73 - After

4.7K 653 50
                                    

REJECT ME BY GALEXIA

Instagram : @gaalexiaa dan @hf.creations

***

Setelah kejadian di rumah sakit saat Shena kehilangan kontrol dan mengungkapkan semua hal yang mengganjal hati dan pikirannya sifat sang Mama mulai berubah. Sania mulai sering menghabiskan waktu di rumah, tidak seperti dulu-dulu. Jam kerja ibu satu anak itu pun bisa dibilang normal. 

Dan sekarang masalahnya adalah Shena justru merasa aneh dan canggung.

Mungkin ini efek karena dia sudah terbiasa sendiri. Asing rasanya saat di pagi hari Shena terbangun bukan karena alarm ponsel melainkan teriakan Mamanya. Asing rasanya saat dia pulang sekolah dan mendapati Mamanya menyiapkan makan siang di dapur atau mempelajari kasus pasien di ruang tamu. Asing rasanya saat malam hari Mamanya masuk ke kamar hanya untuk memastikan apakah Shena sudah terlelap atau belum.

Bukannya Shena tidak senang, karena kenyataannya semua hal itulah yang selama ini ia harapkan—Mamanya menghabiskan lebih banyak waktu di rumah dan memperhatikannya. Shena hanya merasa semua ini terlalu tiba-tiba dan ia belum terbiasa.

“Kamu gak mau turun?” tanya Arga saat mobil mereka sudah sampai di depan rumah Shena namun cewek itu tetap bertahan di tempatnya.

Shena menoleh, menatap Arga sinis. “Kak Arga ngusir aku?” 

Arga buru-buru menggeleng cepat. “Enggak gitu maksudnya. Kita udah hampir setengah jam di sini dan kamu cuma diem aja kan aku bingung ini sebenarnya kita ngapain?”

Shena mengembuskan napas. Terdengar berat dan penuh beban. “Kita keliling komplek sekali lagi yuk, Kak?”

Sepasang mata Arga mengerjap-ngerjap, benar-benar tak paham dengan pola pikir Shena yang membingungkan. “Literally kita udah keliling komplek tiga kali dan tiga kali juga kamu ngomong gitu terus. Empat sekarang malah.”

Shena berdecak dan bibirnya berubah cemberut. Dari balik kaca mobil dia memandang rumahnya kemudian menunduk lesu. Arga yang melihat hal itupun dibuat bingung dan bertanya-tanya. “Kamu sebenarnya kenapa sih? Nggak beres banget dari tadi,” ungkapnya tak tahan lagi.

Kepala Shena terangkat. “Mamaku aneh banget Kak.”

“Aneh kenapa? Kamu tuh yang aneh.”

Shena memasang ekspresi sungguh-sungguh untuk meyakinkan Arga. “Serius Kak, Mama aneh. Kayak bukan Mama.”

“Tuh kan, nglantur ngomongnya.”

“Ih, Kak Arga mah nggak percayaan!” Kedua tangan Shena bersidekap di depan dada, persis seperti anak kecil ngambek nggak dibeliin mainan.

Arga mengembuskan napas pelan. Menarik kedua sudut bibirnya ke dalam, berusaha menghadapi Shena dengan sabar. “Emang Tante kenapa, sih?” tanyanya lembut.

“Masa sekarang Mama jadi sering di rumah. Tuh lihat aja, masih siang tapi mobilnya udah di garasi. Biasanya Mama tuh jam segini nggak pernah di rumah Kak,” jawab Shena seakan itu masalah hidup paling berat yang pernah ia alami. 

“Bukannya itu yang kamu pengen dari dulu?” Arga bahkan sampai tak bisa berkata-kata dibuatnya. “Waktu itu kamu nangis-nangis di rumah sakit bukannya ini tujuannya? Biar Mama kamu ngerti dan perhatiin kamu lagi?”

“Tapi ini terlalu cepat Kak!”

“Terus kamu penginnya kapan? Tahun depan?”

Shena memutar bola mata malas. “Ya nggak tahun depan juga Kak Argaaa.”

REJECT METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang