57 - Something She Doesn't Know

6.4K 928 24
                                    

REJECT ME BY GALEXIA

Instagram : @gaalexiaa dan @hf.creations

***

Malam ini Mera menginap di rumah Shena. Orang tua cewek itu lagi ada acara kondangan di luar kota dan dia males di rumah sendiri. Sekalian Mera mau minta penjelasan sama Shena tentang hubungannya dengan Kak Arga. Sampai sejelas-jelasnya.

Kayaknya dia hampir tiap hari selalu sama Shena, tapi bisa-bisanya dia ketinggalan berita sekrusial ini. Ini nggak bisa dibiarkan. Sebagai satu-satunya sahabat Shena, Mera nggak terima! 

Bukan Cuma itu. Dia kan juga saksi awal mula kegilaan Shena hingga dia bisa terlibat hubungan sama Arga. Tega sekali Shena tidak bercerita apapun padanya.

"Nembak lo di angkringan?! Angkringan depan gang itu?!" Mera memekik tak percaya. Wajah Thimotee Chalamet di film The King yang tengah ia putar tak lagi menarik di matanya. Sekarang ini Mera lebih antusias mendengar cerita Shena.

"Padahal Kak Arga tuh tampangnya kayak cowok romantis yang nembak cewek di restoran fine dining sambil bawa bouquet mawar segede gaban loh," terangnya panjang lebar. "Eh ternyata malah nembak di angkringan. Ada-ada aja kalian berdua. Cocok." Mera mengimbuhkan lagi. Kali ini sambil mengacungkan kedua ibu jarinya.

Shena yang duduk di balik meja belajar mengalihkan pandangan sejenak dari laptopnya. "Ya gapapa sih. Mau fine dining, mau di angkringan, atau di kolong jembatan sekalipun asal cinta mah ya oke-oke aja."

Mera membenarkan posisi tubuh. Dari yang semula rebahan di atas kasur jadi berjalan ke arah Shena, bersandar di tepian meja belajar cewek itu. "Wait. Jadi lo cinta beneran nih sama Kak Arga?"

Shena memutar bola mata bosan. "Kenapa sih, nggak lo, nggak Kak Arga, sama-sama mempertanyakan perasaan gue?"

Tangan Mera menyilang di depan dada. Menatap Shena datar. "Ya kan dulu lo anti banget sama dia. Amnesia lo? Itu kepalanya perlu gue jedotin dulu biar sadar nggak?" tanyanya sarkas.

"Lagian pertanyaan lo aneh banget. Kalo nggak cinta ngapain juga gue pacarin."

"Ya siapa tau lo merencanakan sesuatu di dalam otak lo yang aneh dan isinya out of the box itu."

"Otak lo yang bilang aneh ini udah bisa menghasilkan 2 buah novel setebel dosa-dosa lo, Mer," jawab Shena percaya diri sambil kembali menghadap latop dan kembali mengetikkan sesuatu di sana.

"Sialan lo." Mera meraih gumpalan kertas di atas meja belajar dan melemparkannya kepada Shena. 

Keduanya terbahak setelah itu.

Ketakutan Shena tak terbukti. Selama dia menceritakan hubungannya dengan Arga, Mera menyimak dengan sangat antusias. Dia juga sama sekali tak menghakimi atau membawa topik tentang Shena kemakan omongannya sendiri dan lain-lain.

Mera ikut bahagia melihat Shena bahagia. Walaupun hidup Shena terlihat baik-baik saja, Mera tau kalau sebenarnya selama ini Shena menanggung beban berat di pundaknya seorang diri. 

Kepergian sang ayah, sikap sang ibu yang jadi acuh tak acuh setelah itu, segala perasaan susah dan sedih yang lebih banyak ia pendam seorang diri. Melihat semua hal itu Mera rasa sudah sepantasnya Shena mendapat lelaki semacam Arga. 

Arga adalah lelaki yang baik. Dan Mera yakin lelaki baik itu bisa menjaga dan membahagiakan sahabatnya.

"Lo kenapa lihat gue sambil senyum-senyum kayak gitu? Serem tau nggak!" Ucapan Shena membuyarkan pikiran Mera. Ia mengusap sudut matanya dengan jari telunjuk. Entah sejak kapan pelupuknya digenangi air mata haru.

REJECT METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang