40 - Little Things Matter

7.6K 1.1K 48
                                    

REJECT ME BY GALEXIA

Instagram : @gaalexiaa dan @hf.creations

***

"Kak, kayaknya otak gue didesain untuk gak memahami fisika deh." Arga memejamkan mata lantas mengembuskan napas jengah. Sejak dua jam terakhir Shena sudah mendeklarasikan kalimat itu lebih dari sepuluh kali.

Arga menyingkirkan laptop di hadapannya. Sambil menunggu Shena mengerjakan latihan soal, dia memanfaatkan waktu untuk menyicil tugas. 

Dilihatnya Shena yang udah menengadah lelah. Punggungnya bersandar pasrah pada kursi. Otaknya udah gak sanggup lagi memecahkan soal fisika yang diberikan Arga.

Tangan Arga meraih buku catatan Shena yang dipenuhi oleh berbagai macam rumus dan angka. Di soal pertama tulisannya masih bagus dan terlihat niat. Sampai di nomor-nomor selanjutnya mulai terlihat betapa frustrasinya Shena memecahkan soal-soal itu. 

"Nih nomor satu bener." Arga berujar bangga.

"Nomer satu doang," gerutu Shena tidak puas. "Itupun ngerjainnya setengah jam lebih."

"Mending gitu kan daripada gak bisa sama sekali? Berarti artinya lo masih punya harapan," kata Arga berusaha mengembalikan semangat cewek di hadapannya itu.

"Lagian ini juga lo baru belajar, jadi nggak mungkin dong langsung jadi jenius dalam sekejap, harus ada prosesnya dulu. Pelan-pelan, sabar, telaten," imbuhnya lagi. 

Bukannya terhibur dengan kalimat Arga, Shena justru menyangkal dengan pernyataan lain. "Banyak tuh di luar sana orang yang baru belajar tapi langsung bisa," katanya dengan ekspresi murung.

Arga menarik kedua sudut bibirnya ke dalam. Dia udah pernah bilang kan kalo berhadapan dengan Shena itu dibutuhkan stok kesabaran dan pengertian yang berlimpah.

"Setiap orang kan beda Shen. Lo gak bisa samain proses lo sama orang lain. Meskipun kelihatannya langsung bisa mereka juga berproses kok, Cuma emang waktunya aja yang beda, mereka cepat sedangkan lo sedikit lebih lambat. Dan itu wajar, gapapa," jelas Arga panjang lebar.

"Ya itu dia masalahnya, kenapa waktu gue lambat dan mereka cepat?"

"Ya karena mereka udah terbiasa Shena," jawab Arga sabar. "Coba deh sekarang lo pikir lagi. Lo bisa nulis  cerita ribuan kata bahkan sampai dijadiin novel karena lo bisa dan udah terbiasa. Sedangkan orang lain belum tentu bisa karena mereka gak terbiasa. Kalaupun bisa ya harus ada prosesnya dulu, gak mungkin dong sekali ngedip langsung jadi satu novel utuh."

"Beda kasus Kakkk."

"Kasusnya beda tapi intinya sama kan? Sama-sama tentang bisa dan gak bisa, sama-sama tentang tebiasa atau nggak, dan sama-sama tentang berproses," tegas Arga tak bisa didebat lagi.

Selanjutnya cowok itu setengah bangun dari duduknya, membungkuk ke depan lantas meraih kedua tangan Shena dan menarik cewek itu agar kembali duduk tegak.

Shena sempat mengerang karena dibangunkan dari posisi nyamannya. "Kakkk..."

"Udah cukup istirahatnya. Sekarang kita bahas bareng-bareng aja soalnya, dengerin baik-baik oke?"

Arga terlebih dulu membaca soal lantas mulai menerangkan dengan mendetail tiap langkah-langkahnya. 

Meskipun dengan ogah-ogahan pada akhirnya Shena tetap mendengar setiap penjelasan yang keluar dari mulut Arga.

"Karena soalnya gini berarti kita pakai rumus massa jenis campuran. Massa jenis campuran rumusnya apa coba?" tanya Arga sekalian menguji seberapa jauh kemampuan Shena. 

REJECT METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang