62 - Craziness

5.3K 856 101
                                    

REJECT ME BY GALEXIA

Instagram : @gaalexiaa dan @hf.creations

***

Hari-hari setelah kejadian sore itu, Arga sedikit banyak berubah. Setidaknya itulah yang dipikirkan Shena. Beberapa hari terakhir, Arga jadi lebih banyak diam. Jika biasanya Arga punya berbagai macam hal random untuk dibicarakan, kini Shena lah yang harus melempar topik pembicaraan terlebih dulu. Dan itupun hanya ditanggapi Arga dengan seadanya, tak jarang dengan seutas senyum tipis saja.

Tak ada lagi Arga yang heboh memborbardir Shena dengan chat-chat receh tidak bermakna. Arga memang masih mengiriminya beberapa chat. Tapi sekedar bertanya lagi apa, atau udah makan apa belum. Itu saja, lalu sudah. Padahal sebelumnya room chat mereka tidak pernah dihiasi dengan bahasan mainstream seperti itu.

Bahkan sifat tengil Arga yang sudah melekat itu mendadak hilang. Arga tidak lagi menjahili Shena dengan rentetan panjang daftar tingkah usilnya yang Shena pikir tidak akan pernah habis sampai kapanpun.

Shena sama sekali tida k marah. Tidak. Karena ia paham, agaknya kejadian di masa lalu itu bukan hanya membawa luka bagi Gea, tapi juga kakaknya. Kejadian sore itu kembali menyadarkan Arga kalau dia bukan lah kakak yang baik, meyadarkan Arga kalau dia juga menjadi penyebab Gea kehilangan mimpi-mimpinya.

Hidup dalam rasa bersalah adalah seburuk-buruknya hukuman. Dan Arga dengan suka rela menjalani hukuman itu. Sudah cukup selama ini Arga menghabiskan waktunya untuk bersenang-senang seolah semuanya baik-baik saja dan tak pernah ada hal buruk terjadi. Sudah sepantasnya dia hidup dalam belenggu bernama rasa bersalah ini.

"Pokoknya Kak Arga harus banget instal TikTok terus lihat livenya Tante Lala! Lucu banget dia tuh! Inget gak waktu kapan itu Kak Arga pernah ngomel karena aku bales chat-nya lama? Itu gara-gara aku keasyikan nonton live-nya Tante Lala tau! Mana dia tuh kan lagi hamil kan ya—"

Shena lambat laun menghentikan ucapannya saat melihat Arga yang hanya memainkan sendok dan piringnya hingga menimbulkan dentingan kecil. Tatapan matanya terlihat sendu. Seakan-akan yang ada di hadapannya adalah film paling sedih di seluruh dunia, bukan mie ayam dengan daging yang berlimpah dan asap mengepul di udara.

Arga bahkan sepertinya tak sadar kalau gadis di hadapannya ini sudah berhenti bersuara. Shena hanya menghela napas pelan.

Beberapa hari terakhir Shena sudah memberikan Arga waktu untuk sendirian. Dia memutuskan untuk tidak mengusik Arga dan membuat cowok itu merasa tak nyaman karena ikut campur terlalu jauh. Shena tau Arga butuh waktu untuk memikirkan semuanya dengan kepala dingin. Shena tak bisa melakukan banyak hal, takut salah bertindak dan membuat semuanya makin runyam. Yang hanya bisa dia lakukan adalah memastikan Arga tau kalau Shena ada bersamanya kapanpun cowok itu memerlukan sandaran.

Puncaknya hari ini. Shena sudah tidak tahan dengan segala kemurungan Arga. Pulang sekolah Shena langsung menyeret Arga ke penjual mie ayam dekat sekolah. Sepanjang perjalanan Shena berceloteh panjang lebar, menceritakan segala hal-hal lucu untuk membuat Arga tertawa. Meskipun yang ia dapati hanya seulas senyum tipis saja.

Tapi tak masalah! Sebuah senyuman juga merupakan kemajuan besar. Itu lebih baik daripada Arga yang diam dengan wajah tak berekspresi dan tatapan sendu.

"Gak bisa gini terus!" Shena berdiri dan menggebrak meja cukup keras. Membuat perhatian beberapa pengunjung beralih ke arahnya. Akhirnya Arga mengangkat wajah, memandang Shena bingung.

"Kamu kenapa? Ada yang salah?"

Shena tak menjawab, buru-buru membereskan barang-barangnya. "Kita harus pergi sekarang!"

REJECT METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang