih, biar lo tau rasa," lanjut Clovis tanpa rasa bersalah. Bantal di bawah kepala Arga nyaris ia lempar ke muka rese cowok itu.

Arga teringat sesuatu, dia penasaran dengan hal ini sejak kemarin. "Oh iya, semalem yang bawa Shena ke sini siapa?"

Bian menunjuk Alta dengan ibu jarinya. Satu alis Arga terangkat, tak sepenuhnya percaya dengan hal itu. "Inisiatif dari mana lo?" tanyanya meremehkan.

"Gatau, tiba-tiba kepikiran aja." Alta mengedikkan bahu, menjawab asal, menunjukkan wajah tak tertarik seperti biasa. Dia punya jawaban versi lebih niat, hanya saja terlalu malas menjelaskan.

Beberapa hari lalu saat mereka ngumpul berempat, Arga bercerita sedikit banyak tentang perasaannya pada Shena. Bercerita pada Bian dan Clovis lebih tepatnya, Alta hanya tak sengaja mendengar. Dia juga tak mengutarakan pendapat apapun mengingat betapa sensitifnya Arga dengan segala hal yang dia katakan dan lakukan.

Arga bilang dia sudah menyatakan perasaan pada Shena, belum secara gamblang memang. Dan Shena pun juga tidak menunjukkan tanda-tanda menghindar. Tapi Arga masih bingung apakah perasaannya benar-benar terbalas atau tidak.

Saat mendapat kabar Arga kecelakaan, otaknya bekerja cepat untuk memanfaatkan situasi itu. Dia ingin membantu Arga dengan menjawab kebingungannya. Tapi dengan bodohnya Arga malah menghancurkan segalanya.

Arga tersenyum miring. "Cowok kayak lo bisa mikir juga ya ternyata," balasnya sarkas.

"Maksud lo cowok kayak gue tuh gimana?" Pandangan Alta menajam. Ucapan Arga berhasil menyinggung cowok itu.

"Cowok nggak punya otak yang ninggalin adik gue dan bikin dia trauma sama banyak hal," jawab Arga lugas.

"Mulai deh mulaiii." Bian buru-buru menengahi sebelum pembicaraan ini semakin memanas. Ini rumah sakit, nggak lucu kalau mereka ribut di sini. Apalagi dengan keadaan Arga yang sekarang.

Clovis melingkarkan lengannya di bahu Alta yang langsung di tepis oleh cowok itu. Meski kesal, Clovis hanya berdecak. "Lo mending ikut gue cuci mata deh. Tadi di luar gue lihat ada mbak-mbak KKN bening-bening, siapa tau nyantol satu."

REJECT METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang