66 - Stubborn

5.3K 764 41
                                    

REJECT ME BY GALEXIA

Instagram : @gaalexiaa dan @hf.creations

***

Meski sudah pulang sekolah sejak siang tadi, Alta baru kembali ke rumah saat sore hari. Kali ini dia memang tidak pulang ke apertemennya seperti biasa karena Mamanya meminta Alta untuk berkunjung. Sudah terlalu lama dia tidak menemui orang tuanya. Meski ada sedikit rasa enggan, pada akhirnya Alta mengiyakan.

Roda mobilnya berbelok di depan sebuah rumah super megah dengan pintu gerbang yang menjulang tinggi itu. Alta berhenti beberapa saat menunggu pintu gerbang terbuka sempurna. Kedatangannya langsung disambut oleh salah seorang satpam. Alta balas mengangguk sekali saat satpam itu menyapanya ramah.

Setelah memarkirkan mobil di garasi, Alta segera masuk ke dalam rumah. Setelah berjalan melewati lorong panjang penghubung pintu utama dan ruang tamu, Alta langsung mendapati sosok Mamanya yang sepertinya baru dari kebun belakang rumah. Setiap sore perempuan setengah baya itu memang suka menghabiskan waktu di sana. 

"Ma," panggil Alta sembari berjalan menghampiri Mamanya.

Wajah wanita itu langsung berubah cerah. "Aaaa, anak Mama udah pulang," pekiknya senang sambil berlari kecil untuk memeluk Alta. 

Tak lama kemudian pelukan itu terlepas. Digantikan pukulan keras di punggungnya. "Kamu lama banget jam segini baru sampe. Main dulu ya tadi pasti. Mama chat juga nggak dibales. Kebiasaan banget punya HP dianggurin!"

Alta pasrah saja, tak punya tenaga untuk menghindar. 

"Terus ini kok kamu makin kurus ini kenapa? Makanan yang Mama kirim nggak pernah kamu makan ya? Kamu tuh gimana sih Alta! Kalo gini terus nanti Mama bilang ke Papa biar apartemenmu itu dijual aja sekalian!"

Alta terkekeh kecil. "Terus aku mau tinggal di mana Ma?"

"Ya balik ke rumah lah! Biar nanti kamu keurus. Lihat kamu kayak gini miris Mama, kayak orang kurang gizi aja."

    Intan, Mama Alta, mencengkram lengan atas cowok itu. Menatap miris figur putranya dari atas hingga bawah yang nampak mengenaskan di matanya. Rambut panjangnya dibiarkan berantakan, cekungan hitam di bawah matanya nampak lebih buruk dari mata panda, serta bibirnya yang terlihat kering dan menghitam.

    "Kamu ngerokok ya?!" tuding Intan langsung saat menyadari hal terakhir itu. "Minum juga jangan-jangan?!"

    Alta buru-buru melepaskan cengkraman tangan Mamanya. Berniat secapat mungkin menghindar dari pertanyaan itu.

    Melihat gelagat anaknya Intan semakin yakin kalau dugaannya tepat sasaran. Sekali lagi dia memukul punggung Alta, kali ini lebih keras dari sebelumnya. "Tuh kan, bener dugaan Mama. Ngaku kamu!"

Tak seperti tadi, kali ini Alta berusaha menghindar. Menyelamatkan punggungnya dari rasa perih bercampur panas akibat pukulan sang Mama. "Enggak Ma enggak!"

"Enggak apa?" tantang Intan garang.

"Enggak minum!" tegas Alta.

"Tapi ngerokok. Iya?!"

"Nyoba dikit doang," jawab Alta tak sepenuhnya jujur.

"Tapi keterusan. Gitu?!" Intan kembali memukul punggung Alta, menjadikannya samsak dadakan. 

Permohonan ampun otomatis keluar dari bibir Alta.

"Kamu tuh masih muda, masih 18 tahun, berani-beraninya nyoba ngerokok. Kamu nggak mikir dampaknya buat kesehatan? Kamu tuh anak Mama satu-satunya, nggak boleh sampai kenapa-napa."

REJECT METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang